PART 5
Qilah PoV
Sampai di sekolah tepat waktu dan gue langsung melepas helm, mengembalikan ke pemiliknya dan langsung ngacir gitu aja ke dalam sekolah.
Dari depan gang sampai parkiran tadi gue cuma bisa menyembunyikan wajah dibalik punggung tegap seorang Jovan Nicholas, karena malu dilihat oleh banyak mata. Mulai dari guru, murid, sampai satpam. Tatapan mereka seperti menyiratkan isi pikiran mereka, 'siapa wanita cantik nan aduhai yang di bonceng oleh tukang ojeg itu?'.
Gue berjalan cepat menuju ruang kelas yang suara keributannya terdengar sampai ke seantero sekolah. Yap, kelas gue memang terkenal sama anak cowok yang ributnya setengah mampus. Dari pagi sebelum masuk sampai ketika bel pulang, kelas gue selalu ribut. Itulah yang membuat kami semakin solid karena seringnya guru yang menghukum murid yang bersalah dan tidak bersalah secara bersamaan. Memang keras dunia ini.
"Jujur aja, tadi pasti lo di bonceng sama kak Jovan! Ya kan!?" Kata Radhia yang sudah stand by duduk di belakang gue sambil berbisik. Teman gue yang satu ini selain cantik memang pintar menjaga rahasia. Gak kayak si kucrit.
"Ah sok tau lo. Gue tadi sama tukang ojeg kok!" Sanggah gue. "Btw, lo ngerjain pr bahasa gak??"
Radhia menatap gue bete. "Lo ngomong sama gue cuma kalau ada maunya ya," dan gue membalasnya dengan cengiran maut.
Radhia mau tidak mau memberikan bukunya yang tadi terbuka di atas meja. "Baru kelar tadi ngelirik kerjaannya Sophia, nih deh."
"Lo emang temen gue paling cantik. Gue nulis dulu," kata gue yang sudah mengambil alih buku tulis milik Radhia.
Saat gue sedang asik menulis kembali tugas milik Radhia yang konon hasil nyontek juga, seketika kelas yang tadinya ramai menjadi semakin ramai. Bukan oleh teriakan para murid cowok yang sedang bercanda, namun teriakan dan jeritan para gadis, seperti yang sedang dianiaya. Gue yang kepo langsung meninggalkan tugas menuju jendela kelas yang menghadap jelas ke lapangan.
"Ada apaan sih?" Tanya gue ke si cowok berkacamata temen kelas gue yang juga lagi ngintip di jendela, Agam.
"Biasa lah orang famous baru," jawabnya santai.
Gue yang penasaran sampe mampus langsung melihat keluar jendela. Disana ada beberapa orang cowok yang memang terkenal di sekolah. Para tim futsal ternyata sedang mengisi waktu luang mereka di lapangan dengan sparing antar tingkat kelas.
Sekolah gue emang begitu. Masuk jam 9 dan pulang jam 3 lewat 15 sore dengan waktu istirahat hanya 1 jam, yaitu dari jam 12.30 sampai jam 13.30. Jadi saat pagi hari kami para murid masih punya waktu luang.
Peraturan di sekolah juga menurut gue aneh. Masuk pukul 9 tapi pintu gerbang sudah tertutup jam 7. Jadi ya mau tidak mau kami melakukan sesuatu untuk mengisi waktu luang. Seperti mengerjakan pr misalnya.
"Eh, Qil, lo kenal gak itu siapa?" Agam menunjuk ke arah seseorang yang, jujur aja, ganteng pake banget. Tinggi dan manis. Begitu menurut gue.
Dan gue baru sadar gue gak kenal sama dia.
Gue melihat Agam sekilas lalu kembali melihat ke lapangan dan menggelengkan kepala, "gak tau deh. Anak baru ya?"
"Kok lo nanya lagi? Kan tadi gue nanya lo," kata Agam cuek.
Gue tidak menggubris perkataan Agam yang terakhir. Gue terus memperhatikan si cowok yang aduhai.....
Rasanya gue mau teriak, Aduh bang, itu keringat mau gue lap-in gak!?
"Hoy!"
Bahu gue ditepuk seseorang dari belakang. Gue memutar kepala gue dan melihat si kucrit Mila sedang menyengir lebar.