Yin and Yang (5)

743 69 10
                                    



Kit yang baru saja bangun dari tidur merasakan seluruh tubuhnya pegal dan sakit, apalagi dari bagian pinggang kebawah. Namun, rasa sakit itu justru membuatnya senang karena akhirnya ia bisa merasakan bangun tidur di dalam dekapan suaminya.

"Udah bangun? Aku harus kembali mengurus pekerjaan. Kamu bisa tidur lagi.", ucap Singto kepada Kit. Singto mengelus punggung Kit yang masih belum terbalut pakaian itu dan ia juga memberikan sebuah kecupan di bahu Kit.

"Tuann sebelum kamu pergi bolehkah aku tanya sesuatu?", Kit menarik lagi suaminya ketika Singto ingin bangun dari tempat tidur.

"Ya? Silakan."

"Apa tuan menyukaiku?", Kit bertanya sembari menatap Singto. Suaminya itu tersenyum pada Kit.

"Jika aku tidak menyukaimu, aku tidak akan berada disini.", jawab Singto yang membuat Kit senyum-senyum salah tingkah dan tersipu malu.

"Tidurlah lagi.", ujar Singto sembari menjentikkan jari pada dahi Kit. "Sampai jumpa.", lalu Singto bangun dari tempat tidur dan mengenakan pakaiannya.

Ketika Singto melangkah keluar dari pavilion Kit, ia dikejutkan dengan ibunya yang berada di depan pintu. Ibu Singto juga baru saja sampai dan nampak terkejut ketika melihat putranya berada di pavilion Kit.

"Tuan Singto. Aku tidak menduga akan menemuimu disini.", sapa sang ibu.

"Ibu ingin bertemu dengan Kit? Tolong beri dia waktu istirahat sejenak."

Ibu Singto terbelalak. Lalu ia menunduk pada putranya. "Jika itu yang tuan Singto minta. Aku datang kesini untuk menanyakan mengapa Kit tidak hadir di acara. Aku mengkhawatirkan keadaannya. Tapi baguslah jika ia baik-baik saja. Oh ya, tuan Singto. Istrimu, Namtarn sedang sakit. Sebagai seorang suami sudah sepantasnya kau berlaku adil."

Singto mengangguk pada ibunya. "Aku mengerti ibu. Aku akan mengunjunginya. Kau tidak perlu khawatir."

Akhirnya setelah Singto selesai dengan pekerjaannya, ia pergi ke pavilion Namtarn yang katanya sedang sakit.

"Tuan Sing.", sapa Namtarn. "Mengapa tuan datang kemari."

"Aku ingin menjengukmu. Kudengar kamu sedang sakit.", jawab Singto.

"Hanya sedikit tidak enak badan karena musim, tuanku. Tapi sekarang aku sudah lebih baik setelah minum obat.", jawab Namtarn.

Singto mengelus kepala sang istri. "Syukurlah kalau begitu."

Namtarn tersipu malu, lalu ia memeluk suaminya. "Tuanku. Apakah malam ini tuan bisa bermalam disini?"

Singto mengiyakan keinginan Namtarn karena ia merasa kasihan. Akhir-akhir ini ia tidak terlalu memperhatikan 'yin' nya yang lain karena selalu sibuk memikirkan Kit. Ia tetap berusaha berlaku adil sebagai suami walaupun tidak dapat mencintai mereka. Singto hanya menghabiskan malam untuk tidur di sebelah Namtarn tanpa melakukan apapun. Wanita itu memeluk Singto yang sedang tertidur dan membuat Singto terbangun.

"Maaf membangunkanmu. Apa aku diizinkan memelukmu, tuan?"

"Ya.", jawab Singto.

"Terima kasih tuan masih peduli denganku meski kau sudah punya orang yang kau cintai sekarang.", ucap Namtarn.

Singto mengernyitkan dahi karena melihat rasa cemburu dari seorang wanita. "Aku peduli padamu. Selalu peduli. Sejak kapan aku tidak peduli padamu dan Aom? Aku menyayangi kalian. Apalagi kamu adalah teman yang bersamaku sejak kecil, bagaimana aku bisa tidak peduli?"

Namtarn menitikkan air mata, "Tapi kau tidak bisa tidur denganku."

Singto menelan ludah karena tenggorokannya terasa kering. "Aku bisa tidur memelukmu seperti ini. Tapi jika yang kamu maksud adalah hal yang berbeda, maafkan aku.", Singto benar-benar terlihat merasa bersalah sehingga Namtarn tidak jadi meluapkan emosinya.

SOULMATE [KristSingto One Shot FF]Where stories live. Discover now