PART 4
JOVAN POV
Selesai menjemur pakaian, gue langsung masuk ke dalam rumah minimalis bernuansa merah, hitam, dan abu-abu itu. Gue melihat Qilah yang sedang asik menonton tv bersama perempuan yang gue tahu adalah sahabatnya, Mila.
"Loh, kak Jovan?" Mila membalikkan tubuhnya saat merasa ada yang memperhatikan, siapa lagi kalau bukan gue. "Lo ngapain kak?"
"Gantiin babu gue yang pulang kampung, crit," jawab Qilah tanpa repot melihat bahkan melirik ke arah gue.
"Jadi tadi Jovan lo suruh jemur, de?" Tanya Arnan yang muncul dari dapur membawa berbagai snack dan minuman kaleng.
Gue langsung menghambur ke arahnya lalu mengambil satu minuman kaleng yang ia pegang. "Thanks, Nan. Lo emang ngerti gue," dan gue mengedip genit ke arah Arnan sebelum meneguk minuman yang sekarang sudah ada satu di tangan gue.
"Dasar gay," ucap Qilah.
"Cewek jelmaan," balas gue.
"Apa lo bilang!?"
"Cewek jelmaan. Jelmaan domba,"
Qilah melotot. Lucu juga ekspresinya. Lalu dia membawa snack yang tadi dibawa Arnan menuju kamarnya yang terletak di lantai 2. Mila yang melihat Qilah pergi melambaikan tangan ke arah gue dan pergi menyusul Qilah. Sedangkan Arnan? Hanya bisa membisu meratapi kepergian snack yang gue pikir hasil jerih payahnya mengumpulkan dari dapur. Dasar...
♢♢♢♢
QILAH POV
Gue merebahkan badan di kasur dengan posisi tengkurap dan memandang si kucrit yang sedang asik menyantap snack yang berhasil gue rebut dari tangan abang. Emang dasar si kucrit, badan kecil tapi makannya udah kaya babon kelaparan.
"Qil, lo kok kayaknya benci banget sama kak Jovan. Kenapa sih? Dia kan ganteng," kata Micrit setelah menghabiskan satu bungkus snack kentang rasa rumput laut dan lanjut membuka snack selanjutnya. Ronde kedua kalau istilah yang sering digunakan oleh si kucrit Gamila Putri.
"Mana ganteng sih? Nyebelin iya!" Jawab gue.
"Tapi kan, Qil..." Micrit menyuapkan snack yang baru ke dalam mulutnya lalu mengunyah cepat. "Jangan benci gitu ah sama kak Jo, ntar lo suka sama dia," lalu melanjutkan makannya lagi.
"Hah? Suka sama dia? Gak deh, makasih! Gue lebih milih domba yang kemarin gue kejar dari pada sama dia!" Gue merebut snack yang ada di tangan Micrit dan di hadiahi tatapan nanar Mila yang melihat gue menghabiskan snacknya.
Mila memajukan bibirnya sepanjang jalan tol, "daripada domba yang tukang nyeruduk mending sama kak Jovan!"
"Ya lo kan JoLo (Jovan Lovers)," gue memakan kembali snack tadi. "Dan gue bukan JoLo."
"Apa sih spesialnya Jovan? Masih kalah sama martabak bang Beno!" Lanjut gue sambil membayangkan kenikmatan martabak spesial buatan bang Beno. Martabak telor yang dimakan saat masih panas di waktu hujan...
"Makan mulu sih pikiran lo!" Jawab Mila ketus sambil membuka snack yang baru. Dasar anak gak ngaca diri.
"Lo sendiri? Kalo gue makan ikutan kan? Dasar ekor!" Balas gue.
"Lo gak bakal nyesel punya ekor kayak gue," jawab Mila santai.
Gue yang tidak mengerti maksudnya mengerutkan kening, "Maksud lo?"
"Gak ada ekor yang secantik gue lah!" Dan Mila melanjutkan makanannya sembari berusaha menghindar dari lemparan bantal dan boneka yang ada di kasur gue.
