JANGAN LUPA FOLLOW AKUN MEDIA SOSIAL HOTKOPILATTE :
INSTAGRAM : -aksaralatte
TIKTOK : hotkopilatte
TWITTER : hotkopilatte•
•
•
HAPPY READING!
•
•
•
Saya tidak perlu memikirkan ocehan dunia untuk memberikanmu bahuku.
Saya tidak akan menjadikan gelapnya ribuan pasang mata, menggetarkan peluk yang menyembunyikan isakmu.
Untuk ke sekian kali, saya akan memberikanmu bagian yang paling utuh. Memenuhi rumpangmu. Dan menyatukan kepingan-kepingan yang hancur
dari setiap bagian dirimu.-Shaga-
Sama halnya dengan gelombang ombak, derasnya menenangkan bagian diri yang hampir menjadi serpihan. Sama seperti gumpalan awan yang menaungi air lautnya, Lava merasakan ada bagian dari dirinya yang perlahan-lahan direndam tentram. Dan mungkin akan sama juga dengan senja yang mulai melambai pada lautnya, mengantarkan hangat yang merayap kepada jiwa-jiwa penikmat alam. Lava pun begitu, hangat dari pelukan Shaga nyatanya menyiram jiwanya, menjadikan hangat itu merasuk ke dalam bagian paling dalam dari diri Lava.Mungkinkah ‘sama’ itu telah ada? Mungkinkah ada bagian yang sudah selaras?
Akankah menjadi bagian hebat untuk kedepannya? Lava tak mengerti jelas, yang pasti pelukan Shaga akan menjadi judul ternyaman untuk lembaran kali ini. Akan menjadikan serpih-serpih itu utuh. Oleh Shaga, mungkin.
Sedangkan air hujan masih terus mengguyur malam. Memeriahkan seluruh gejolak tak kasat mata yang menghampiri jiwa. Air yang mulai menjadi sumber kebencian bagi seorang Arkan. Memaki hujan yang sama sekali tak tau apa-apa tentang pelukan di sana. Hujan hanya turut meramaikan malam yang hampir menewaskan jiwa-jiwa terluka dan dirundung sepi. Hujan enggan menjadikan jiwa itu merasakan kesendirian. Hujan malam ini, menemani pekatnya gelap sebuah kehidupan.
Maka dengan begitu saja, Arkan menyalakan mobilnya, membanting stir untuk kemudian menjauhi area cafe. Dadanya bergemuruh hebat. Panas merundung habis sisa kewarasan Arkan.
Konyol, tapi satu-satunya yang kini terlintas di kepala Arkan adalah Gladia. Ia tergesa-gesa untuk menemui gadis itu. Sampai pada halte bis di depan lapangan bola yang tak jauh dari area cafe, bola mata Arkan menemukan orang yang di cari. Gladia masih di sana, duduk sendirian seraya menatap gerimis.
Mungkin tepat kala langkah Gladia menyapa gerimis, Arkan berdiri di hadapan gadis itu. Menjadikan gerimis pada derasnya resah Gladia terkalahkan oleh eksistensi Arkan. Gladia menemukan tatapan Arkan tidak seperti biasanya.
"Ar..."
Arkan langsung saja menarik tangan Gladia, membawanya memasuki mobilnya.
"Ar, ar! Kita mau kemana?" tanya Gladia yang kebingungan sekaligus merasa resah.
Arkan tak menjawab. Dimana Gladia yang terus memperhatikan Arkan sampai mobil mulai melaju kencang. "Ar!"
Arkan diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPOCH [Selesai]✓
Teen FictionLavanya Yozita harus mengalami hal aneh di hidupnya. Karena setelah kecelakaan malam itu, dunia Lava berubah 360°. Lava mulai menjalani kehidupan aneh dan penuh teka-teki. Mulai dari bertemu Shaga, si pemuda asing yang perlahan-lahan berhasil menga...