[3] Jawaban Tuhan?

2.2K 345 11
                                    

JANGAN LUPA FOLLOW AKUN MEDIA SOSIAL HOTKOPILATTE :

INSTAGRAM : -aksaralatte_
-nadpilatte_

TIKTOK : hpilatte1

HAPPY READING!






Arak-arakan awan masih setia menghiasi langit yang menjulang tinggi. Terik mentari pun semakin pongah menunjukan eksistensi terang benderangnya. Begitu pula dengan keadaan hati Lava, masih sama. Tak karuan. Setelah kejadian tadi, Lava tidak bisa fokus, pikirannya dijajah oleh Shaga. Sepenuhnya.

"Makan, bego! Entar pingsan lagi gue yang enak," celetuk Gladia yang kemudian disusul cengiran konyolnya.

Lava mendengus kecil. Hingga pada ujung kantin, ia melihat perawakan Shaga yang berjalan di lorong koridor. Maka dengan begitu saja, Lava bangkit dan berlari secepat yang ia bisa. Dia mau berbicara dengan Shaga. Atau mungkin, harus! Dia harus berbicara dengan cowok aneh di sana.

"Woy!" teriak Lava begitu jarak mereka sudah terkikis.

Shaga kontan membalikan badannya. "Apa?"

"Gue mau ngomong sama lo." Lava mendekat, dengan nafas yang tersenggal-senggal. Perlu waktu sesaat untuknya mengatur ritme jantung dan nafasnya. Hingga akhirnya, Lava kembali melayangkan suara. "Lo beneran suka sama gue?"

"Iya," jawab Shaga santai.

"Buset! Pasrah amat jawabnya. Nggak bisa bohong gitu?" ucap Lava, yang jujur sedikit terkejut.

"Buat apa? Suka ya bilang suka. Enggak ya bilang enggak. Ribet amat. Hidup jangan dibikin ribet sendiri, yang ada jadi penyakit!" jawab Shaga.

Lava merotasikan bola matanya. "Tapi gue nggak suka sama lo."

"Sejak kapan itu jadi urusan aku?" Shaga bertanya dengan mimik santai.

"Anj*ng!" umpat Lava. "Lo naksir gue beneran nggak si?" tanya Lava. Karena bagaimana pun, Shaga masih asing dengan segala situasi yang menghampirinya saat ini. Dan ucapan Shaga, tidak akan Lava telan bulat-bulat.

"Dari tadi keliatan bercanda?" Shaga menjawab pertanyaan Lava dengan pertanyaan lain.

Untuk sejenak, Lava mengambil nafas panjang. Berharap pembahasan ini tidak membakar kesabarannya. "Ya kata lo tadi perasaan gue bukan urusan lo! Harusnya jadi urusan lo dong! Kan lo naksir gue!"

Shaga berdecak. "Perasaan yang kamu punya sekarang ya tanggung jawab kamu. Bukan urusan aku. Tapi..." Shaga berjalan mendekati Lava, kemudian sedikit menunduk, mensejajarkan bibirnya dengan telinga Lava, "yang jadi urusan aku ya... bikin kamu jatuh cinta sama aku."

Bisikan itu kontan membuat Lava meneguk ludahnya pelan-pelan. Sampai akhirnya, ia mendorong dada Shaga. "I-iish, nggak! Ogah!"

Sedangkan Shaga hanya menaikan kedua bahunya tak acuh.

"Gue cewek nakal!" celetuk Lava tiba-tiba.

"Oke, makasih infonya," jawab Shaga.

Lava sontak melongo. "Lo mau sama cewek nakal?"

EPOCH [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang