Halo!! Kelamaan gak update eh dateng-dateng bawa part baru ihihihi
Maafkan diriku yang update kelamaan yaa~ Salut banget deh sama kalian yang masih mau nunggu dan mendesak diriku agar melanjutkan cerita yang gue ngerasa makin lama makin absurd parah.
Maaf buat cerita yang agak gak nyambung. Karena sejujurnya gue udah sedikit lupa sama jalan ceritanya.
Maaf juga kalau ada typo tak terlihat dan bahasa Inggris yang kacau. Maklum aja masih belajar, hehe
BAGI KALIAN YANG MERASA CERITANYA ADA KEJANGGALAN ATAU BAGAIMANA, BISA KOMENTAR YA. BEBAS BERKOMENTAR KOK
Oke cuap-cuap sekian. JANGAN LUPA VOTE NYA YAA ♡♡♡
♧♧♧
Part 18
Selesai membantu tante Jihan membereskan peralatan bekas mereka makan, Jovan mengajak Qilah menuju teras depan rumahnya lalu duduk disana sambil memperhatikan jalanan yang tampak lengang di luar.
"Sorry, kalau tadi nyokap terlalu kepo," Jovan membuka percakapan.
"Woles aja. Gak aneh kok kalo ibu-ibu tuh tingkat ke kepoan nya tinggi," balas Qilah. "Nyokap gue juga sama kok."
Jovan tersenyum, "Gimana sama bokap lo?"
"Gimana apanya?"
"Dia kepo-an juga?"
Qilah tersenyum lalu menggeleng, "Nggak," katanya. "Bokap selalu nunggu cerita dari orang yang sebenarnya bikin dia penasaran banget."
Jovan mengangguk-anggukan kepalanya, "Sekarang bokap lo menetap?"
Qilah mengangguk antusias membuat Jovan tersenyum, "Bagus deh."
Keheningan pun melanda. Namun tidak lama kemudian Qilah kembali membuka suaranya, "Kalo gue boleh tahu, bokap lo kemana?"
Deg.
Jovan menegang. Dia menunduk menatap kakinya yang menyentuh lantai.
"Gak tahu."
Qilah mengerutkan keningnya, "Maksud lo?"
Jovan melirik jam tangannya lalu berdiri, "Udah jam segini. Yuk gue antar balik nanti kemaleman."
Qilah semakin bingung. Selama dia dekat dengan Jovan, baru kali ini dia melihat sikap Jovan yang kaku.
Apa gara-gara gue yang nanya soal bokapnya ya? Batin Qilah.
♢♢♢♢
Qilah PoV
Tepat hari ini adalah 2 minggu gue dan Jovan berhubungan. Masa tantangan sudah selesai. Jadi gak ada alasan lagi buat gue terus sama Jovan.
"Lo yakin, Qil?" Micrit alias Mila mengaduk jus mangganya dengan sedotan.
Suasana kantin sedang ramai seperti biasa saat istirahat. Radya gak masuk dan Izan sedang anteng bermain bersama anak-anak cowok di taman belakang.
Gue mengangguk menjawab pertanyaan Mila si kucrit tadi, "Lagian kan, gue tuh sama Jovan cuman gara-gara dare doang."
"Lo berdua cocok tau!!" Mila ngomong sambil monyongin bibir, sok imut. Ewh.
"Iya, cocok banget!" Kendra tiba-tiba datang dan duduk di sebelah Mila.
Bentar lagi pasti gue jadi nyamuk.
"Eh, nyet! Gue kangen!" Mila berteriak heboh sambil meluk-meluk lengan Kendra, lalu dibalas cengiran sok imut dari Kendra. Mereka berdua lalu asik berbincang hal lain. Menjadikan gue seperti seonggok daging ayam yang harganya kalah sama daging sapi.