Part [16] Penyesalan

39 37 27
                                    

Ayara menahan pergelangan tangan Zara hingga mereka berhenti sejenak. "Gue mau nanya sama lo. Lo itu sebenarnya siapa sih?!" tanya Ayara masih dengan raut wajah yang sangat penasaran.

Zara pun hanya terkekeh mendengar pertanyaan sahabatnya itu yang kini tidak mengetahui siapa dirinya. Sebenarnya ia sahabatnya atau bukan? Mengapa ia tidak mengenali suara dari sahabatnya itu.

"Kenapa lo ketawa!"

"Lucu aja liat lo kayak gini," balas Zara seadanya.

"Maksud lo gimana sih?"

"Gak usah mancing emosi gue deh lo, kasih tau ke gue siapa nama lo yang sebenarnya dan kenapa lo bisa duduk di bangku Zara." lanjut Ayara dengan nada yang sedikit emosi.

"Lo stress, apa gimana sih?. Jelas jelas gue gak kenal siapa Zara jangan kan Zara siswa siswi disini aja gue baru tau!."

Caca yang kini menuruni motornya itu mendapat pandangan ketika melihat Ayara dan perempuan itu berbicara dengan nada yang emosi dan sedikit tegas.

Caca pun langsung menghampiri mereka dengan berlari kecil.

Dua insan itu kini berhenti sejenak ketika Casia menghampiri mereka.

"Ay lo gimana sih. Udah dia juga anak baru disini. Lo gak usah nyari masalah deh, dia gak ada hubungannya sama hilangnya Zara. Paham!"

Casia menarik pergelangan Ayara untuk ikut masuk kedalam kelas dengannya. Sedangkan Zara hanya bisa melihat punggung sahabatnya berjalan hingga tak terlihat lagi.

"Ay, ca. Kapan lo bisa sadar kalo ini gue?" bicara Zara dengan nada pelan.

~•🌹•~

Hari ini Zara mempunyai jadwal untuk kerumah sakit karena luka di badannya masih terasa begitu nyeri dan cukup menyiksa baginya dan kondisi tubuhnya ada beberapa luka yang masih basah memenuhi beberapa bagian tubuh mungil gadis itu.

"Mah, udah siap belum?" tanya Ayara kepada syeira dengan nada sedikit gugup.

Perempuan tua itu membuka pintu kamarnya didepan pintu itu sudah terdapat Zara yang rela menunggunya. "Kamu dari tadi udah disini?"

"Engga kok. Aku baru aja disini" jawab Zara dengan lekukan tipis dibibir gadis itu. Terlihat cantik dari atas sampai bawah. Anak yang tomboy kini terlihat feminim ketika dirawat oleh Syeira. Tak disangka jika Syeira Anandia kini merubah drastis kehidupan gadis remaja itu.

"Ayu, kita jalan"

"Iya, mah."

Kini Syeira berhasil membuat Zara terpatung tak bernyawa ketika didepannya entah mengapa Zara terlihat kalem dan manis ketika bersama dengan wanita tua itu.

"Mah" ucap Zara. Syeira yang kini sedang menyetir mobilnya melihat kearah wajah gadis itu. "Iya, kenapa sayang?"

"Aku cuma mau ngomong. Makasi buat semua ini. Kalau gak ada mamah mungkin malam itu aku udah gak a-"

"Shuttt, apa apaansih kamu" sosor Syeira.

"Mamah nyelamatin kamu itu juga keputusan mamah, dan mamah gak menyesal akan hal yang mamah lakuin."

"Mamah menganggap kamu itu seperti anak sendiri asal kamu tau itu. Mamah suka sama sifat kamu yang begitu lembut, tulus, dan ya jika bisa dibilang kalau kamu sama temen kamu, yaa. Kamu agak kasar" lanjut Syeira dengan perkataan apa adanya itu.

Zara sempat terdiam. Memang benar ia kasar dan tidak sepatutnya sebagai seorang wanita berkata kasar. Tetapi jika dibuat bercanda bukankah itu sangat seru.

Syeira pun memarkirkan mobilnya diparkiran khusus mobil dirumah sakit itu. Mereka berdua turun dari mobil dan masuk kedalam rumah sakit itu. Rumah sakit Hermina wati yang kini mereka kunjungi.

Dokter yang dibantu beberapa suster disana sedang mengecek keadaan Zara. "Bagaimana dok?" tanya Syeira.

"Anak Ibu, baik baik saja. Dan alhamdulillah kini kondisi luka nya mulai membaik dari pada yang sebelumnya. Tapi kalian harus tetap memakai obat yang kami berikan ya." jelas dokter tersebut dengan senyuman di bibirnya.

"Baik dok, saya sebisa mungkin bakalan ngingetin anak saya untuk selalu memakai obat ini,"

~•🌹•~

Kini mereka sedang berada disebuah restoran besar dan indah di Jakarta.

"Kamu mau makan apa?" tanya Syeira yang tidak dijawab oleh Zara. Gadis itu asyik memperhatikan benda benda antik yang berada di restoran tersebut seakan akan ia baru pertama kali kesana. "Zara. Kamu mau makan apa?" tanyanya sekali lagi yang dapat didengar oleh Zara.

"Eh iya," jawab Zara terkejut. "Emm, samaan aja deh sama mamah" lanjut gadis itu.

"Pesan ini dua ya mbak"

"Iya Bu." pelayan itu langsung pergi meninggalkan mereka berdua dimeja makan tersebut.

"Zara, kamu baru kesini?" Zara pun menoleh kearah Syeira yang sedang mengajukan pertanyaan kepada nya.

"Engga. Ini emang tempat favorit aku sejak kecil dulu Ayah sering ajak aku kesini, jadi kangen makan disini lagi, hehe" jawab Zara seadanya dan terdengar tulus.

Dada Syeira terasa sesak mendengar tutur kata gadis itu entah mengapa ia tidak memperlakukan putrinya dulu dengan manja hingga akhirnya ia kehilangan seorang putri satu satunya itu. Ngilu hatinya ketika mengingat peristiwa kematian dan hari terakhir ia bertemu dengan putrinya.

Ternyata benar penyesalan akan selalu berjalan diakhir.

Dua Garis Yang Terpisah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang