PART 13
Qilah PoV
Cowok itu benar-benar deh. Gue di tinggal gitu aja di kelas. Ngomongnya mau ke kantin bareng. Gue lengah dikit eh ya dia cabut duluan.
Gue akhirnya jalan ke kantin sendirian. Semenjak si kucrit punya pacar, gue jadi sendirian. Gue emang dibutuhin saat si kucrit galau doang. Emang deh bocah itu....
Radya juga kayak kucrit. Bedanya, gue lebih deket sama Radya karena gue sekelas sama anak alim yang satu itu.
Saat gue mendekati abang siomay, gue lihat Izan dengan seorang anak kelas 10. Cewek, cantik. Rambutnya di kuncir ekor kuda, kulitnya kecoklatan. Gue suka gaya cewek itu.
Gue dengan membawa sepiring siomay di tangan kanan dan segelas es jeruk di tangan kiri mendekati meja mereka.
"Lo mau jadi cewek gue?"
Gue mematung. Izan nembak cewek itu? Alasannya apa coba??
Cewek itu diam trus berdiri.
"Thanks sotonya, kak," katanya. Lalu si cewek yang gue gak tahu namanya siapa berlalu.
Gue menggantikan posisi cewek itu yang tadi duduk di depam Izan lalu menggeser mangkuk bekas soto ke samping dan menggantikan posisi mangkuk tadi dengan sepiring siomay.
"Thanks, lo baik banget," Izan menarik piring siomay itu lalu dengan polosnya makan siomay gue. Gue cuma bisa menghembuskan nafas lelah.
"Siapa noh tadi?"
"Kenape lo? Cemburu?"
"Dih, maaf aja deh," gue menyeruput es jeruk sebelum melanjutkan omongan gue. "Kelas 10 kan dia?"
Izan mengangguk. "Namanya Fiona. Lo gak kenal?"
Gue menggeleng. "Gue pernah lihat sih. Dia anak paskib bukan?"
Izan mengangguk. Dari situ gue tahu kenapa cewek yang namanya Fiona itu cuek aja punya kulit kecokelatan. Padahal yang gue tahu, cewek pasti bakal berusaha tampil seputih botol aqua. Eh, itu bening ya?
Setelah sepiring siomay itu habis, Izan curhat soal tadi.
Saat dia melihat Mila yang pipinya dicium oleh Kendra. Saat dia tabrakan di lorong sama Fiona dan berakhir seperti tadi.
"Please, FTV mode on banget cerita lo," respon gue. "Orang mah ya, pdkt dulu kek, kenalan atau tukeran pin atau id line dulu. Ini langsung nembak. Orang juga gak bakal mau kali."
"Ya gue kan ganteng, udah gitu pintar. Masa dia gak mau sama senior ganteng dan cerdas kayak gue."
"Jangan sampe ini jeruk yang gue minum nyembur ke muka lo ye mas," gue meneguk minum gue sampai kandas.
"Ahh, seger banget. Yuk balik ke kelas. Gue belum ngerjain tugas sejarah, nih. Nyontek ya?"
Izan mengangguk. "Gak pernah berubah lo," dia berdiri dan mengikuti gue yang berjalan ke kelas.
♢♢♢♢
Jovan PoV
Gue cuma bisa liatin mereka dari jauh. Mereka kelihatan akrab, kayak baru jadian. Yang cowok merangkul bahu yang cewek dan diterima oleh si cewek tanpa perlawanan. Sesekali si cewek tertawa. Mungkin karena cerita si cowok yang lucu.
"Kalo suka, ya bilang. Tuh kan, diambil orang," merusak momen tergalau gue bocah ini.
Arsa menepuk bahu gue lalu ikut memperhatikan kedua orang itu yang lama kelamaan menghilang. Dia kemudian mengalihkan penglihatannya ke gue dan menyengir lebar. Menampilkan gigi gingsulnya yang sebenernya bikin Arsa kelihatan manis. Dan gue jadi ngerasa kayak gay.