PART 12
Dengan segenap keberanian Jovan dan Qilah menyusuri hutan yang saat itu keadaannya sudah gelap karena jam sudah menunjukkan pukul 18.30. Nasib baik bagi Jovan, karena Qilah termasuk wanita yang pemberani.
"Untung gue gak kebo. Kalo gue kebo pasti malem ini nyamuk pada ngezinahin gue," komen Qilah.
Jovan diam. Namun dia juga masih mendengarkan. Sesekali Jovan tersenyum mendengar gerutuan Qilah.
Jovan akan merindukan semuanya.
"Ngomong-ngomong, lo kenal Izan kan?"
Jovan menajamkan pendengarannya.
"Dia kemana sih? Gak ada kabar. Perasaan baru pindah sekolah. Masa iya dia keluar?
Dia belum tau sih kalo perasaannya sudah terbalas."
DEG.
Jovan merasa jantungnya berhenti berdetak. Dia menatap punggung Qilah yang terus berjalan perlahan meninggalkannya.
Jovan gak sadar kalau Qilah masih berbicara.
Sadar dia berjalan sendiri, Qilah berhenti berjalan lalu membalikkan tubuhnya. Dia menatap Jovan yang berdiri tidak terlalu jauh dari posisi dirinya dengan bingung.
"Lo mau tidur di hutan? Mending buruan deh. Makin malem nyamuknya makin pada mabok," gerutu Qilah asal sembari melanjutkan perjalanannya, tanpa memperdulikan Jovan lagi.
♢♢♢♢
1 jam kemudian Jovan dan Qilah berhasil sampai di villa dengan selamat. Ketika mereka masuk keadaan depan sangat sepi. Mereka menduga semua orang sedang makan malam.
Jovan langsung menuju ke kamarnya yang ada di lantai 1. Begitu juga dengan Qilah. Mereka memutuskan untuk membersihkan diri sebelum ikut bergabung dengan kerabat yang lain.
Jovan bergabung lebih dulu. Namun, ia hanya melihat keberadaan Arsa dan Radya yang sepertinya sedang berbincang serius di dapur.
Sebenarnya Jovan tidak bermaksud untuk menguping. Namun tanpa sengaja Jovan menangkap kalimat itu keluar dari bibir Arsa.
"Radya, gue suka sama lo. Gue sayang sama lo. Lo mau gak jadi cewek gue?"
Jovan buru-buru mendekap bibirnya yang ingin tertawa. Pasti bocah sok ganteng itu malu banget, pikirnya.
Jovan mengintip ke dapur dan melihat Radya menunduk menatap kedua kakinya, sedangkan Arsa terlihat sekali menahan rasa gugup.
Maklum, baru kali pertama itu Arsa nembak cewek.
"Bocah itu nembak orang gak liat tempat ya," Jovan menoleh. Dilihatnya Kak Evan sedang ikut mengintip.
"Ngagetin aja lo, kak," Jovan mengusap dadanya (author: sini Jo gue usapin mau gak? #plakk). "Maklum lah, dia baru kali ini nembak cewek."
"Serius?" Kak Evan berbisik sambil menatap kedua sejoli di dapur itu.
Jovan mengangguk. "Arsa suka sama Radya dari SMP. Gue kira bakal di pendam terus sampe bangkotan. Taunya nggak."
Kak Evan terkikik mendengar bisikan Jovan tadi.
"Kalau lo mau nembak Qilah, jangan kayak gitu ya," Kak Evan menepuk pundak Jovan lalu beranjak pergi.
Jovan seketika mematung.
♢♢♢♢
Qilah keluar dari kamar setelah membersihkan diri. Rasa laparnya hilang entah kemana. Ia memutuskan untuk pergi ke halaman belakang setelah melihat kakaknya bersama kekasihnya di ruang santai, sedang menonton tv. Ia tidak mau mengganggu waktu kebersamaan mereka.
