Chapter 24

1.7K 239 8
                                    


Hari berlalu dan kini giliran Shani yang sendirian. Adel ataupun Chika tidak ada yang membalas pesannya, dia tau dan mengerti alasan mereka. Mereka punya hak untuk marah padanya. Shani menginginkan kesempatan untuk meminta maaf langsung pada keduanya.

Begitu adel tau kalau shani sudah kembali kerumah, ia bertanya pada keluarga Ashel apa boleh ia menginap lebih lama disana. Dan tentu saja mereka mengiyakan. Gracio bahkan menyarankan agar Adel tinggal selamanya disana.

Dan Chika, dia sangat ingin langsung berlari kepelukan Shani begitu ia mendapat pesan permintaan maaf darinya. Tapi setelah pembicaraan dengan Adel dan Ashel ia memutuskan untuk menunggu. Ia sangat mencintai Shani, tapi ia merasa sangat tersakiti karena Shani tidak membelanya. Baginya Shani butuh untuk berfikir tentang semua ini. Untuk merasakan sedikit tersiksa akibat ulahnya sendiri.

Adel dan Chika tau Shani terluka karena ucapan dari keluarga Winoto tentang orang tuanya. Namun mereka mau Shani memikirkan itu.

.

Rumah mereka terasa hangat karena dekorasi yang Adel pasang. Sangat aneh berada disana tanpa melihat sepupunya itu. Shani memutuskan untuk bangkit, bagaimanapun ini adalah kesalahannya. Dihari Sabtu, Ia memutuskan untuk pergi ke apartemen Chika namun tidak ada jawaban, mungkin ia ada dirumah orangtuanya tapi Shani tidak tau alamatnya. Jadi ia memutuskan untuk pergi ke rumah Ashel. Shani harus berbicara pada mereka dan meminta maaf, bahkan belutut jika perlu.

___________________________________________

Masuk ke pekarangan rumah Ashel, ia melihat mobil Chika terparkir disana. Keberuntungan Shani belum hilang pikirnya.

Ketika Lala, salah satu staff yang bekerja di rumah keluarga Harlan memberitahu Ashel tentang kedatangan Shani, terjadi perdebatan antara Adel dan Chika soal alasan mengapa mereka mau atau tidak mau untuk menemui Shani. Adel sendiri, tidak mau melihat dan bicara pada Shani. Tapi disisi Chika, dia sangat mau menemuinya lalu memeluknya dan juga ia mau mendengar apa yang Shani ingin katakan secara langsung bukan melalui pesan singkat.

Ashel menyarankan mereka untuk menemui Shani terlebih dahulu lalu memutuskan apakah akan memaafkannya atau tidak.

Shani sangat gugup ketika berjalan kearah ruang tamu, disana sudah ada Ashel yang menyapanya dan juga Adel serta Chika yang terlihat acuh.

"Duduk Shan." Ucap Ashel sambil duduk disebelah Adel.

"Terimakasih, jadi.. aku berhutang penjelasan dan maaf pada kalian." Gugup Shani.

"Aku ga tau harus mulai dari mana," Shani menatap Adel dan Chika bergantian. "Aku mengacaukan semuanya. Aku sangat menginginkan keluarga sampai-sampai tidak menyadari kalau ternyata aku sudah punya. Kalian. Kalianlah keluargaku." Air mata mengalir dari pelupuk mata Shani.

"Ibuku sangat baik hatinya, aku kira dia belajar itu semua dari orangtuanya tapi aku salah. Ibuku pernah bilang mereka memutuskan hubungan darinya karena ibu memilih untuk bersama ayah. aku ingin mendengar alasan langsung dari mereka mengapa melakukan itu. Tapi ternya mereka adalah orang yang sangat kejam yang pernah aku temui. Kamu benar Del, dalam sekejap mereka bisa mengubahku dan semua yang ada disekitarku. Aku membiarkan mereka untuk bicara dan melakukan apa yang harusnya tidak aku lakukan.

Shani menatap Chika, "aku membiarkan kakekku mengatakan hal buruk pada kamu malam itu dan aku tidak menyanggah atau membela kamu darinya. Aku sungguh minta maaf Chika." Shani mengusap air matanya dan berjalan kearah Chika duduk lalu berlutut didepannya. "Aku ga pantes dapat maaf dari kamu, tapi aku sungguh-sungguh minta maaf. Kamu sangat berarti dihidup aku Chik dan I love you so much."

Hati Chika hancur melihat kekasihnya mengangis dan ia tidak tahan lagi. Dia membawa Shani dalam pelukannya erat. "I love you too Shani. Dan aku memaafkan kamu. Janji sama aku kamu ga akan seperti ini lagi."

Shani mengangguk. "I promise sayang." Sekarang Shani mengalihkan pandangannya ke Adel yang sama sekali tidak melihat kearahnya. "Chik aku janji kita akan ngobrol lanjut tentang ini nanti. sekarang aku mau ngomong sama sepupuku ya."

"Silahkan sayang." Chika mencium bibir Shani lembut. Oh tuhan, sungguh ia merindukan bibir itu.

Ketika Chika keluar dari ruang tamu, Shani menatap Adel yang sedang menggenggam tangan Ashel. "Apapun yang mau kamu katakan, Ashel juga berhak mendengarnya." Ucap Adel.

Shani menghela nafasnya, "aku minta maaf. Aku pernah bilang kalau semuanya ngga akan ada yang berubah. Tapi ternyata justru kebalikannya. Aku khianatin kepercayaan kamu Del, aku nyakitin kamu dengan perlakuan jahatku dan aku sungguh-sungguh minta maaf. Aku injak semua kerja keras dan pengorbanan yang udah kamu buat untuk aku. Bukan maksud aku untuk nyakitin dan mengganti kamu dengan mereka. Sekarang aku sadar, aku ga pantes dapat maaf dari kamu tapi aku harap suatu hari nanti kamu bisa maafin aku."

"Aku pernah bilang kan ke kamu Ci, kalau kamu kembali sambil menangis meraung aku ga akan ada lagi untuk kamu." Ucap Adel dengan dingin.

"Aku tau dan aku mengerti sekarang, aku ngerti dengan semua ucapan kamu ke aku waktu itu. Aku benar-benar idiot karena ga dengerin kamu. Aku egois karena melakukan itu ke kamu Del. Dan aku sangat menyesal. Aku minta maaf Adel, aku harap kamu bisa maafin aku. Kamu adik aku Del, dan aku ga mau kehilangan kamu."

"Aku udah bilang kamu itu ga tau apa-apa tentang mereka tapi kamu ga dengerin. Mungkin ini membuat aku terlihat jahat. Cuma, kamu memang pantas mendapatkan ini dan bukan karena aku mau kamu terluka Ci, aku mau kamu buka mata kamu dan lihat sendiri kalau mereka itu bukan orang baik. Ada hal yang aku denger tapi ga aku bilang saat mama kamu dan nenek masih hidup dulu."

"Nenek nyuruh aku janji untuk jaga kamu. Aku simpan itu semua demi kamu ci Shani, untuk melindungi kamu."

Adel menarik nafasnya "aku memaafkan kamu Ci. I love you, you're my sister and selamanya akan jadi kakak ku. Aku akan selalu ada saat kamu butuh aku." Shani berdiri dari tempatnya lalu berjalan memeluk Adel. Mereka berdua menangis bersama.

"I love you baby. Aku sangat minta maaf." Shani terus mengulang perkataan itu.

"Udah udah aku gabisa nafas ini" ucap Adel sambil mendorong pelan Shani. Adel meraih saku celananya dan mengeluarkan selembar kertas lalu memberikannya kepada Shani "nih."

"Ini apa?" Audrey membuka kertas itu aku membacanya. "Del. Ngga, ini punya kamu. Ini hak kamu."

"Aku gamau mereka punya sesuatu untuk mengusik kamu Ci. Jadi balikin aja ke mereka. Ketika kamu udah jadi dokter yang sukses, kamu boleh bayar aku balik."

Setelah beberapa pelukan dan ciuman dipipi dari Shani, mereka berpisah. Adel naik kembali ke kamar Ashel.

"Thank you sayang, untuk selalu ada disamping aku." Lalu mencium bibir Ashel lembut.

___________________________________________

Bad choices, great outcomesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang