Part [29] Perempuan gila.

24 14 43
                                    

Hari ini adalah hari Jumat yang sudah ditunggu tunggu oleh Zara untuk datang ke sekolah, sebenarnya ia senang bukan karena pelajaran sekolah hari ini tetapi untuk melihat seseorang yang kini ia tunggu tunggu tunggu itupun.

"Kamu udah siap siap hari ini keliatannya rapi banget, kalau begini mamah suka liatnya." semangat Syeira pada anaknya.

"Ga mungkin lo semangat kaya gini, pasti ada mau nya kan lo?" sosor Lionel Kaka menyebalkan itu.

Zara pun memandang Lionel sinis.

"Udah ah Zara mau berangkat kesekolah," jawab Zara kesal.

"Lio, kamu sih udah tau lagi semangat adeknya malah dibikin kesel" tegur Syeira kepada anak tunggal itu.

Lionel yang merasa sang Ibu menegur dirinya kini ia kembali melanjutkan perkataannya. "Ya sok atuh mangga kalo mau sekolah, terus Lionel teh kudu naon si mak?"

Syeira yang mendengar anaknya berbahasa Sunda itu pun menggeleng gelengkan kepalanya. Zara pun kini segera mengambil tangan Syeira dan menciumnya.

"Udah ah, yaudah aku berangkat. Dadah Lionel jelek suka ditolak cewek" Lionel yang mendengar itu pun langsung melototkan matanya.

Sesampainya disekolah Zara pun segera duduk di bangku sekolah yang sudah disediakan untuknya. Pelajaran pun kini dimulai oleh seorang guru laki laki yang sudah tua memakai kaca mata dan berbaju coklat muda itu. Tepat saja namanya Pak Agust Dwiantani kini di jam pelajaran yang dimulai ia memulai pembicaraan kepada siswa siswi dikelas itu.

"Tolong anak anak berhenti sejenak nulisnya ya, bapak hari ini ingin mengumumkan bahwa beberapa minggu lagi kita akan mengadakan lomba untuk beberapa kelas di SMA ini. Bapak harap kalian mengerti peraturan lombanya, dan bapak harap kalian mendengarkan penjelasan bapak lebih lanjut."

Lelaki tua itu pun mengambil beberapa surat yang sudah tersusun rapi dimeja gurunya. Ia kini berdiri dari bangku sekolah untuk membagikan satu lembar surat kepada satu anak dikelas itu.

Semua murid yang sudah menerima kertas pengumuman itupun kini mulai membacanya baik-baik.

"Pak masa lomba tarik tambang" ucap Kristan dikelas itu.

"Iya, pak kaya anak kecil aje" lanjut Melany.

"Eh woi tapikan ini lomba 17-an wajaraelah, lo milih masuk lomba mana!" balas Siska.

Zara pun segera membaca surat yang sudah diberikan ia memang tidak semangat bukan berarti tidak akan menang.

~•🌹•~

Gadis berambut sebahu itupun kini berdiri di lorong sekolah yang sepi dan bersender pada dinding berwarna putih biru tersebut. Ia memejamkan matanya sambil bersedekap dada akibat terlalu lelah karena begadang semalaman melebihi batas tidurnya.

Plakk

Gadis yang bernama Zara itupun mulai membuka matanya perlahan dan melihat bahwa ada seorang anak laki-laki polos yang sepertinya baru masuk SMA itu, bukunya terjatuh kelantai entah kenapa Zara baru engah jika ada seseorang yang lewat di lorong itu.

Zara pun mulai membantu membereskan buku yang berserakan. "Gue baru liat lo disini, lo siapa?"

Lelaki berponi itupun terdiam sejenak mencerna perkataan Zara. "Kalo gue nanya tuh dijawab!" lanjut Zara sembari menjentikkan jarinya ditelinga pria itu.

Pria itu kembali menatap Zara. "Malahan aku yang baru liat kamu."

Zara berpikir sejenak. Mungkin ni anak baru disini setelah gue gak sekolah beberapa bulan karena kecelakaan. Batin Zara.

Zara pun mengangguk. "Lo mines?"

Pria itu menjawab. "Iya, gara gara ini aku gak ada teman."

Zara pun mengubah raut wajah dan alisnya "Lo bisa jangan jalan nunduk kaya gitu. Selagi ada softlens kenapa lo gak pake itu aja?"

"Aku gak bisa cara pakainya hehe"

"Cupu!" balas Zara, ia memang suka membully anak seperti ini tetapi setelah keluarganya berubah drastis ia mulai malas untuk membully, beberapa anak disekolah dan mulai menolong mereka. Tapi tetap saja kata kata gadis itu tetap bisa membuat sakit hati seseorang muncul.

"Kamu sendiri ngapain disini? Kalau mau tidur mending di kelas aja. Masa tidur berdiri?" tanya lelaki itu.

"Nama lo siapa?"

"Jio." balas lelaki itu lembut.

"Lo mau kemana?"

"Aku mau kekelas."

Zara pun mengerti. "Yaudah nih buku lo,"

Ketika Zara ingin mengembalikan buku tersebut tertera nama Rina dibuku itu. "Bentar, ini buku Rina kan?"

Lelaki itu mengangguk. Zara yang melihat itupun mulai mengepalkan tangannya erat erat. "Kasih tau gue dimana Rina sekarang?!"

"Di perpus" jawab laki laki itu. Sebelum menjawab perkataan Jio Zara pun menarik tangan lelaki itu segera ke perpustakaan.

"WOI RINA!" Rina pun tidak menoleh sama sekali. Padahal perpus itu sepi hanya menyisakan empat orang disana. Benar saja Rina, Zara, Jio, dan Meyra teman akrab Rina.

Zara kini segera berlari dan menghampiri Rina. Gadis itu menarik bahu Rina dengan kuat.

"Apaansih!" jawab Rina yang merasa bahunya ditarik.

"Lo ngapain minta tolong Jio buat naroh buku bekas lo itu!"

Rina pun terdiam. "Oh, jadi seorang Zara lagi dekat sama Jio?"

"Bacot lo, lo punya kaki sama tangan masih aja males!" Rina pun terkekeh ringan melihat Zara.

"Lo gak ada hubungannya sama kita berdua lagi lo ngapain si zar?!"

"Brisik."

Zara pun mengambil buku Rina yang kini berada ditangan Jio lalu melemparkannya ke muka gadis itu. "Ambil tuh buku lo!"

"Zara ..." ucap Jio pelan.

Zara segera keluar dari perpustakaan dibuntuti oleh Jio.

Dua Garis Yang Terpisah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang