Part [34] Surat?

3 2 0
                                    

Bery menemukan selembar surat yang sudah ada dimejanya ia melihat sekeliling kelas dan kembali menatap surat tersebut ia membukanya secara perlahan dan mulai membaca satu persatu kata dihatinya.

Surat ini buat kamu ber.

Aku gak pernah buat bohongin kamu ber asal kamu tau aku cuma takut kamu gak nerima semua yang ada didiri aku sekarang aku juga takut kamu selalu sama Rina, Rina dan Rina kenapa harus Rina?! Luthfi, Aji, Casia sama, Ayara tau seberapa ngeselinnya Rina dan kamu? masih mau sebangku sama dia kamu tau aku setiap hari nahan rasa cemburu aku ber, cape tau gak!

Zara.

Bery memasukkan surat itu kedalam tasnya melihat Rina yang kini sedang berlari menuju bangku disebelahnya membuat pria itu mengambil tasnya dan mencoba duduk di bangku lain ia tidak ingin duduk bersebelahan dengan gadis itu lagi karena Zara yang mengingatkan sebenarnya ia memang sengaja menjauh dari gadis itu karena ia ingin melihat seberapa tidak kuatnya Zara menjauh dari dirinya.

Rina yang mengetahui Bery pindah ketempat lain itu berkata pada teman dibelakangnya. "Heh lo tau gak kenapa Bery pindah kan dia duduk disebelah gue?" gadis yang dibelakang itu kini menatapnya dan kembali menatap bukunya. Rina yang merasa bahwa pertanyaannya tidak dihiraukan itu kini kembali membentak.

"Heh anjing"

Gadis itu kembali menatap Rina dengan tatapan tajamnya. "Gue punya nama lo gak bisa panggil gue sembarangan kaya gitu." ucap gadis itu.

"Oh lo berani sama gue setelah lo diselamatin sama si Zara kemarin hah?!"

"Terus gue harus takut lagi sama orang yang gak punya adab kaya lo, sekarang gue tau kita sesama manusia jadi kenapa gue harus takut?" Rina mengepalkan kedua tangannya kemarin ia baru terkena sanksi hukuman dari para guru karena ketahuan ribut dikelas sekarang ia harus menahan emosinya sebelum ia dikeluarkan dari sekolah ini.

"Bery!" lelaki itu menghadap ke belakang yang sudah terdapat Zara disana. Gadis itu berlari kecil menghampiri pria itu dengan kedua tangan yang membawa sebuah wadah makanan berwarna hitam.

"Ini buat lo" Zara tersenyum kepada lelaki itu ia berharap bahwa lelaki itu akan menerima makanannya.

"Diterima kali gue udah susah susah bikinnya!" ucap Zara kesal ia mengerucutkan bibir mungilnya itu. Bery yang tak tahan menahan rasa rindu dari seorang Zara mencoba untuk tetap biasa saja didepan gadis itu.

"Alah so coll lo anjir" Zara pun segera menyerahkan kotak makan itu kepada Bery dan meninggalkan pria itu ia sangat kesal kenapa lelaki itu hanya diam menatap wajah bodohnya, jadi malu haha.

~•🌹•~

Zara merosotkan bahunya lemah ia sudah pasrah dengan semuanya ia bahkan sudah tidak memikirkan kondisinya lagi yang semakin lama semakin melemah kini jam makannya berantakan sama seperti dulu.

Apa berantakan? Itu sudah menjadi kebiasaannya hanya saja kali ini wajah lebih murung tidak seperti biasanya.

Zara berkali kali membuka ponselnya hanya untuk melihat notivikasi dari seorang Bery. "Kenapa sih dia gak wa gue atau apa gitu?!" Zara membuang ponselnya begitu saja ke lantai untung saja ponsel itu tidak retak.

Ponsel itupun bergetar Zara yang semula berada di kasur dengan menutupi mukanya dengan bantal kini beranjak dari tempat tidurnya untuk melihat siapa yang menelfon. Tertera nama Lionel disana, jujur saja dengan kondisinya sekarang ia sangat marah jika diganggu dengan siapapun itu. Termasuk mahluk menyebalkan seperti Lionel.

"Halo. Lo kemana si bukannya diangkat!" ucap Lionel yang tersambung dari telfon itu.

"Kenapa sih?!"

"Lo tau dompet yang ada dikamar gue diatas kasur tolong ambilin terus anterin nanti alamatnya gue Sherlock gue lupa bawa rekening" suruh Lionel, Zara pun mendengus kesal tapi ujungnya ia menuruti apa permintaan kaka lelakinya itu.

~•🌹•~

Tak berselang lama Zara pun sampai ketempat tujuan. Dimana sebuah rumah yang sangat ia kenali. Zara terkejut kenapa ada motor kakanya yang terparkir di depan rumah itu.

"Ini kan rumah Bery?" Gumam Zara.

Ia kembali membuka ponselnya dan mengirim pesan kepada Lionel karena tidak mungkin bahwa lelaki itu mengenal Bery.

Lionel

Zara; Coba lo keluar gue udah didepan.

Read.

Dan benar saja lelaki itu keluar dari rumah pacarnya. Zara terkejut bukan main Bery pun juga ikut membuntuti Lionel keluar dari rumahnya bahkan ia sama halnya seperti Zara.

"Nah sampe juga adek gue nih," Bery tidak bisa berkata kata setelah Lionel mengucapkan kalimat itu.

Zara hanya terdiam sembari melihat kearah Bery yang sama sama ikut terdiam. Lionel yang sudah menyadari hal itu pun merasa ada hal aneh yang mereka tutupi.

"Woii!" Zara dan Bery pun terkejut dan menatap kearah Lionel.

"Kalian udah saling kenal?" tanya Lionel. Bery pun hanya menggeleng dengan arti tidak. Zara yang melihat itupun merasa kesal atas tanggapan Bery.

"Yaudah gue masuk dulu ya nel" ucap Bery lalu memukul pundak Lionel.

Zara juga tak ingin kalah menanggapi lelaki itu. "Gue juga mau pulang bang, gak betah gue disini lama lama pemilik rumahnya aja udah kaya setan!" ledek Zara yang masih bisa didengar oleh Bery.

Zara pun akhirnya benar benar pergi dari sana walau masih ada rasa dan kata kata yang ingin disampaikan.

Dua Garis Yang Terpisah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang