[5] Jembatan Untuk Pemberhentian

1.7K 255 8
                                    

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN MEDIA SOSIAL HOTKOPILATTE :

INSTAGRAM : -aksaralatte_
                        -nadpilatte_

TIKTOK : hpilatte1

HAPPY READING!


"Sampai kapan lo ada di kehidupan gue?"

Senyum tipis itu terlukis jelas di wajah Shaga. Senyuman yang teramat menawan dan mengandung berbagai makna. Dimana Lava tertegun di tempatnya, mengolah segalanya yang terpampang di depan mata. Dinginnya malam yang kontra dengan hangatnya hembusan nafas nyatanya lebih terasa di malam itu. Sebab, hening yang terasa damai di sana mendominasi lebih kuat dari yang Lava kira.

Namun, Lava sempat dibuat terhenyak oleh tindakan yang dilakukan Shaga. Bersamaan dengan riuh kembang api yang kembali berpesta marak di langit malam, Shaga menuntun tangan Lava untuk kemudian ia letakkan di atas dada milik Shaga.

"Lav, celakanya di saat jantung yang aku punya berhenti berdetak sekalipun, aku akan selalu ada di kehidupan kamu."

Belum sempat Lava menarik lepas tangannya, Shaga sudah menahan tangan itu untuk terus berada di tempat sebelumnya. "Itu bukan sebatas omong kosong, Lav. Aku akan selalu di sini, Lav. Menemani kamu, selamanya. Bahkan dari berbagai kemungkinan buruk dan yang paling buruk sekalipun, aku bakalan bertahan, Lav. Meskipun tanpa detak jantung yang kamu rasain sekarang."

Maka dengan begitu, Lava menarik paksa tangannya. Dadanya panas seketika, ritme jantungnya seakan diburu habis oleh waktu. "Shaga, lo gila! Lo bukan siapa-siapa gue! Lo bahkan jadi manusia paling nggak jelas di kehidupan gue sekarang! Jadi stop bicara kebohongan kayak tadi, gue nggak butuh itu." Lava berucap penuh penekanan.

"Gue cuma mau identitas lo! Lo siapa, Shaga!" Lava berucap dengan keras.

Shaga mengusap-usap ujung kepala Lava dengan penuh kelembutan. "Nikmati aja ya perjalananmu sama aku. Nikmati yang ada sekarang, untuk kemungkinan-kemungkinan buruk di benak kamu, tolong jangan dijadiin sebagai batu di perjalanan milik kita. Aku dan kamu."

Lava diam. Menatap Shaga beserta tangan milik pemuda itu yang sudah kembali ke tempat semula. Tidak ada lagi kehangatan yang menjalar dari ujung kepala Lava.

Lalu Shaga, dia menatap kembali langit yang nyatanya sudah kosong. Hanya di isi gumpalan-gumpalan awan hitam yang tersorot cahaya rembulan. "Ada yang pernah tanya kayak gini ke aku, seandainya rotasi kehidupan memang ada di dua pemberhentian. Jembatan seperti apa yang bakal aku gunain untuk sampai di salah satu pemberhentian itu dan menerima apa pun akhir yang aku punya?"

Lava mengerutkan alisnya, dia masih mencoba mencerna kemana arah pembicaraan Shaga. Kemudian, Lava kembali mengerahkan atensi miliknya kepada Shaga kala suara pemuda itu memecah keheningan.

"Ikhlas. Itu jembatan yang akan aku pilih. Aku akan berusaha ikhlas di setiap perjalanannya, Lav. Untuk hal-hal yang aku habiskan selama perjalanan, untuk waktu yang aku punya dan untuk orang-orang yang aku temui di kehidupan aku. Meskipun masa dan waktu sebagian dari mereka yang aku temui harus berhenti di persimpangan jalan. Jadi, kalo masa dan waktu yang aku punya udah harus menemui pemberhentian, setidaknya aku udah menikmati perjalanan-perjalanan itu, Lav. Aku menikmatinya, Lav. Tanpa penyesalan."

EPOCH [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang