Yin and Yang (7) END

894 79 35
                                    




Kit telah berhasil melakukan ritual api penyucian dan hanya ia saja yang berani melakukan ritual itu dalam 100 tahun terakhir. Karena Kit terbukti berkata benar, ibu Singto langsung meminta maaf pada Kit. Ia berubah 180 derajat menjadi sangat sayang pada Kit karena ada cucu pertamanya di dalam kandungan Kit. Meskipun ibu Singto selalu memperhatikan kehamilan Kit, tapi rasa pedulinya pada Kit makin meningkat setelah Kit membuktikan bahwa dirinya tidak berbohong. Anak yang dikandungnya adalah milik suaminya.

Singto berada di pavilion Kit dan luka-lukanya sedang dirawat oleh Kit. "Mengapa kamu nekat memasukkan tanganmu ke dalam api?", tanya Kit.

"Sekarang aku balik bertanya mengapa kamu nekat memasukkan dirimu ke dalam api? Aku sudah bilang aku percaya padamu, kamu tidak perlu melakukan hal nekat seperti itu."

"Aku melakukannya demi harga diriku dan anakku. Aku mau menghilangkan keraguan semua orang terhadap kami dan aku juga mau menghilangkan keraguan dalam hatimu. Supaya kamu kelak dapat menyayangi anak ini dengan sepenuh hati."

Singto membelai wajah Kit dan mengusap pipinya lembut dengan satu tangan kanannya yang tidak terluka. "Aku akan selalu menyayangi anak yang kamu lahirkan dengan setulus hati. Aku mencintaimu. Jangan pernah lakukan hal seperti itu lagi."

Kit mengangguk. "Aku percaya kamu akan jadi ayah yang baik. Tapi sekarang bagaimana jika lukamu berbekas?"

Singto melihat ke arah tangannya yang telah dioles obat dan dibalut dengan kain bersih. "Jika berbekas, biarkan bekasnya menjadi pengingat akan kebodohanku yang pernah membiarkanmu masuk dalam api dan sebagai pengingat agar aku tidak pernah membiarkan hal itu terjadi lagi."

"Sing...."

Singto mencegah Kit untuk berkata-kata dengan mencium bibirnya. Ia memeluk pinggang Kit sembari menariknya untuk duduk di atas pangkuannya. Ciuman mereka semakin lama semakin dalam. Keduanya sama-sama tak dapat melepaskan bibir mereka yang saling memagut. Meski diselingi dengan tarikan napas, namun bibir mereka selalu kembali melahap satu sama lain.

"Sayanggg...", ucap Singto dengan nada yang dibuat manja. Kit membelalakkan mata karena merasakan ada sesuatu yang mengganjal di bawahnya. "Singto kamu keras?"

"Maaf aku gak bisa nahannya. Satu kali aja ya? Aku janji pelan-pelan.", pintanya dengan wajah memohon.

"Bisa-bisanya kamu dalam keadaan sedang terluka malah seperti ini?"

"Yang luka kan tanganku..."

Singto menarik ikatan yang ada di pakaian Krist untuk menanggalkannya. "Bagaimana bisa kamu masih memiliki gairah melihat bentuk tubuhku yang seperti ini sekarang?", tanya Kit sembari melihat ke arah perutnya yang makin berlemak.

"Mau bagaimanapun bentuk tubuhmu tidak akan mengubah rasa cintaku.", jawab Singto yang sudah cukup membuat mereka kembali menghabiskan malam penuh cinta.

Keesokan harinya Namtarn dan Aom mendatangi pavilion Kit. "Tujuan kami kesini adalah untuk minta maaf padamu, Kit. Maafkan aku pernah meragukanmu. Aku sungguh tidak bermaksud ingin mencelakaimu apalagi anak tuanku yang ada dalam kandunganmu.", ucap Namtarn.

"Iya Kit. Maafkan aku juga.", sela Aom. "Jika kamu butuh bantuan apapun jangan segan minta padaku."

Kit tersenyum pada kedua wanita itu. "Tidak apa-apa kak. Kalian tidak salah merasa curiga padaku, karena aku bersama dengan 'yang' lain cukup lama. Kalian sudah sepantasnya curiga. Oleh karena itu, aku ingin membuktikan untuk menghilangkan kecurigaan di dalam hati kalian, termasuk untuk menghilangkan keraguan di dalam hati suamiku. Jadi kakak-kakak tidak perlu merasa bersalah."

SOULMATE [KristSingto One Shot FF]Where stories live. Discover now