Matahari mulai terbit dan hari mulai pagi sinar dan cahaya masuk kedalam ruang rawat Zara. Gadis itu sedikit demi sedikit mencoba membuka matanya tetapi tidak bisa karena wajahnya masih terbungkus dengan perban dua orang suami istri itu pun masuk kedalam ia melihat bahwa Zara sudah bangun dari tidurnya.
"Kamu kami bawa kesini untuk dirawat ya sayang" ucap wanita itu dengan kasih sayang ia membantu Zara bangun dari brankarnya.
Zara masih mengingat kejadian yang ia alami semalam. Masih berusaha bangun dan duduk di atas brankar membuat badan dan sekujur tubuhnya tetap terasa nyeri dan sakit, rasanya tulang dibeberapa bagian tubuhnya terasa patah. Beberapa suster dan dokter tersebut masuk keruangan tersebut dengan membawa satu cermin.
"Gimana nak Zara sudah siap?" tanya dokter tersebut yang tidak dimengerti oleh Zara.
"Oke, kita hitung ya" dokter dan suster tersebut membantu membuka perban yang menutupi wajah Zara.
Masih tidak mengerti apa yang terjadi pada wajahnya membuat Zara menuruti apa perkataan dokter dan suster tersebut.
"Satu, dua, nak Zara sudah siap kan? tiga" Zara melihat wajahnya yang berbeda bahkan sangat berbeda. Suami istri tersebut merasakan bahwa anaknya sudah kembali terlahir ke dunia yang begitu nyata mereka tak bisa berkata-kata. Dibuat terkejut karena kemiripan Zara dengan anaknya itu.
Tangan Zara memegangi wajahnya yang berubah seratus persen dari sebelumnya. "Ke,kenapa dengan wajah saya kenapa sama wajah saya tolong jawab dok, kenapa!" ucap Zara dengan nada tinggi air matanya mengalir tangannya gemetar untuk memegangi wajahnya.
Wanita tua yang bernama Syeira Anandia tersebut memeluk Zara untuk menenangkannya. Beberapa penjelasan tak membuat gadis itu berhenti menahan Isak tangisnya harus bagaimana caranya untuk mengembalikan wajahnya yang dulu.
~•🌹•~
Sesampainya Zara dirumah megah itu ia merasa tidak nyaman karena berbeda dari rumah yang ia tinggali gadis itu menatap foto seseorang anak perempuan yang mirip dengannya, lelaki yang merupakan ayah gadis yang berada di foto tersebut menjelaskan. "Itu foto anak saya" ucapnya dengan membuang nafas kasar dan senyuman tipis di bibirnya.
"Dia kemana?" tanya Zara tidak tau menahu.
"Dia sudah gak ada." Zara mengerti mereka pasti menginginkan anak nya kembali dengan wajah Zara. Mereka melangkahkan kakinya untuk berjalan kesebuah ruangan.
Lelaki yang bernama Dermawan Angkasa tersebut mengantar Zara kekamarnya. "Ini sekarang kamar kamu, kamu yang nyaman disini ya, untuk sementara"
Syeira membawa makanan yang sudah ia siapkan sejak tadi. "Ini kamu makan dulu ya sayang jangan lupa dihabisin" ucapnya dengan nada lembut. Senang bisa melihat kembaran anaknya itu kembali kedunia membuat Syeira semangat dengan aktivitas nya hari ini.
"Tapi maaf, panggil saya Zara dan saya juga gak akan tinggal disini selamanya."
hati Syeira dan Dermawan hancur mendengar tutur kata tersebut. Syeira mengelap sudut matanya.
"Iya sayang gak apa-apa nanti kalau kamu butuh sesuatu kekita ya," jawab Syeira sambil memengelus lembut kepala Zara. Tidak perlu berharap lebih lama ia akan melepaskan Zara meski tidak mudah dan untuk yang kedua kalinya ia kehilangan seorang anak. Mau bagaimanapun Zara berhak pergi dari rumah itu dan menemui keluarga aslinya entah bagaimana nanti apakah Zara akan ingat dengan mereka lagi atau tidaknya.
Mereka berdua meninggalkan Zara sendiri untuk menenangkan kondisinya. Gadis itu masih pahit menerima kenyataan yang ia alami saat ini entah kenapa rasanya kelu untuk berbicara dadanya yang sesak akan perubahan wajahnya tak bisa mengubah kembali wajah lamanya itu.
Sudut matanya tersebut mengeluarkan air mata yang tidak lama menetes dan jatuh diatas kasur yang ia duduki itu. "Mamah..."
Entah harus berapa kali ia menyebutkan kata-kata itu. Percuma ia menyebut kan kata-kata tersebut itu tidak akan kembali membuat mukanya berubah kesemula dan tidak akan merubah nasibnya untuk bahagia."Kalau begini caranya mending gue gak usah hidup! gue capek, capek harus begini!" keluh kesah nya yang tidak didengar oleh siapapun itu.
"Kalau gue, bisa nentuin takdir gue pasti bakalan pilih buat bahagia. Tapi kenapa?, kenapa gue gak diizinin buat bahagia sekali seumur hidup gue?!."
Lebih baik ia mati dari pada harus hidup dengan kepahitan dan kekejaman yang tidak nyata di dunia ini. Kapan dunia adil kepada gadis cantik tersebut harus berapa kali ia mengatakan ingin bahagia.
Gadis itu berusaha untuk menahan Isak tangis nya yang menyeruak didalam hatinya mencoba menerima kenyataan pahit ternyata tidak semudah apa yang ia kira percuma untuk menangis tidak jelas seperti ini. Gadis itu mencoba turun dari atas kasurnya dan menyeimbangkan langkah kakinya untuk kekamar mandi untuk membasuh mukanya yang terasa sembab karena tangisan yang tidak berhenti sejak tadi.
"M,mau tanya kamar mandi dimana ya?" tanya Zara kepada seorang Art disana. Art itu terkejut akan kehadiran seseorang yang sangat mirip dengan anak majikannya itu ia sempat menjingkrak kaget dan membulatkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Garis Yang Terpisah [On Going]
Fiksi Remaja[Part bersambung] ⚠️ WARNING⚠️ • DILARANG PLAGIAT/SS FOTO/ APAPUN ITU! *** Cerita ini adalah sebuah kisah anak remaja yang bersekolah di sebuah SMA semua murid disana merasa kalau seorang "Queen Zara" adalah anak yang nakal tidak pernah mematuhi atu...