Yin and Yang (4)

823 77 9
                                    




Pada suatu malam, Singto tidak dapat tidur karena seperti ada yang hilang dari sisinya. Beberapa hari yang lalu, Kit selalu ada bersamanya hampir dua minggu lamanya. Terdapat perasaan aneh dalam diri Singto yang ia sendiri tidak tahu apa. Ia belum pernah merasakan perasaan seperti itu sebelumnya. Perasaan itu mendorong Singto untuk pergi melihat Kit. Ia tidak dapat tidur karena selalu memikirkan Kit, apa yang sedang dilakukan oleh 'yin' nya itu dan apakah ia baik-baik saja?

Mengikuti dorongan dalam dirinya, Singto berjalan menuju kawasan pavilion 'Yin', lalu ia menuju ke pavilion milik Kit. Langkah Singto terhenti sebelum mencapai halaman pavilion. Ia bersembunyi di balik tembok pembatas pavilion. Dipikir-pikir lagi mengapa Singto harus sembunyi-sembunyi hanya untuk melihat pasangannya sendiri? Tetapi Singto tidak bisa biasa saja. Ia belum menyiapkan jawaban jika sampai bertemu dengan Kit dan Kit menanyakan alasannya datang kesana. Karena tidak ada alasan. Singto hanya ingin melihat Kit.

Ketika tak sengaja Singto melihat Kit sedang menyiram tanaman di halaman pavilionnya, hati Singto langsung merasa lebih tenang.

Mengapa dia menyiram tanaman di malam hari? Haha...

Singto terus mendatangi pavilion Kit setiap malam tanpa sepengetahuan Kit. Beberapa kali Singto terlihat oleh pelayan Kit, tetapi Singto selalu menyuruh pelayan Kit yang melihatnya untuk diam. Singto hanya butuh melihat Kit setidaknya sehari sekali. Singto juga tidak tahu mengapa ia harus mengendap-endap setiap malam hanya untuk melihat Kit, padahal ia bisa memanggil Kit kapanpun ia mau. Ia memiliki kuasa untuk melakukan itu. Singto tidak tahu apa-apa terhadap perasaannya sendiri. Ia tidak pernah melakukan hal seperti itu pada pasangan-pasangannya sebelumnya. Hanya Kit yang dapat membuat Singto bertingkah di luar kebiasaannya.

Hingga suatu malam, Singto tidak dapat melihat Kit. Entah malam itu Kit berada dimana, tapi ia tidak terlihat menyiram tanaman seperti biasa. Singto merasa sedikit kecewa dalam hatinya. Ia sangat ingin melihat Kit.

Inikah yang disebut orang-orang dengan perasaan rindu?, batin Singto yang masih mempertanyakan perasaannya sendiri.

Lamunan Singto terpecah ketika ada seseorang yang menepuk bahunya dari belakang. Singto menoleh kebelakang dan melihat wajah sosok yang dicarinya sedang tersenyum manis di hadapannya.

"Tuuaan.. hehe.", panggil Kit dengan nada yang terdengar manja menggemaskan.

Jantung Singto langsung bergemuruh. Ia merasa seperti tertangkap basah. Ia salah tingkah dan lagi-lagi hanya bisa diam saja, karena ia tidak tahu harus berkata apa. Selalu saja ia menjadi seperti itu saat berhadapan dengan Kit.

"Mengapa Tuan kemari?", tanya Kit. Seperti dugaan Singto, Kit pasti menanyakan tujuan kedatangannya.

"Ehemm... Aku hanya kebetulan lewat.", jawab Singto.

Kit tersenyum lagi pada Singto. "Tuannn aku belum sempat berterima kasih untuk bunga matahari yang tumbuh di taman utama. Meskipun bukan untukku, tapi aku senang bunga-bunga itu membuatku seperti merasa ada di rumah."

Singto lagi-lagi kehabisan kata-kata. Jika Singto diam saja pada Kit dan terlihat dingin sebenarnya bukan karena ia tidak suka pada Kit. Justru karena Singto terlalu salah tingkah hingga bingung untuk berkata-kata. Sehingga yang nampak di hadapan Kit adalah sikap dingin Singto.

"Bunga itu aku tanam agar taman tidak terlihat tandus saja.", ujar Singto.

"Iya tuan."

"Sudah malam. Kamu masuk dan tidurlah.", ucap Singto yang menyuruh Kit untuk masuk ke dalam kamarnya. "Aku juga akan kembali ke kamarku. Selamat malam."

"Selamat malam, tuan."

Singto berbalik untuk pergi meninggalkan wilayah pavilion Kit.

"Tuannn!", panggil Kit.

SOULMATE [KristSingto One Shot FF]Where stories live. Discover now