Part [23] Pantauan❗

37 37 66
                                    

Kita dipertemukan hanya untuk membuat kenangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita dipertemukan hanya untuk membuat kenangan. Bukan masa depan.
-Queen Zara

Brakk!

Semua orang di kantor yang sedang mengadakan meeting tersebut terkejut karena dobrakan pintu yang dibuat Zara termasuk Dina.

Ayah?!.

"Zara kamu ngapain kesini?" Ya, tidak lain ia adalah Dermawan ternyata Dermawan mempunyai perusahaan dan sama-sama bekerja sama dengan Ridwan, benar sekali mereka adalah rekan bisnis dan patner kerja secara resmi, sudah tidak diasingkan lagi bahwa yang memegang perusahaan terbesar dan tersebar luas di daerah Jakarta itu adalah Dina Dewiwati.

Dina yang melihat itu menanyakannya kepada Dermawan. "Dia anak kamu? sebaiknya kalau mau datang tunggu diluar ya, kita sedang mengadakan meeting penting dengan kelayen disini!.". perintah wanita itu dengan suara sedikit lantang.

Tak segan tangan Zara yang sudah gatal ingin menampar wajahnya pun benar benar menampar muka Ibu tirinya itu.

Plakk! 

Zarapun dengan keras menampar wanita tua itu, Dina memegangi pipinya yang terasa nyeri dan sakit. "Sialan! Dermawan anak kamu itu kurang ajar, Gak punya atitude yang baik ya!." Dermawan yang melihat itu terkejut atas perlakuan Zara.

"Heh bangsat ya lo. Asal lo tau gara gara lo,  Ayah gue meninggal," ucap Zara yang dibuat terkejut oleh semua orang disana.

"GUE MAU LO RASAIN APA YANG DULU GUE RASAIN!" balas gadis itu tidak terima dihadapan semua orang disana, mereka bertiga menjadi bahan tontonan pekerja yang berada dikantor tersebut bukannya mencoba menenangkan kondisi dengan baik alih alih pekerja disana membicarakan dua perempuan yang tengah adu mulut dan fisik dihadapannya.

"Dan asal lo tau ya, gue atas nama Queen Zara, masih hidup! Dan perusahaan ini bakalan resmi digantikan atas nama gue anak terakhir dari ayah Ridwan!" lanjutnya dengan dada yang sedikit sesak. Dermawan yang mendengar hal itu sangat terkejut dengan konflik pembicaraan yang dikeluarkan dari mulut Zara.

Jadi, Zara ini adalah anak Ridwan sahabat sekaligus rekan bisnisnya?

"KAMU SIAPA MAIN KESINI AJA SAYA AJA GAK KENAL SAMA KAMU?!"

"Oh, lo gak kenal gue?!"

"Lo mau bibir lo gue sobek pake piso?!."

"MAU LO HAH?!" Zara yang sudah tidak sabar, membuka resleting tasnya dan mengeluarkan satu buah pisau yang kini berada ditangannya. Rasanya ia tidak sabar ingin menghabisi nyawa perempuan yang ada didepannya itu sedangkan dermawan tidak bisa melakukan apa apa karena sedikit Shock berat.

Badan dan tangan Zara kini dipegang dan pisau yang berada ditangan Zara pun sudah diambil oleh beberapa keamanan dikantor tersebut beberapa satpam disana mencoba mengeluarkan Zara dari ruangan itu tapi apa boleh buat tenaga gadis itu ternyata lumayan besar juga ya,

Mereka bertiga pun disatukan dalam satu ruangan yang disana terdapat Zara, Dina, Dermawan, satpam dan beberapa keamanan yang berjaga. Zara pun sudah sedikit tenang meski nafasnya yang kini naik turun mencoba untuk meredakan amarahnya gadis itu pun memulai pembicaraan terlebih dahulu.

"Saya jijik liat muka kamu. Bahkan kamu tidak pantas dipanggil sebagai Ibu." balasnya dengan berhenti sejenak sebelum melanjutkan perkataannya yang kedua.

"Saya mau kamu mati seperti Ayah saya!" lanjutnya lalu berdiri dan dengan begitu saja Zara menuangkan air yang sudah disiapkan untuk minum saat meeting disana, ia menumpahkannya diwajah Ibu tirinya itu. "Masih untug saya tuang air kewajah bajingan ini!" Dina yang sudah tak tahan itupun memutuskan untuk berdiri dan mendorong Zara dengan keras hingga gadis itu terjatuh dan meninggalkan semua karyawan, kelayen, dan meeting kerja hari ini. Dermawan sudah tidak paham lagi apa dari maksud semua ini pikirannya kacau begitu saja ketika semua masalah ini disangkut pautkan dengan pekerjaannya.

Pikiran pria tua itu kosong dan memutuskan untuk meninggalkan Zara diruangan itu sendirian, Zara yang melihat Ayah angkatnya itupun langsung keluar dan ikut mengejarnya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

"Ayah tunggu yah, aku mau ngomong sama ayah dan jelasin semuanya." ucap gadis itu seraya mengambil tangan Dermawan. Lelaki itupun menghentak keras pegangan Zara ditangannya.

"Zara, apa yang kamu lakukan itu atas hal apa! kalau gini Ayah bisa-bisa dipecat sama bos Ayah!." jawabnya dengan nada lantang kepada gadis itu.

"Ayah gak akan dipecat dari pekerjaan Ayah, aku ini anak teman Ayah, Ayah Ridwan..., dia wanita yang sudah menggelapkan nama aku yah dia menyatakan kalau aku ini udah gak ada dan bisa aja karena itu ahli waris aku jatuh kenangan dia!" Dermawan menatap gadis itu mencoba mencari kebohongan diambil matanya namun hasilnya nihil ia tidak menemukan apapun dimata gadis polos itu.

Lelaki tua berumur 40 tahun itupun memegangi kepalanya yang tidak sakit sembari berjongkok didepan Zara.

"Yaaahh...,!"

"Benar aku ini anak Ridwan!"

"Aku gak bohong!" jawabnya lalu ikut berjongkok dengan memegangi tangan Dermawan yang memegang kepalanya sendiri. Suasana hening seketika hanya ada Isak tangis dan suara beberapa rekan kerja kantor yang memenuhi ruang pembicaraan mereka.

Dua Garis Yang Terpisah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang