You Are My Universe

603 63 9
                                    



⚠️TW⚠️

Genre: BL, Fantasy

❗️Disclaimer❗️

Cerita ini adalah cerita fiksi penggemar dimana tokoh dalam cerita tidak terkait dengan tokoh dalam dunia nyata.

Enjoy reading!!


——————————————————————



Apa yang lebih menyakitkan selain kehilangan orang terkasih? Ketika perasaan itu belum sempat terungkap, tetapi waktu telah merenggut sang terkasih. Itulah yang kini dirasakan oleh seorang laki-laki berusia 26 tahun bernama Krist. Ia baru saja kehilangan seorang sahabat. Bukan sekadar sahabat, tapi tempat ternyamannya dimana ia merasa aman. Krist tidak menyadari sahabatnya adalah rumah hingga akhirnya rumah itu telah pergi.

Krist menangis hingga sesenggukan di hadapan pusara sang 'rumah'. Ketika orang-orang telah pergi meninggalkan tempat peristirahatan terakhir itu, hanya Krist yang tetap duduk bersujud memeluk nisan orang terkasihnya. Ia menangis meronta-ronta. Ia tidak bisa mengikhlaskannya pergi begitu tiba-tiba.

"Kenapa kamu pergi meninggalkan aku? Aku mencintaimu, Singto... Huhuhuuu.." Tangisnya memilukan hingga hujan rintik yang turun menyapu air matanya pun tetap tak dapat menghentikan air mata Krist yang terus bercucuran. Sudah terlambat untuk mengungkapkan rasa. Sang terkasih sudah tidak dapat mendengarnya.

Mereka bilang waktu dapat menyembuhkan luka. Namun tak dapat menghilangkan bekasnya. Itulah yang kini dirasakan oleh Krist. Luka di hatinya telah membaik tapi bukan berarti hilang begitu saja. Setelah dua tahun lamanya Krist berduka, kini ia mulai menerima takdir. Mungkin semesta memang tidak menakdirkan mereka untuk bersama.

"Di kehidupan selanjutnya ya, Singto.", ujar Krist sembari menabur bunga di atas makam sahabatnya sebagai peringatan akan kehilangannya yang telah memasuki dua tahun. Krist masih belum dapat sepenuhnya percaya bahwa orang yang selalu ada untuknya kini tidak ada lagi.

"Kamu pergi terlalu cepat. Maaf aku belum sempat menjawab.", lagi-lagi Krist menangis di hadapan pusara orang yang paling ia kasihi di dunia. Ketika Krist menjadi anak korban perceraian, Krist bagai hidup sebatang kara tak tahu harus kemana karena kedua orang tuanya sudah punya kelurga masing-masing. Hanya Singto dan keluarganya yang mau menampung Krist, memberikan Krist perlindungan dan kenyamanan, sehingga ia punya sesuatu yang dapat disebut 'rumah'.

Krist masih belum dapat menjawab perasaan yang diungkapkan oleh Singto begitu tiba-tiba. Bukan tiba-tiba, perasaan itu sudah lama ada tetapi Singto baru mampu mengatakannya. Krist belum menjawab. Pikirannya bimbang karena ia takut dikala cinta itu pudar maka ia akan kehilangan satu-satunya orang paling berharga yang ia miliki.

Krist begitu tidak ingin kehilangan Singto. Tapi semesta berkata lain. "Kau begitu mencintainya maka aku harus mengambilnya darimu." Mungkin itulah kata-kata semesta untuk Krist jika semesta dapat berucap. Dari dulu semesta tidak pernah berpihak pada Krist.

Siapa yang akan menduga keberanian Singto untuk mengungkap rasa karena ternyata ia tahu waktunya sudah tak lama lagi. Itulah penyesalan terbesar dalam hidup Krist. Seandainya ia tahu, maka setidaknya ia akan membalas perasaan Singto di akhir hidupnya. Seandainya itu yang terjadi, mungkin Krist akan lebih punya alasan untuk melanjutkan hidup.

"Aku tahu kamu udah gak sakit lagi disana. Makasih berkat daftar keinginanmu, aku masih ada disini. Singto. Aku akan melakukan hal-hal yang belum sempat kamu lakukan. Termasuk permintaanmu untuk mendengar laguku."

Krist membuka tas gitar yang dibawanya. Ia duduk bersila di hadapan pusara dengan gitar di atas pangkuannya. Ia memetik senar gitar dan mulai bersenandung.

SOULMATE [KristSingto One Shot FF]Where stories live. Discover now