Part 22
Qilah PoV
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo," muka Jovan tiba-tiba jadi serius.
Duh, kok gue deg-degan? Jangan-jangan Jovan mau nembak gue? Duh aduh gue mesti langsung jawab atau nggak ya?
Gue menunduk, memperhatikan sepatu yang gue kenakan, "ngomong aja kali. Tumben pake izin."
Gue mencengkeram papan yang sedari tadi ada di pelukan gue. Aduh, kalau beneran di tembak, gue harus jawab apa nih?
"Gue......."
"SYAQILAH GANENDRA!"
Ukh, siapa sih yang manggil?! Ganggu moment aja. Gue membalikkan tubuh, melihat seorang perempuan berjalan mendekati kami lalu berhenti tepat di depan gue. "Kok lo malah asik-asikan disini sih? Tuh, peralatan masih kurang! Gak bertanggung jawab banget! Niat gak sih jadi panitia?!"
"Balqis!" Jovan setengah membentak, membuat perhatian 'kak' Balqis teralihkan dari gue ke Jovan. "Qilah, gue yang bawa dia kesini. Jadi yang harusnya lo bentak tuh bukan dia, tapi gue!" Jovan menghembuskan nafas sebelum melanjutkan ucapannya, "jadi, apa yang kurang?"
Balqis menyerahkan selembar kertas ke gue. Setelah gue baca kertas itu gue mengangguk. Kak Balqis pun pergi meninggalkan gue dan Jovan berdua.
Gue menghadap Jovan untuk menagih ucapannya yang sempat terputus. "Oh iya, tadi--"
"Ngomongnya dilanjut nanti saja. Gue tau lo masih sibuk," Jovan mengacak rambut gue sebentar lalu pergi meninggalkan gue sendiri.
Dengan perasaan kesal gue kembali masuk ke dalam gedung. Ukh, sebel! Gak jadi ditembak deh...
***
Author PoV
"......... Demikian sambutan dari saya. Terimakasih," suara tepuk tangan menggema dari segala sudut ruangan gedung yang sudah disewa untuk acara wisuda. Jovan menuruni panggung yang kembali diambil alih oleh MC dan menuju ke tempatnya semula. Ia duduk dengan tenang di bangkunya yang tentu saja berada sederet dengan teman-teman kelasnya.
Berbagai acara pembukaan telah terlaksana. Dimulai dengan sambutan dari kepala sekolah, perwakilan dari orangtua murid, dan ketua pelaksana wisuda tahun ini. Ada juga penampilan dari dua orang panitia yang membacakan puisi, juga tarian daerah dari grup seni tari sekolahnya. Lama mereka menunggu dan akhirnya tibalah di inti dari acara itu, penyerahan tanda kelulusan kepada seluruh siswa dan siswi kelas 12 yang sudah dinyatakan lulus 100%. Saat namanya dipanggil, Jovan langsung berdiri dan menaiki panggung. Setelah menerima tanda kelulusan yang berupa kertas yang digulung dan diikat dengan pita berwarna biru dan menerima ucapan selamat dari kepala sekolah dan beberapa guru yang hadir, Jovan turun dari panggung. Ia menemukan Qilah sedang kerepotan menyiapkan kertas-kertas agar dibawa oleh temannya ke atas panggung.
"Qilah."
Mendengar seseorang memanggil namanya, Qilah menengok dan mendapati Jovan berdiri di belakangnya. Qilah menatapnya sembari memberikan kode 'ada apa?'.
"Gue tunggu di taman kemarin," selesai berbicara seperti itu Jovan meninggalkan Qilah agar kembali mengerjakan tugasnya.
***
Qilah PoV
"Qilah."
Gue menengok dan mendapati Jovan berdiri dengan gantengnya. Aduh bang, itu baju bikin lo makin ganteng deh. Punya siapa sih? Ya punya gue lah!
"Gue tunggu di taman kemarin," dan Jovan pun berlalu begitu saja dari hadapan gue. Duh bang, abis ganggu konsentrasi princess lo malah pergi gitu aja. Bantuin kek gitu, biar romantis!