Part [31] Modus

7 4 0
                                    

"Hai?" sapa gadis itu kepada Bery namun sayang lelaki itu tak menjawab kembali sapaannya dan melewati gadis itu begitu saja.

Zara yang melihat itu pun berkacak pinggang. "Eh lo, mending gak usah kecentilan deh!" ucapnya kesal.

Gadis yang bernama Rina itu menoleh ke belakang yang sudah terdapat Zara disana. "Lo siapa larang larang gue sama Bery!" Zara pun lantas memberikan senyuman sinisnya, jika saja wajahnya tidak di operasi akibat kecelakaan mungkin Bery akan mengenali bahwa Zara kini ada didekatnya dan mungkin ia akan tau bahwa kekasihnya itu bukan pergi tetapi hanya ia tidak ingin membuat Bery merasa kasihan dan menjauhinya karena hal tersebut.

"Kalo gue kasih tau nanti lo kaget lagi." jawabnya lalu terkekeh dan berjalan menuju kearah Rina. Rina yang melihat itupun langsung meneguk ludahnya.

Apaansih ini anak udah gue celakain tetep aja masih sifatnya kaya dulu. Batin Rina.

"Kenapa lo mundur mundur sih? Gue kan cuma pengen kasih tau belakang lo bocor tuh rin, lain kali hati-hati makanya malu deh jadinya" Rina yang mendengar hal itu pun langsung terkejut dan memegang bokongnya, benar saja ia mendapatkan bercak merah di rok abu-abunya. Jantung berdetak bukan main untuk menahan rasa malunya itu gadis itu langsung lari ke toilet wanita untuk mengganti pembalutnya yang sudah jebol.

"ZARAA!" panggil Ayara. Zara yang merasa namanya terpanggil itupun menghampiri gadis itu.

"Kenapa ay?"

"Coba aja lo jujur kalau lo begini! Seharusnya lo cerita kalau muka lo berubah karena operasi kalau lo gak cerita gimana kita tau ini elo!" Ayara berdecak sebal ia lalu ia memeluk sahabatnya itu Casia yang melihat sahabatnya itu juga ikut senang karena ia sudah kembali meski tidak dengan wajahnya yang dulu.

"Eh anjir kok muka lo cakepan pas dioperasi setelah kecelakaan" Casia menyipitkan matanya melihat semua perubahan diwajah Zara.

"Apaansih haha" Zara pun tertawa mendengar perkataan itu untung saja kecantikannya tidak direbut sang pencipta.

Dett dett

Ponsel Zara pun bergetar ia lalu mengecek sebuah pesan disana tertuliskan name tag seorang Aji kaka sepupunya itu yang berbeda berapa bulan darinya.

Aji

Aji; Za gue punya burung

Zara; Hah?

Aji; Iya gue punya burung lo mau gak?

Aji; Kan lo suka burung tuh

Zara; MAKSUD LO?

Zara; Iya gue tau lo punya
burung itu diselangkangan lo terus buat apaan monyet!

Aji; LAH?

Aji; Kok lo mikirnya burung di itu gue?
burung beneran yang bisa terbang bego!

Zara; Lah [Emot nangis]

Aji; Kalau mau ambil kerumah ada Ayah disana, nanti gue ada urusan bakal pulang telat

Zara; Okeyy

~•🌹•~

"Naik,"

Zara berdecak sebal, kenapa kaka laki-lakinya itu menjemput dirinya padahal ia paling tidak suka diantar pulang oleh siapa pun karena ia merasa dirinya tidak bebas.

"Kan udah gue bilang gak usah jemput kenapa lo maksa sih!" Zara yang kini berdiri didepan Lionel menghentakkan kakinya Lionel yang melihat tingkah lakunya itu semakin ingin menjahilinya bukan Kaka namanya kalau tidak ingin membuat masalah dengan adiknya.

"Zar dia siapa lo?" tanya Ayara yang menghampiri gadis tersebut. Lionel kini tahu siapa gadis itu tentu saja pasti teman sekelasnya Zara yang sering Zara ceritakan.

"Zara pulang sama gue. Gue kakanya." Ayara yang mendengar itupun mengerti bahwa ia adalah Kaka tiri Zara.

"Lo kakanya? Oh lo Kaka tirinya kan?" Lionel yang mendengarkan ucapan Ayara itupun kini berbalik tanya.

"Siapa lo?"

"Temen lamanya Zara, sebelum Zara dioperasi dan sebelum Zara diasuh sama keluarga lo," Lionel pun terkejut apa perkataan gadis itu apakah ia mengetahui semua tentang Zara dari mulai keluarga kandungnya dan siapa orang tuanya.

"Gue gak punya urusan sama lo, Zara naik!"

"Santai donggg, yaudah gue duluan ya Ra" Zara mengulas senyuman tipis dan melambaikan tangannya dengan arti sampai bertemu dihari esok.

~•🌹•~

Suara bel rumah berbunyi tidak ada siapapun dirumah selain Zara. "Lah, siapa yang naroh paket disini"

Gadis itu mengklik ikon WhatsApp dan menghubungi Lionel karena ia sudah tau kebiasaan kakanya itu membeli barang barang online karena malas keluar rumah.

"Lo mesen paket ya nyet?" tanya Zara.

"Lo ngomong apaan gua gak ada mesen paket."

"Halah jangan boong lo nih paket tiba tiba ada didepan pintu gitu aja"

"Kalo gua mesen paket udah dipastiin ada kurirnya bego! Makanya itu lo liat dulu atas nama siapa,"

"Lah iya ya" Zara pun mulai mengecek dibagian mana ada tertulis nama seseorang.

"Gak ada namanya anjir"

"Ya emang buat lo kali coba liat dulu."

Zara mulai membuka perlahan paket yang ia bawa masuk berisikan sebuah kotak. Ia membuka kotak tersebut. Gadis itu terkejut karena tertuliskan sebuah pesan dan pisau disana.

"Mati atau pergi dari kehidupan lama lo?"

"Lo masih punya waktu buat hidup dan cari orang baru dengan cara lo pergi dari sekolah itu. Dan lo akan selamat."

Zara sempat terdiam beberapa lamanya ia tidak yakin bahwa ia mempunyai musuh selain Ibunya Dina Dewiwati dan Nara. Tetapi mengapa selalu saja ada hal jahat yang mengganggunya.

"Lo masih disana za?"

"Pulang nel gue butuh lo." Lionel pun terkejut mendengar perkataan Zara.

Dua Garis Yang Terpisah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang