Part [9] Gengsi

51 52 86
                                    

Zara yang saat ini ketiduran di sekolah refleks terkejut karena wajah yang tampak lelah itupun disiram air oleh guru yang sedang mengajar. Zara kelabakan tak mengerti kenapa tiba-tiba ia disiram dengan air.

"Bu kenapa sa-"

"Kamu tau ini jam berapa?" sosor guru tersebut.

"Jam sembilan"

"Berarti kamu tau ini jam pelajaran kedua kan Zara."

"Iya Bu, saya tau"

"Berarti ini jam pelajaran Ibu. Zara kenapa kamu malah tidur enak enakan dikelas?" teman sekelas Zara hanya bisa melihat gadis itu dimarahi oleh Bu Indri guru belajar bahasa yang sangat galak ia baru mengajar disekolah ini tapi jika murid yang melihat itu sudah seperti kertelaluan. karena selama ini guru mereka tidak ada yang seperti Bu Indri baru masuk sudah bisa membentak, memarahi karena hal sepele, dan hukuman nya pun tidak main-main.

"Maaf Bu kepala saya lagi pusing jadi saya ketiduran sebentar" kali ini gadis itu tidak berbohong kepalanya pusing tujuh keliling karena ia tidak sarapan dan kelelahan sejak kemarin.

"Saya gak percaya guru-guru disini bilang kalau kamu itu anaknya semaunya saja"

"Tapi Bu. Kali ini saya gak bohong"

"Saya bakalan kasih hukuman ke kamu. lari 10 kali muter lapangan cepat!" perintah guru itu dengan lantang. Zara hanya bisa menuruti perkataan Bu indri meski kepalanya sedang pusing ia tidak ingin dipandang sebagai gadis yang lemah apapun hukumannya akan ia laksanakan menurutnya kesalahan pasti ada hukuman.

Zara menuruni satu persatu anak tangga kaki yang dibalut alas kaki itu menuju kearah lapangan penglihatannya sudah kabur sesekali ia berhenti agar tidak merasa pusing. Bu Indri hanya bisa melihat dan memerintah Zara dari atas.

Baru enam putaran gadis itu sudah lelah seketika badannya hampir terjatuh di atas tanah. Bu Indri hanya melihat dan tidak membantu gadis yang hampir pingsan itu menurutnya ini hanya perilaku Zara supaya tidak dihukum.

"Ga gak boleh sedikit lagi ayo gue pasti bisa" ucap Zara ia sudah mengitari lapangan sudah delapan kali namun sialnya ia sudah tak tahan lagi kepalanya terasa berat pandangannya kabur badannya kini sudah ada diatas tanah. Bu Indri tidak percaya jika gadis itu sampai pingsan ia menyuruh beberapa murid untuk menggendong zara sampai ke UKS. Baru hari pertamanya mengajar sudah membuat seorang siswi perempuan pingsan karena hukumannya bisa-bisa ia dipecat.

"Za lo gapapa kan" ucap Caca yang duduk disamping kasur pasien yang saat ini ditepati oleh Zara mata gadis itu perlahan lahan mulai terbuka rasanya masih sama tubuhnya tidak kuat untuk bangun.

"Lo kenapa sih za bisa sakit kaya gini?"

"Enggak gapapa santai aja gue gak kenapa napa"

"Gila lo udah tau muka lo pucet begini masih bilang gak kenapa napa"

"Udah lah ay lo mending beliin makanan buat Zara sana"

"Iya gue kekantin dulu jagain tuh temen gue ca sampe kenapa kenapa lo gue end"

"Yeh anjir gue juga temennya kali emang mau gue apain"

"Za gue gak habis pikir sama Bu Indri bisa-bisanya dia bikin hukuman kaya gini" balas  Casia dengan kesal.

"Udah lah lagi gue juga salah ketiduran dikelas"

"Lo tumben banget ngaku kesalahan lo."

"Udah lo semua bisa diem gak sih?! gue pusing"

~•🌹•~

Seorang laki-laki yang sedang berlari dari lapangan basket menuju UKS ia adalah Bery lelaki itu khawatir sahabat masa kecilnya terluka sedikitpun dasar bodoh sekarangkan hubungan mereka sudah lebih dari seorang sahabat.

"WOI MINGGIR GUE MAU LEWAT" ucapnya dengan lantang semua murid takut dengannya memangnya siapa yang berani dengan seorang Bery? kena tabrak sedikit saja Bery akan menyalahkan orang itu padahal ia yang menabraknya, sesampainya di UKS.

"Za lo gak kenapa napa kan?" tanyanya disusul dengan wajah khawatir.

"Gue baik-baik aja lo gak usah khawatir kaya gini deh"

"Siapa yang khawatir sama lo" balas lelaki itu ia membuang matanya kearah lain, bukannya ia tidak khawatir tetapi ia gengsi karena berpacaran dengan sahabat sendiri rasanya sangat aneh.

"Masa, lo gak khawatir sama pacar lo sendiri parah lo bang-" lelaki itu menyentuh bibir gadis itu dengan jari telunjuknya mengisyaratkan agar gadis itu tidak melanjutkan perkataan kasarnya.

"Apa? Hm mau ngomong apa lo tadi"

"Apaansih gaya lo udah kaya mau ngapain aja!"

"Mau gue hukum lo nanti malam?" tanya Bery yang langsung membuat Zara bungkam mata gadis itu melotot seakan ia terkejut dengan ucapan lelaki itu. Pria itupun terkekeh melihat perilaku gadis itu.

"Ber kita belom sah" tak lama bel berbunyi waktu mereka terganggu disaat saat seperti ini padahal lelaki itu masih ingin berbicara bersama Zara.

"Udah sana lo ber udah bel masuk tuh"

"Yah tapi"

"Tapi apa lagi lo mau dihukum kaya gue udah sana"

"Siap tuan putri" jawabnya dengan tangan diatas alis seperti sedang hormat, lelaki itu menuju kelas dari ruangan UKS sedangkan Zara saat ini masih berada di ruang UKS ia tidak kuat untuk berjalan, pulang nanti ia akan diantar oleh Bery sampai kerumah.

"Ber gue harap lo bakalan disini sama gue terus ..."

Mereka bilang rumah adalah tempat bersandar. Tapi mengapa aku tidak bisa merasakannya?
-Queen Zara

Dua Garis Yang Terpisah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang