Dear diary ku ingin bercerita...
Semalam aku bermimpi, bermimpi bertemu dengannya...
Kan ku tulis semua cerita ini,
Begitu senangnya harikuLantunan lagu yang saat ini menyapa telinga gadis berambut sebahu itu membuat malam hari semakin terisi dengan suasana galau. Zara menerawang ke atas, manik matanya menatap bulan yang menyinari bumi dimalam hari.
Mata sendunya itu tak bertahan lama untuk membendung air mata yang kini ia tahannya. Pikirannya hanya terbayang masa masa kecil yang dulu begitu indah. Jujur saja jika ada alat pengembali waktu seperti Doraemon ia juga ingin kembali ke masa masa itu. Dulu ia ingin cepat cepat untuk menjadi seseorang yang dewasa tapi kenyataan berbalik ternyata dewasa itu tidak menyenangkan dan harus memikirkan banyak hal yang begitu berat menurutnya.
"Dulu...,"
"Dulu mamah ngajarin gue,"
Flashback.
"HAHAHA kejal aja kayo bisa!" ucap Zara kecil yang berumur empat tahun. Malam itu ia sedang bermain bersama lelaki yang tidak lain adalah sepupunya sendiri yaitu Aji.
"Happ! Ketangkep" ucap Aji yang yang terlihat sedang bermain kejar kejaran dengan gadis itu lalu memeluk Zara ketika tertangkap. Laras sasti yang tidak lain adalah nama Ibu kandung Zara pun tertawa melihat tingkah laku anak anak mungil itu sejak tadim Zara terlihat bahagia dimata wanita itu anak polos itu senang jika ada teman seperti Aji yang selalu menemaninya.
"Heii udah sini mainnya, kita duduk dulu." suruh Laras kepada kedua anak yang bergembira itu. Mereka duduk diluar halaman dibawah rembulan yang terang. Suasana angin malam membuat rambut mereka terbawa sedikit oleh hembusan angin yang berjalan.
"Itu nama na apa, mah?" tanya gadis lugu itu, ia menunjuk bulan dengan jari telunjuk mungilnya.
"Yang itu?" tanya Laras balik kepada bocah berumur empat tahun itu.
"Iya"
"Itu namanya bulan, sayang. Cantik kan?" jawab Laras dengan nada lembut dan di ikuti senyuman riang di wajah gadis kecil itu.
***Tak terasa air mata Zara jatuh begitu saja gadis itu terkekeh. "Kenapa? kenapa harus terjadi sama gue..." nafasnya terasa sesak gadis itu kembali diingatkan akan perceraian orang tuanya. Jika saja ia dulu ikut dengan Ibu nya mungkin kondisi dan semuanya tidak akan seperti ini. Aji yang saat ini pasti sedang bermain dirumahnya, Ayara dan Casia yang pasti masih ada untuk menemaninya kemana saja, dan andai kan saja waktu bisa diputar kembali dan ia selalu berharap tak akan ada yang dinamakan perceraian orang tuanya kala itu. Zara pun tidak perlu mengikuti sidang perceraian dan menjadi saksi disana saat itu.
Ditambah lagi sekarang ia tidak punya siapa siapa. Ayah? jangan ditanya Ayah nya sekarang sudah berubah drastis seperti tidak mengenal anaknya lagi bahkan rasanya Ridwan sudah tidak menganggap Zara sebagai seorang anak lagi.
Dear diary ini hanyalah mimpi
Dan ku buka mata pagi menyapa ku...,
Ini hanya sebuah mimpi
Ini hanya sebatas mimpi...Lagu itu mengisahkan bahwa keinginan Zara saat ini hanyalah sebuah mimpi yang tidak akan tercapai untuk bahagia. Terkadang melihat teman temannya yang masih akrab dengan orang tuanya itu membuat gadis itu iri dengan perlakuan seorang Ibu dan Ayah kepada teman-temannya. Hanya bisa berharap kapan ia seperti itu, mungkin memang ini jalan dan takdirnya yang baik baginya semua punya jalan masing masing tak bisa perlu dikhawatirkan nanti ia akan mendapatkan semua itu dengan orang baru.
"Capek. Haha gue pasti capek." balas nya dengan bahu yang sedikit merosot. Gadis itu membuang nafasnya kasar dengan air mata yang membasahi pipinya dadanya juga terasa sesak mengingat masa lalu yang amat menyakitkan.
"Apa boleh buat namanya juga hidup kalo gak punya masalah gak akan seru jalanin aja deh lo Za."
"Apa gue ini anak pungut ya?"
"Sampai-sampai mereka gak mau anggep gue ada."
"Mereka sebenarnya mikirin perasaan gue gak sih?!"
"Apa hal ini udah biasa, atau emang gue aja yang lemah cuma ngadepin ini semua!"
"Meski itu nyakitin diri kita." sambungnya ia mengelap matanya yang terlihat sembab.
Gadis itu kembali masuk kedalam kamarnya melihat cerminan dirinya yang sudah seperti setan. "Anjing." umpat gadis itu.
"Gila. Muka gue udah kayak mayat begini." ucap gadis itu kepada diri sendiri. Memang benar jika sekarang ia sudah seperti mayat hidup dengan tubuh yang jarang diisi dengan makanan dan selalu menangis dimalam hari, tidak pernah keluar kamar dan keluar hanya jika diperlukan saja. Kali ini gadis itu sudah jarang sekali untuk berbaur dengan semua orang ia merasa tidak pd dengan wajah barunya itu.
Seketika keluar cairan merah dari hidung Zara setelah menatap dan berdiri lama didepan cermin itu. Zara panik baru pertama kali ini ia merasakan yang namanya mimisan. Cepat cepat ia memanggil Syeira untuk memberi tau apa yang terjadi.
"MAMAHHH!" teriak gadis itu kepada Syeira. Syeira yang mendengar hal itu pun terkejut kenapa Zara memanggilnya seperti itu.
Zara yang sudah berada dihadapan Syeira itu langsung memberi tau darah yang terus menerus mengalir keluar hidungnya.
Syeira sedikit terkejut kenapa anaknya bisa seperti ini. "Ya, ampun Zara ini kenapa hidung kamu kaya gini." Zara hanya menggeleng arti tidak tau kenapa bisa begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Garis Yang Terpisah [On Going]
Jugendliteratur[Part bersambung] ⚠️ WARNING⚠️ • DILARANG PLAGIAT/SS FOTO/ APAPUN ITU! *** Cerita ini adalah sebuah kisah anak remaja yang bersekolah di sebuah SMA semua murid disana merasa kalau seorang "Queen Zara" adalah anak yang nakal tidak pernah mematuhi atu...