Ice and Fire (5)

330 36 1
                                    





"Aku mengumpulkan kalian di tempat ini untuk melakukan simulasi.", ujar Seth pada team heronya.

Mereka kini berada di lapangan latihan. Di sekitar lapangan latihan adalah hutan yang ditumbuhi pepohonan rindang. Wilayah itu semua adalah milik Seth. Seth memang salah satu dewa terkaya karena manusia penyembahnya banyak.

Seth menjelaskan tata cara simulasi yang akan dilakukannya, yaitu farming.

"Aku melepaskan beberapa monster di hutan. Tugas kalian adalah membunuh monster-monster tersebut untuk mendapatkan item yang akan berguna untuk meningkatkan kemampuan kalian. Di kompetisi nanti, aku akan membagi kalian untuk melakukan tugas sesuai kemampuan kalian. Simulasi ini juga evaluasi untukku menentukan strategi. Oh ya. Di simulasi ini kalian harus hati-hati terluka.", ujar Seth sembari tersenyum yang lebih nampak seperti sebuah seringai.

"Terluka?", ujar Ice.


"Ya. Monster-monster di dalam sana berasal dari Hell*. Kalian benar-benar bisa terluka, jadi saranku gunakan kemampuan kalian semaksimal mungkin.", jawab Seth.

*Hell: wilayah kekuasaan god of the underworld (dewa dunia bawah) yang masih menjadi bagian di alam keabadian. Hell adalah wilayah penuh ratapan dan penyiksaan. Tempat bagi manusia yang perlu mendapat hukuman atas perbuatan semasa hidup.

Dalam universe ini terdapat 3 lapisan alam, yaitu Bumi sebagai tempat tinggal manusia, alam keabadian (alam para dewa & demigods), dan yang berada di lapisan teratas adalah Nirvana. Tidak banyak yang dapat mencapai Nirvana, jangankan manusia bahkan para dewa pun tidak semuanya bisa. Nirvana adalah tempat bagi mereka yang telah mencapai kesempurnaan. Pencipta dari segala pencipta adalah penguasa Nirvana.


Dewa ini sudah gila, batin Ice. Ia geram pada Seth. Mana bisa Ice membiarkan kekasihnya memasuki tempat penuh monster dan berisiko terluka. Ah iya. Bagi dewa seperti Seth, para hero hanya mainan. Tak masalah jika mainan itu rusak, ia bisa menggantinya kapan saja.

Seth telah memasang pembatas pada hutan itu, sehingga monster-monster di dalamnya tidak dapat keluar dari area hutan. Lapangan latihan adalah safe zone untuk kabur bagi para hero jika mereka sudah kewalahan menghadapi para monster.

"Let's go hunt!", ujar Seth dengan nada memerintah. Ia ingin agar para heronya segera mulai.

Ice melihat anggota teamnya ketakutan. Hanya Fire yang nampak biasa saja. Pacarnya itu memang tidak pernah takut apapun. Ice tidak meragukan kemampuan Fire. Tapi tetap saja ...


"Sayang. Jangan jauh-jauh dariku.", bisik Ice sebelum mereka semua memasuki hutan.

"Huh? Kenapa emangnya?", tanya Fire.

"Aku akan melindungimu."

Fire terkekeh dalam hati. Ia merasa senang sih. Sifat Ice yang sangat protektif padanya tetap tidak berubah. Itu juga poin yang membuat Ice a.k.a Singto sangat menggemaskan di mata Fire.

"Kamu ketua teamnya. Seharusnya kamu melindungi anggota yang lain. Jangan pikirkan aku. Aku bisa jaga diri sendiri.", jawab Fire.

Ice menarik tangan Fire untuk mencegahnya berjalan mendahuluinya. "Aku gak peduli sama yang lain. Tetaplah di belakangku."

Fire menurut saja pada Ice. Kalau soal protektif dan posesif memang tidak ada yang bisa menang dari kekasihnya itu.

Seth tersenyum mencurigakan ketika menyaksikan hero-hero mulai masuk ke dalam hutan. Ia telah mempersiapkan monster setingkat monster level S di kompetisi. Ia sengaja memilih simulasi yang benar-benar dapat melukai heronya untuk memaksimalkan kemampuan heronya. Jika seperti di kompetisi dimana hero tidak bisa terluka secara fisik, itu kurang seru karena hero tidak bertarung dengan sungguh-sungguh. Kalau di simulasi ini, para hero harus bertarung dengan segala kemampuan karena nyawa mereka taruhannya. Bukankah itu lebih seru? Seth sedang gembira karena hiburannya hari itu.


SOULMATE [KristSingto One Shot FF]Where stories live. Discover now