Ujian Semester 1 [part 1]

858 47 3
                                    

PART 8

QILAH POV

Selesai mengerjakan tugas ekonomi yang tadi gak gue kumpulkan, gue memutuskan untuk tiduran di kasur dengan tv menyala dan hp di tangan. Bunda kalau ngeliat tingkah gue ini pasti udah ngamuk. Katanya bayar listrik rumah selalu mahal gara-gara gue.

Hp gue yang memang gue pasang mode mute, menampilkan notifikasi, ada yang invite gue di bbm.

Jovan N

Accept gak ya??

♢♢♢♢

Tidak terasa bulan telah bergulir. Tibalah saatnya untuk ujian semester 1.

Mata pelajaran hari pertama dan di jam pertama yaitu Bahasa Indonesia. Membuat gue santai. Kenapa? Gue bingung kalau mau belajar mata pelajaran itu. Bagi gue, asal bisa membaca dengan teliti udah cukup kok.

"Hey!" Seru seorang gadis sembari menepuk bahu gue. Gue memutar kepala dan melihat Radya dengan kerudung yang menutupi kepalanya menyengir lebar.

"Wow, tobat lo neng?" Gue menyengir setelah bilang begitu.

"Melaksanakan kewajiban, nih," gue mengangguk mendengar perkataan dia. "Tumben Mila gak kesini."

"Biasa lah anak IPA, pasti belajar ampe botak buat hari ini," ucap gue santai.

"Beruntung kita IPS ya, Qil. Jadi rambut masih tetep seger. Gak botak-botak amat."

Gue mengangguk menyetujui ucapannya.

"Btw, lo duduk sama sapose?? Gue bete nih, duduk sama Arsa. Trus belakang gue Kendra," kata Radya.

Gue cuma bisa nahan ketawa mendengar Radya yang bakalan diapit duo iblis sahabat Jovan.

"Gak tau deh gue sama siapa. Mudah-mudahan sih gak se-rese mereka berdua," doa gue.

Radya melihat nama peserta yang mejanya sedang ia duduki. Dan dengan heboh matanya melebar kayak jengkol yang sudah siap panen dari pohonnya.

"QILAH, LO DUDUK SAMA JOVAN!!"

WHAT!?!

♢♢♢♢

Gue dan Radya emang berbeda ruangan. Jadi saat bel masuk berbunyi Radya langsung keluar dari ruangan yang gue tempatin sekarang ini. Gue lihat sekeliling, ke muka teman-teman gue, ke muka kakak kelas gue, berbagai macam ekspresi mereka tampilkan. Ada yang cuma santai aja sambil meraut pensil, ada yang masih mengobrol, ada yang masih curi kesempatan baca materi, ada yang lagi sibuk memberi berbagai kode pada temannya untuk gak pelit jawaban, bahkan gue lihat ada yang mukanya kayak kebelet buang air. Mungkin saking paniknya dia jadi kebelet. Hemm, bisa jadi....

Pengawas sudah datang. Bersyukurlah karena pengawas yang masuk adalah seorang guru TIK dan seorang guru Seni Rupa yang dua-duanya masuk kedalam kategori guru terbaik saat mengawas ujian. Sorak sorai membahana di ruangan gue saat mengetahui kedua guru itu masuk.

Lembar jawaban dan lembar soal telah di bagikan. Masing-masing dari kami sudah mengisi data diri yang ada di lembar jawaban ter-sakral yang secara tidak langsung bakal menentukan nilai lo. Dan sampai sekarang, Jovan, yang katanya duduk di sebelah gue belum juga memunculkan batang hidungnya. Emang hidung Jovan punya batang?

"Maaf...... saya telat," Gue mengangkat kepala yang tadinya membaca lembar soal menjadi melihat seorang murid pria tengah mengatur nafasnya yang tersengal. Keringat bercucuran di dahinya, tetap tidak membuat ketampanannya luntur begitu saja.

"Yaudah sana kamu duduk," pak Ronal, guru TIK yang duduknya paling dekat dengan pintu langsung menyuruh Jovan masuk. Setelah mengeluarkan alat tulis dan papan jalarnya lalu menyimpan tasnya asal di depan papan tulis, Jovan langsung nenuju tempat di sebelah gue sambil nyengir.

RelationSheepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang