Lonceng tanda selesainya kegiatan belajar mengajar hari ini langsung membuat Lava mendapatkan energi lebih. Seperti biasa, di jam-jam terakhir, Lava selalu merasa energinya tersedot habis sampai ke dasar bumi.
Lava baru saja selesai memasukan peralatan-peralatan menulisnya, Shaga malah sudah duduk di bangku depan Lava. Bangku yang memang telah kosong, sebab teman yang menduduki bangku tersebut sudah keluar.
"Pulang bareng, ayok!" ajak Shaga.
"Lo duluan aja. Gue ada perlu di perpustakaan soalnya," jawab Lava. Walaupun jam pelajaran sudah berakhir, perpustakaan tetap buka sampai jam 4 sore.
"Mau ngapain?" tanya Shaga.
Lava meraba saku seragamnya. "Untuk ini," ucap Lava seraya menunjukan secarik kertas usang.
Shaga tampak mengamati kertas di sana. "Oke, ayok aku temenin!" ucapnya yang terlihat sangat bersemangat. Dimana ia langsung berjalan terlebih dahulu menuju perpustakaan.
Sedangkan ditempatnya, Lava menahan senyuman. Lucu saja tingkah anak yang satu ini. Maka Lava pun enggan berlama-lama, Lava berlari kecil menyamakan langkahnya dengan Shaga. Melihat Lava sudah berada di sampingnya, Shaga tersenyum kecil seraya mengacak pelan surai hitam milik Lava.
Lalu, setibanya di perpustakaan, hal yang pertama mereka lihat adalah beberapa siswa yang juga tengah memilih-milih buku. Mungkin karena sebentar lagi ada ujian tengah semester, jadi beberapa siswa yang memang tergolong rajin itu berbondong-bondong melarikan diri ke perpustakaan.
Lava melihat lagi kertas tersebut. Kertas yang dibelakangnya terdapat kode 2— 4122.
Jujur saja Lava tidak mengerti arti kode di sana. Yang Lava tau, ia harus segera menjajah isi perpustakaan ini untuk mencari buku tersebut.
"Coba aku liat kode bukunya," pinta Shaga, matanya terlihat menelisik sejenak.
"Kok, kode bukunya aneh? Bukanya kode buku nggak kayak gini, ya?" tanya Shaga.
Lava mengedikan bahu. "Gue juga nggak paham. Tapi gue yakin, buku itu ada di sini."
Shaga mengangguk. "Oke, kalo gitu kamu cari di barisan rak-rak sebelah kanan, aku di sebelah kiri," perintah Shaga yang langsung mendapat persetujuan dari Lava.
Begitu sampai di rak sebelah kanan, Lava dibuat mati kutu. Lava kira ini tidak akan sulit, nyatanya ratusan buku di rak yang menjulang tinggi itu sukses membuat Lava lemas. Maka dengan satu tarikan nafas panjang, Lava mulai meniti tiap kode buku dari ujung kanan ke ujung kiri rak. Terus saja seperti itu, namun hanya sebatas bagian yang mampu Lava jangkau. Sebab dari kolom tiga ke atas, Lava sudah tidak bisa melihat kode buku. Raknya terlalu tinggi.
Niat awalnya Lava akan menggunakan kursi, tapi kursi-kursi perpustakaan sudah satu paket dengan meja. Tidak ada kursi tunggal.
Sialan!
Dirasa telah selesai. Lava kembali mengulang kedua kali ke barisan-barisan rak yang tadi ia jamah. Agar bisa memastikan bahwa tidak ada yang terlewat. Dan sialnya, di rak-rak yang Lava cari, tidak ada kode buku yang sesuai. Maka dengan langkah gontai, Lava menghampiri Shaga yang tampak serius mencari kode buku di sana.
Shaga menatap Lava yang mendekat. "Udah? Kok cepet banget?" tanyanya yang kembali memfokuskan pandangannya pada buku.
"Hm, rak yang bagian atas gue ngga nyampe. Jadi cuma cari ke bagian-bagian yang bisa gue jangkau," Lava berucap lesu.
"Dasar pendek," celetuk Shaga.
Lava melotot. "Gue pukul nih?!"
"Ck, coba sekali-sekali ngancamnya jangan pukul mulu. Peluk kek, cium kek. Aku cium nih! Gitu kan enak," jawab Shaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH [Selesai]✓
Novela JuvenilLavanya Yozita harus mengalami hal aneh di hidupnya. Karena setelah kecelakaan malam itu, dunia Lava berubah 360°. Lava mulai menjalani kehidupan aneh dan penuh teka-teki. Mulai dari bertemu Shaga, si pemuda asing yang perlahan-lahan berhasil menga...