PART 11

782 50 0
                                    

PART 11

"Hey."

"Ngapain lo?"

"Bete langsung balik. Jadi main dulu deh."

"Tau gitu tadi bareng."

Salah satu gadis itu menyengir.

"Gue mau curhat, crit."

"Tumben izin dulu. Biasa juga langsung ngomong."

"Lo kenal Balqis?"

"Anak SMA tetangga kan? Dia mantannya Jovan?"

Cewek yang sedang curhat mengangguk. "Dia invite bbm gue."

"Trus gimana?"

"Gue gak accept dia. Lagian ngapain juga acc dia. Pasti spam,"

"Parah banget lo, Qil."

"Bodo." Si gadis yang sedang curhat lalu melanjutkan,"Kalau gue acc dia, perang pasti di mulai."

Sahabatnya hanya tertawa kecil. "Hati-hati, dia ngincer balikan sama Jovan."

Gadis yang tadi curhat itu hanya bisa tersenyum.

♢♢♢♢

Author PoV

Qilah membuka matanya perlahan. Langit-langit putih dengan bau aroma parfum yang sangat ia kenal. Dia mengedip-kedipkan matanya, membiasakan diri dengan sinar yang masuk kedalam retina matanya. Pusing yang sangat seketika saja melanda.

Tidak lama setelah itu matanya terbuka lebar. Ia melihat sekelilingnya dan menemukan dirinya berada di kamar yang di tempati oleh abangnya dan Jovan. Tidak ada orang di ruangan itu.

Yang ia ingat hanya dirinya yang sedang befistirahat setelah lari pagi lalu semua gelap. Dan sebelumnya ada suara seorang pria yang seperti ingin membangunkannya.

Qilah melihat tangan kanannya, tertusuk oleh jarum infus. Apa yang dia derita?

Pintu terbuka lalu memperlihatkan siluet orang yang sangat Qilah kenal.

"Lo udah sadar?"

Qilah mengangguk pelan. Lalu tangannya menggapai-gapai gelas yang ada di nakas tidak jauh dari tempatnya berbaring.

Pria yang tadi masuk langsung mengambilkan segelas air putih yang ditunjuk oleh Qilah. Setelah menaruh sedotan di gelas tersebut, pria itu mempersilahkan Qilah minun melalui sedotan.

"Gue panik waktu kemarin Jovan pulang sambil nge gendong lo, de. Gue kira lo ketiduran. Eh taunya pingsan," Arnan menaruh kembali gelas ke tempat semula. "Batu sih, dibilangin suruh makan dulu malah langsung lari."

"Sorry...." ucap Qilah dengan suara serak.

"Tadinya, kalau sampai nanti malam lu gak sadar, Jovan bakal bawa lo pulang. Untungnya, sekarang lo sadar," Arnan mengelus puncak kepala adik satu-satunya dengan sayang. "Lo kenapa? Ada masalah?"

Qilah menggeleng.

"Lo gak mungkin gak mau makan kalau gak ada masalah. Gue tahu lo kayak gimana, de."

Qilah diam.

"Mila udah cerita kok sama gue. Lo suka sama......."

"Gak usah sebut namanya lagi, bang," ucap Qilah memotong perkataan abangnya.

"Lo inget? Gue kan mau jodohin lo sama dia," Arnan menyengir menampilkan deretan giginya yang rapih.

"Lo, ih," Qilah menepuk pergelangan tangan Arnan, membuat pria itu terkekeh geli. "Sana, ah . Makin pusing kepala gue ngedengerin lo ngomong."

RelationSheepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang