Part 21
Author PoV
3 hari telah berlalu semenjak kejadian Jovan yang menyanyi untuk Qilah. Namun entah mengapa suara pria itu terus saja terngiang di pikirannya. Qilah merasa hampir gila karena selalu tersenyum di manapun dan kapanpun.
"Heh, Kikil. Lo kenapa?" Ini adalah pertanyaan ke 50 yang dilontarkan oleh Arnan kepada sang adik yang saat ini sedang memandangi televisi sembari tersenyum. Arnan sangat yakin pikiran adiknya sedang berada di dunia lain. Qilah terus saja mengunyah keripik kentang yang toplesnya terus ia peluk sembari memandangi TV dan bibirnya tidak berhenti tersenyum walaupun sedang mengunyah. Aneh. Baru kali ini Arnan melihat adiknya seperti kesurupan hantu gila. "Apa perlu gue telpon ambulance biar bawa lo ke rumah sakit jiwa? Ah, tapi ngerepotin abang supir ambulancenya nanti."
Ucapan Arnan hanya dibalas dengan senyuman Qilah yang semakin lebar. Dan sesekali Qilah terkikik geli. pipinya pun perlahan bersemu merah. Arnan yang melihat hal ini langsung kabur menuju dapur untuk menemui sang bunda.
"Bun, jangan marahin Arnan ya. Bukan salah aku loh."
Bundanya memutar kepala lalu melihat anak sulungnya berbicara hal yang sama sekali tidak dia mengerti, "kamu kenapa, Nan?"
"Itu si Qilah dari tadi senyam senyum sendiri. Arnan jadi takut lihatnya."
"Ya kamu tanya dong sama Qilah dia kenapa," Bundanya terus mengoseng jamur yang sedang dimasaknya,"Coba kamu cicipin deh, garamnya berasa atau tidak? Kalau sudah, matikan kompornya lalu pindahkan ke piring ya," Laila meninggalkan Arnan yang dengan segera mengambil sebuah sendok dan mencicipi makanan favoritnya, oseng jamur.
"Duh si bunda belajar masak sama siapa sih? Kok enak banget," dengan segera Arnan melaksanakan perintah sang bunda. Mematikan kompor lalu mengambil piring. Ia menambahkan nasi ke dalam piring dan memindahkan separuh dari jamur yang ada di penggorengan ke dalam piring yang ia pegang. TIME FOR LUNCH!
***
Keadaan tidak berbeda jauh dengan Qilah. Jovan pun mengalami masa yang sama. Dia selalu tersenyum di manapun dia berada dan kapan pun. Bangun tidur, dia tersenyum menatap langit-langit kamarnya sembari membisikkan kata-kata yang menurutnya menjijikan tapi entah mengapa membuat jantungnya berdebar, 'Selamat pagi Qilah, duniaku. Kamu udah bangun belum? Aku udah dong. Mau bangun pagi terus mandi biar wangi. Biar kamu makin suka sama aku.' Yah, begitu kira-kira kata-kata yang selalu di keluarkan Jovan dalam hati sebelum ia beranjak duduk dan menuju kamar mandi.
Di kamar mandi, keadaan semakin menggelikan. Dia mengambil sikat gigi sembari menyengir lebar. mengoleskan pasta gigi pada sikat lalu menggosok giginya sangat lama. 'Gosok sisi nya lamain deh. Siapa tau kalau mulut gue wangi Qilah dengan senanghati mau cium gue,' dan ucapan dalam hatinya membuat Jovan semakin menyengir lebar.
Saat selesai mandi, Jovan membuka lemari dan memilah pakaian mana yang akan ia gunakan hari ini. kebetulan ini adalah hari Minggu. Dan hari ini ia berencana akan pergi mengunjungi rumah Arnan. Dan otomatis jika berkunjung ke rumah Arnan, ia akan melihat Qilah. Hatinya semakin berdebar sambil terus membongkar lemarinya, mencari pakaian mana yang kira-kira cocok ia gunakan.
Jovan akhirnya mengambil kemeja putih polos berlengan pendek dan celana jeans berwarna navy sembari mematut dirinya di cermin.
Mau pake apaan juga gue mah stay ganteng.
Jovan keluar dari kamarnya setelah menyemprotkan parfum yang kemarin ia beli di mini market. Yang dari iklannya mengatakan Bikin Bidadari Lupa Diri. Siapa tahu parfum ini bisa membuat bidadari nya nempel terus padanya. Memikirkan hal itu Jovan pun terkikik geli.
