Part [13] Pertolongan

30 34 0
                                    

Malam semakin larut kondisi Zara semakin mengenaskan darah di kepalanya tak kunjung menghilang ada sepasang suami istri membawa mobilnya kearah dimana tepat Zara kecelakaan.

"Mas, ada orang kecelakaan itu. Kasian banget tolongin mas" ucap wanita tua itu kepada sang suami.

"Iya bener mah, itu kayanya remaja yang kecelakaan. Kasian banget mukanya sampai kaya gitu,"

"Tolongin aja mukanya udah ancur gitu" mereka berdua turun dari mobil untuk memeriksa denyut nadi yang berada ditangan Zara.

"Gimana mas, dia masih hidup kan?" tanya sang istri dengan nada dan ekspresi khawatir.

"Masih hidup"

"Alhamdulillah, yaudah kalo gitu kita bawa kerumah sakit aja" jawabnya. Mereka menggendong gadis itu sampai didalam mobil.

Pria itu mengambil benda pipih yang berada disakunya. "Halo. Kalian cepat-cepat kejalan sudirman ya. Ambil motor yang tergeletak disini dengan, cepat!."

"Baik pak!" jawab seseorang yang berada didalam telfon tersebut.

Sesampainya mereka dirumah sakit. "Sus, tolongin anak ini dulu suster dia kecelakaan pastiin dia baik baik saja dok"

"Iya Bu, pasien saya akan bawa keruang perawatan sebentar" ucap seorang suster perempuan ia membawa Zara diruang isolasi. Beberapa jam menunggu dokterpun membukakan pintu dua orang suami istri tersebut langsung bertanya-tanya bagaimana keadaan gadis itu.

"Gimana dok dia baik-baik aja kan"

"Apa dia udah sadar dok?" beberapa pertanyaan keluar dari mulut mereka.

"Jadi gini Ibu Bapak. Wajah anak kalian hancur parah wajahnya harus dioperasi kalian punya foto supaya wajah anak ibu dan bapa bisa kami bentuk kembali?" tanya dokter tersebut.

Mereka berpikir keras bagaimana bisa mengembalikan wajah Zara saat ini juga sedangkan mereka baru mengenal Zara. Satu pikiran pun terlintas di benak mereka.

"Dok, ini bentuk muka dia seperti yang berada di foto ini" ucap perempuan tua itu dengan ragu tangannya mengulurkan satu buah foto diponselnya.

"Baik kami akan memulai operasinya"

Sedangkan lelaki tua yang berdiri disampingnya mengeluarkan air mata disudut matanya dan menerawang ke depan dengan tatapan kosong. "Kamu?."

"Kenapa,"

"Kamu udah gila apa gimana bisa-bisanya kamu buat wajah dia mirip sama anak kita yang udah gak ada!"

"Aku juga gak tau mas pikiran aku tiba-tiba langsung kesana"

"Kamu itu gak mikir dulu gimana kalau orang tua gadis itu gak bisa ngenalin dia?!" tolak lelaki tua itu dengan kasar. Benda yang berada di saku lelaki itu berbunyi menunjukan notivikasi seseorang yang menelfonnya.

"Halo pak, motor nya sudah kami antar ke rumah bapak ya"

"Iya, yasudah kamu boleh pulang,"

"Baik pak kami tutup telfonnya ya," pria yang berada didalam ponsel tersebut mematikan telfon yang ia sambungkan tadi.

Lelaki yang tidak habis dengan pikiran istrinya tersebut menatap istrinya dengan penuh amarah. Bisa bisanya pikiran bodoh itu terlintas dibenak istrinya bukan karena hal apa pun itu tapi kalau sudah begini pasti akan berurusan dengan keluarga sang gadis pikir lelaki tua itu.

Mereka menunggu hingga pagi didalam rumah sakit tersebut beberapa Suter, Pasien, Dokter dan lain lainnya melintas dihadapan mereka.

Hanya tinggal menunggu operasi selesai mereka bisa tenang dan mengetahui wajah gadis itu nantinya akan seperti apa.

"Mas ayo kita makan dulu, sejak tadi malam kita belum makan apa apa. Emangnya kamu gak laper?" tanya wanita tua itu kepada sang suaminya yang sedang tertidur dengan kedua tangan dilipat silang.

Lelaki itu terbangun sejenak mendengar pertanyaan istrinya. "Kamu kalau mau makan, makan sendiri aja saya gak nafsu!" jawabnya.

Masih terlihat jelas bahwa suaminya itu masih marah dengannya wanita tua itu mengerti apa yang dimaksud suaminya.

Mempunyai trauma cukup sulit untuk berinteraksi dengan hal hal lama. Lelaki itu mempunyai trauma ketika melihat anaknya lagi karena teringat atas kejadian naas yang menimpa anak perempuannya itu.

"Sampai kapan kamu mau berteman dengan masa lalu yang selalu ada dipikiran mu?" ucapnya yang sudah pasrah dengan keadaan suaminya itu.

"Saya pesan pop mie nya yang langsung diseduh, dua ya?"

"Iya Bu, rasa apa?"

"Ayam bawang aja mba"

"Siap, minumnya apa Bu?"

"Minumnya nanti saya ambil sendiri deh mbak."

"Siap"

Tak perlu menunggu lama makanan yang dipesan pun jadi. "Ibu kerumah sakit nunggu siapa Bu?,"

"Saya nungguin anak saya mbak" jawabnya dengan senyuman ringan.

"Oh, kalo boleh tau anak Ibu sakit apa?" sempat berpikir dan akhirnya ia menjawab dengan seadanya.

"Anak saya. Kecelakaan mbak dan saya lagi nunggu operasinya sekarang"

"Ya Allah, sendiri aja Bu?"

"Enggak kok masi ada suami saya lagi nunggu, kalau saya sendiri disini lalu untuk apa saya pesan pop mie nya dua"

"Oh, iya juga ya Bu, hehe" jawab pelayan wanita itu dengan cengiran diwajah nya

"Mbak saya mau tanya,"

"Tanya apa Bu?"

"Anak saya kehilangan ingatannya gak ya?" ucap Syeira dengan senyuman pasrah diwajahnya.

"Bu jangan ngomong gitu serahin aja sama yang diatas udah ah Bu"

Dua Garis Yang Terpisah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang