Part [12] Pergi/Kembali?

30 31 5
                                    

Malam ini sungguh dingin, hujan tak renti-rentinya reda angin kencang membuat jendela kamar Zara terbuka. Gorden berwarna putih itupun basah karena terkena tetesan hujan dari luar namun gadis itu tidak perduli justru ia sangat suka dengan hujan rasanya tenang dan membuat pikirannya melupakan semua masalah yang terjadi.

"Dulu kalau ada mamah biasanya bakalan dipeluk pas ada suara gemuruh kaya gini." ucapnya dengan nada lembut dan terdengar lirih.

"Tapi sekarang justru," Zara berpikir kenapa keadaan yang ia pikirkan selalu berbalik dengan kenyataan.

"Kira-kira mamah lagi apa ya? Sama keluarga barunya, pasti bahagia gak kaya gue."

"ZARAAA!" panggil Ridwan apakah ia melakukan kesalahan kali ini? kenapa mereka tidak bisa memanggil Zara dengan lemah lembut atau sedikit pelan agar gadis itu tidak terkejut.

"Iya aku turun yaah." kaki jenjang Zara menuruni anak tangga satu persatu dengan cepat.

"Kenapa?"

"Kamu sekarang berenti main lagi." ucap Ridwan melarang anaknya itu.

"Kenapa aku dilarang main lagi?" tanya balik gadis itu.

"Kamu mau nurutin ayah atau keluar dari rumah ini Zara!."

"Ayah kenapa sih tiba-tiba ngelarang aku kayak gitu? Sedangkan Ayah sendiri gak ngejelasin apa-apa!" tanyanya dengan tegas ia merasa jika ia tidak melakukan kesalahan sedikitpun.

"Kamu mau keluar dari rumah ini atau enggak?!"

"Ayah, ayah itu kenapa sih! Ayah gak pernah ada buat aku. Sekarang Ayah mau jauhin aku sama teman teman aku!. Kalau begini caranya aku lebih memilih untuk keluar dari sini deh yah!." Balas gadis itu dengan nada sedikit tegas dan takut perasaannya bercampur aduk antara marah, ketakutan, dan kesedihan yang ada pada dalam diri gadis itu.

Zara menuju kamar ia membawa beberapa pakaian, ponsel dan beberapa alat belajarnya tak lupa ia membawa motor yang dibelikan tidak lama oleh Aji biasanya motor itu dipakai untuk balapan tapi sekarang malah menjadi kesehariannya. Ia melenggang pergi melewati Ridwan begitu saja. Gadis itu menaiki motornya dengan air hujan yang mengalir deras membasahi tubuh gadis itu.

Tak lama ia menyalahkan motornya.

"Ayah nanti kalo aku gak pulang jemput aku ya?." ucapnya yang tidak didengar Ridwan karena derasnya air hujan dan bercampur dengan suara petir. Jalanan semakin licin sedangkan Zara menambahkan kecepatan kendaraannya hatinya rapuh Isak tangis nya tidak terdengar.

Brakk!

tak beberapa lama saat mengendarai motornya ditikungan Zara terjatuh badannya terpental beberapa meter dari atas motornya. Gadis itu terseret aspal jalanan yang begitu kasar lengan bajunya robek dan kotor dengan mudah begitu saja. helm yang dipakai nya pun terlepas kepalanya terbentur hingga dilumuri oleh darah seketika darah itu membasahi kepalanya dan genangan air hujan yang begitu deras.

"Anjing, kepala gue berdarah!." umpat gadis itu.

"Akh, bangsat perih" ucapnya yang masih mampu berdiri ia memegangi kepalanya yang berdarah tak henti hentinya. Mencoba untuk mengambil motor nya dan berjalan menuju rumah Aji gadis itu justru terjatuh lagi.

"Ponsel gue dimana sih anjing" ucapnya sembari mengambil ponselnya didalam saku kosong nya itu. "Kok gak ada!"

Dua mata gadis itu melihat bahwa ponselnya terjatuh sangat jauh dengan dirinya yang terpental tadi ingin mengambilnya tapi tak bisa. Gadis itu hanya berharap kapan ada seseorang dan kendaraan yang lewat untuk menolong gadis itu. Hari semakin larut malam tak kunjung ada kendaraan yang lewat dijalan itu. Zara hanya bisa tertidur di aspal jalanan yang basah tergenang oleh air. Penglihatan gadis itu rabun seketika ia mencoba untuk tidak memejamkan matanya namun tidak bisa. Entah harus melakukan apa lagi ia mencoba bangun tapi tetap saja terjatuh.

"TOLONGGGG!" teriak Zara meminta bantuan untuk dirinya. Alih alih ada yang membantunya justru hanya ada suara petir dan derasnya hujan yang mendengar permintaan pertolongan dari gadis remaja itu.

"Mamah..."

"MAMAHHHH!" teriak gadis itu histeris suasana justru semakin seram tangisnya yang semakin lirih justru membuat si penolong enggan untuk menolongnya.

Seseorang bapak bapak tua yang mendengar permintaan tolong itu mencoba mencari arah sumber suara itu semakin dekat dengan tempat kejadian ia justru merinding tak karuan tanpa pikir panjang ia berlari meninggalkan tempat itu.

"PAKK BUKK TOLONG ADA SUARA ORANG NANGIS DISANA!" tunjuk pria itu kearah Zara kecelakaan.

"Udah pak biarin aja disana emang tempatnya ya agak begitu jadi biarkan saja ya pak." balas Ibu tua itu.

"sialan mata gue juga ikut baret lagi!" ucapnya kesal rasa sakit dan perih yang berada di bagian badannya malam ini adalah penderitaan yang tak akan dilupakan.

"Tolongin gue..." Zarapun kehilangan kesadaran ia sempat mengucap pelan kata-kata itu.

Hujan dan kamu.

Ketika hujan datang menyapa
Membisikkan kenangan tentang kita
Aku hanya diam menuliskannya dalam puisi
Agar tersampaikan pada nabastala senja

Walau sepasang sepatu bilang tak mungkin
Tapi aku percaya Februari tak mengkhianati
Walau sebelas jam yang lalu
Kita sudah tak mencintai lagi.

Dua Garis Yang Terpisah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang