Part [2] Sifat?

61 54 23
                                    

~•🌹•~

"Dih sotau, udah siniii" Bibi yang melihat mereka berduapun tersenyum melihat keakraban mereka.

Dua goresan berhasil membuat warna merah segar itu mengalir. "Asshh" anak itu meringis kesakitan menahan perih yang ada ditangannya.

"Apaansih. Anjing tangan lo kenapa piso?!" hal itu membuat shock Zara. Bukan shock karena tangan adiknya itu terluka pasti ia akan kena omel kali ini.

"TUH KAN LO SI DIBILANGIN NGEYEL" Bibi membekap mulut Zara dengan kencang. "Non kalo ngomong jangan keras-keras nanti didenger nyonya"

"Iya bi." sebelum Bibi membekap mulutnya Dina sudah sejak awal melihat aktivitas mereka dan mengetahui apa yang sudah terjadi pada anak laki-laki nya tersebut.

"Bagus gimana?" tuduh Dina dengan mudah.

"I,itu bukan karena aku."

"Gara-gara kamu tangan adik kamu berdarah!. Kamu bilang bukan karena kamu?!"

"Jadi anak cuma bisa nyusahin saudara kamu aja, ga guna kamu!"

Plakk-! tak heran jika tamparan lah yang saat ini melayang dipipi nya Zara kali ini baginya tamparan sudah menjadi makanan sehari harinya.

Tiba tiba anak kandung Dina datang melihat keributan itu lalu menghampiri mereka. Nara pun tertawa melihat adik tirinya itu kena tamparan dari sang Ibu.

Anak kandung Dina yang tidak lain adalah Nara rasanya ia ingin sekali juga ikut menampar Zara, tapi kali ini ia tidak akan bermain kasar ia ingin langsung Zara keluar dari rumah.

"Lo inget disini lo cuma pembantu dirumah gue!" ucapnya yang langsung dilihat dengan sorot mata tajam dari Zara. Gadis itu mati matian selalu menahan rasa nyeri yang berada di pipinya tersebut.

"Lo mau gue aduin ke papa soal ini?. Oke kalau gitu gue telfon papa sekarang juga."

Zara yang sudah ingin meluapkan emosinya itu pun mengambil benda gepeng yang ada di tangan Nara benda itu tidak lain dari ponsel. Ia membantingnya sekuat mungkin ponselnya tidak pecah tapi itu sepertinya sudah tidak berfungsi.

"Lo mau apa nar nelfon papa? Kerjaan lo bisa apasih, siapa yang jadi beban disini gue? Atau lo!"

"Mikir nar cuma bisa ngadu aja bangga lo.  Lo itu disini cuma numpang ini rumah gue! Bukan rumah lo. Paham!"

Saat ini Zara sungguh tidak peduli dengan Ibu tiri dan saudaranya yang seperti orang gila marah-marah tidak jelas ingin rasanya ia menjenggut mereka tapi Zara tidak mungkin berbuat itu kepada orang yang lebih tua untung saja hatinya masih mempunyai rasa manusiawi. Zara pun menarik tangan Angga mereka berjalan menaiki tangga sesampainya dikamar. Zara mengambil kotak P3K untuk mengobati bagian tangan adiknya yang terluka.

"Sakit gak lo?." tanya Zara sembari menahan gejolak emosi di dadanya.

"Enggak" seketika Angga merasa tidak enak dengan kakaknya itu. entah mengapa rasanya berbeda jika sudah seperti ini.

~•🌹•~

Saat ini Zara berada di sekolah tepat dimana jam istirahat berbunyi. Zara sedang duduk dikantin ia belum memesan apapun Zara biasanya akan makan jika temuannya itu ada disini.

Flashback.

"Za gue ke toilet bentar, lo kekantinnya duluan aja za. Gue lama."

"Kalo lo ga dateng gue sleding pala lo gimana ay?" tanyanya yang membuat gadis itu melebarkan bola matanya sedikit lebar.

"Iya bawell" jawab gadis itu. Namanya Ayara Aubrielle bisa dibilang incaran lelaki di SMA ini Zara pun juga tidak kalah dengan Ayara namun lelaki yang menyukai Zara hanya bisa menyembunyikan perasaannya saja karena jika tidak ia akan berhadapan dengan seorang Bery ya Bery.
***

"Eh za diem aje lo, Aya mana?" tanya gadis berhijab itu. Gadis itu juga tidak lain adalah kawannya Zara, sejak kecil ia selalu bermain bersama. Namanya Casia Safa Naushen biasa dipanggil Caca oleh teman-temannya gadis inilah yang sangat dekat dengannya ia tau bagaimana seorang Zara dibesarkan bahkan ia tau Zara sering dipukul oleh Ibunya.

"Ke wc lama banget, gatau ngapain aja tuh anak!" gadis itu mendengus sebal.

"Lo yakin dia ke Wc?" tanyanya yang tidak diyakinkan oleh Zara. Mana mungkin di Wc  lama sekali? Pasti itu hanya sekedar alasan saja.

"Woi monyet sialan!" tidak lain seorang Bery yang sedang bermain kejar-kejaran dengan temannya saat ini.

Bery Wijahya.S pria ini hanya bisa membuat recoh kantin saja. "Lo bisa gak ber jangan gangguin gua sekaliiii aja anji-" belum sempat melanjutkan perkataannya pun sudah dipotong dengan sahabatnya itu.

"Yeh bacot lo, Iyem" balas Bery yang tak ingin kalah.

"Nama gue William bukan Iyem setan!." William Nugroho anak itu membuat kakinya sebagai tumpuan. napasnya memburu karena mengejar temannya itu.

~•🌹•~

Ayara

Zara; Lo dimana sih ya? Tadi gue tungguin sama Caca.

Zara; Gue udah nungguin lo tadi sama Caca, anjrit bales kek!.
Gadis itu membuang nafasnya kasar.

Ayara; Tadi niatnya gue mau ke kantin

Zara; Terus? Kenapa lo gak kekantin?.

Ayara; Yaudah gak jadi deh.

Zara; Lah kenapa?

Saat ini nomer Ayara sudah tidak aktif.

Ternyata benar jika salah satu dari mereka sedang ada hubungan dengan seseorang pasti salah satu sahabatnya dilupakan. Ingin rasanya ia membuat hancur hubungan temannya dengan kekasihnya jika Ayara bukan temannya sendiri, mungkin Zara akan merusak hubungan Ayara dengan laki-laki itu. Haha? Bukankah itu lucu?.

Next/ tidak?
Isi komentar

Dua Garis Yang Terpisah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang