Chapter 3

3.2K 329 10
                                    


"Pertama-tama eeewww, kamu pipis di alat ini kan." Adel mengembalikan alat tes kehamilan itu ke tangan Ashel, lalu menyemprotkan hand sanitizer ke tangannya sendiri.
"Kedua, selamat ya, tapi harusnya kamu ke dokter deh bukan malah disini nyari aku."

"Oh God, brengsek kamu Del."

"Aku brengsek juga kamu tetep mau tidur sama aku" canda Adel.

"Nah itu dia!" Ucap Ashel frustasi.

Senyum Adel langsung menghilang dari wajahnya "No..no..no..no" dia menggelengkan kepalanya. "Jangan bilang kamu mau ngasih tau kalo...."

"Iya Adel, ini anak kamu."

"Ngga mungkin, pesta itu aja hampir dua bulan lalu, banyak yang bisa terjadi selama dua bulan itu Shel."

"Maksudnya? Did you just call me slut?!" Ashel menatap Adel tak percaya.

"Ngga gitu Shel, aku cuma bilang gimana kamu yakin itu anak aku. Kamu bisa aja kan udah melakukan sex dengan orang lain dalam 2 bulan itu dan kamu limpahin ke aku?"

"What the hell Adel. Aku udah ga tidur sama siapapun dalam 4 bulan terakhir kecuali sama kamu!" Ashel menunjuk dada Adel. "Itulah kenapa nafsu aku tinggi banget malam itu."

"Shel, aku ga bisa jadi orang tua untuk sekarang. Aku bener-bener gabisa."

"Kamu harusnya mikir begitu sebelum kamu memutuskan buat ga pake kondom malam itu."

"Aku mabuk Shel, kita mabuk! Dan apa yang kamu lakuin itu enak banget bikin aku ga bisa mikir yang lain."

"Kaya baru pertama kali aja kamu."

"Emang baru pertama kali. Fuck, aku virgin Shel." Adel sedikit berteriak lalu dengan cepat menurunkan suaranya. "Kamu yang pertama bagi aku."
"Aku ga pernah Deket dengan perempuan manapun apa lagi melakukan sex. Aku 18 tahun Shel, untuk mabuk pun aku belum legal! Mana bisa aku jadi orang tua."

"Terus kamu kira aku umur berapa? Aku ga peduli itu, yang aku mau kamu tanggung jawab untuk ini" Ashel menunjuk perut ratanya.

"Shel, aku bekerja di dua tempat, semua gaji aku, aku alokasikan untuk pendidikan Ci Shani dan juga untuk hidup sehari-hari. Aku sendiri hidup pas-pasan, gimana kalo aku punya anak?"

"Ya minta bantuan orang tua kamu lah Del! Aku ga mungkin sendirian dalam situasi seperti ini." Sampai disini yang Ashel mau hanyalah Adel bertanggung jawab dan segera pergi dari tempat ini.

"Aku ga punya orang tua Ashel! Mereka sudah meninggal!. Keluargaku satu-satunya ya cuma ci Shani."

"Maksudnya? Kamu bilang orang tuamu kaya Del?!" Ashel benar-benar bingung.

"Itu semua karangan ci Shani. Dia sangat ingin pergi ke pesta kalian hari itu. Maaf kami membohongi kalian. Semua cerita kami bohong. Dan maaf aku ga bisa jadi orang tua saat ini." Adel menghela nafasnya.

"Astaga! Aku ga percaya ini terjadi sama aku" ucap Ashel frustasi sambil mengacak rambutnya.
"You know what, lupain aja semuanya. Lupain aku dateng kesini dan lupain kita pernah bicara tentang ini" dengan itu Ashel berjalan kembali kedalam mobilnya lalu pergi meninggalkan Adel.

Adel menatap kepergian mobil Ashel, lalu kembali menghela nafasnya. Dia berdiri disitu selama beberapa menit dan segera masuk ke rumah menuju kamar Shani dan membukanya dengan kasar. Hal itu membangunkan Shani seketika. Ia bangun dan tangannya langsung mengambil pisau.

"Heh turunin itu pisau. Ini aku ci!" Shani sengaja meletakan pisau lipat itu dekat dengan bantalnya sebagai bentuk proteksi diri. "Kamu harus liat-liat ke belakang kalo jalan Ci!" Adel terlihat sangat kesal pada sepupunya itu.

Bad choices, great outcomesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang