Chapter 9

2.6K 321 12
                                    

Mimpi yang Adel alami begitu mengagumkan, terutama rasa yang ia rasakan dibawah pinggangnya.
Adel mengangkat pinggangnya sedikit untuk lebih merasakan sentuhan itu dan melenguh ketika mendapatkannya.
Okay, ini terasa sangat nyata.

Seketika itu Adel membuka matanya dan melihat kebawah, rasa nikmat yang ia rasakan tetap ada dan itu datang dari Ashel.

Tangannya lebih tepatnya.

Ashel dengan rambut yang berantakan menutupi separuh wajahnya, dan kepalanya yang berada disela leher Adel, sedangkan tangannya sendiri menjadi bantalan Ashel. Lalu tangan kanan Ashel berada tepat diatas selangkangannya. Mungkin ini cara terbaik untuk bangun tidur bagi Adel.

Walaupun ini terasa nikmat, Adel merasa ia mengambil keuntungan dari Ashel yang sedang tidur. Tiba-tiba entah dorongan dari mana tangan Ashel yang semula hanya diam diatasnya lalu bergerak meremas penis Adel yang sudah tegang dari tadi.
Oke cukup baginya, dia tidak kuat- dia langsung menyingkirkan tangan Ashel dengan kasar dan membuatnya terbangun.

"What the..." Ashel berkedip dengan wajah ngantuknya dan melihat Adel yang sudah berdiri disamping tempat tidur. "Kenapa?"

"Uh.. gapapa, tidur lagi sana."

Ashel memperhatikan tubuh Adel dari atas hingga berhenti ketika melihat Sesuatu menonjol didalamnya. "Seriously kamu masih pagi gini udah tegak horny aja?"

"Aku ga bakal begini kalo bukan karena kamu Shel." Adel tidak menutupinya lagi, ya karena Ashel juga udah tau dan udah ngerasain juga kan.

"Hah maksudnya?"

"Kamu ngelus-ngelus punyaku kaya lagi ngelus lampu ajaib yang keluar jin tau ga. Aku ga komplain sih sebenarnya."

"Are you serious?"

"Kenapa aku harus bohong?"

"Buat bikin aku kesel? Anyway, kocok sendiri atau ngapain kek gitu biar itu ilang dan cepet balik lagi kesini tidur." Ashel menepuk bagian kasur yang kosong dan membenamkan kepalanya dibantal.

Alis Adel naik, ini ga salah Ashel si super nyebelin minta dia untuk balik lagi tidur sama dia? Dia pasti udah gila.

Ia tidak bergerak dari tempatnya dan mengalihkan pandangannya ke Ashel yang membuka matanya. "Jangan liatin aku kaya gitu. Kaya kamu ga pernah aja."

"Aku emang ga pernah lakuin itu dan ga berencana buat mulai melakukannya apalagi ketika ibu dari bayiku tinggal satu atap sama aku."

Ashel duduk dan mendekat kepinggir kasur, "aku bisa bantu, kalo kamu mau." Ucap Ashel dengan polosnya. Ia menarik pinggang Adel membuatnya makin mendekat.

Adel menarik nafasnya, mencoba untuk menenangkan dirinya. Mungkin ini cuma mimpi atau otaknya memang sudah gila.

Tapi tidak .

Dia merasakan jemari Ashel berada di karet celana pendeknya, menarik turun dengan sangat lambat.

"Kamu mau aku bantu kan?" Dia melihat mata Adel dari bawah membuat Adel tercekat. Ashel terlihat sangat amat cantik seperti itu.

Adel hanya berkedip dan tak bisa berkata apa-apa. Penisnya yang sudah mengeras mulai sakit, dia hanya ingin segera melepaskannya.

Abs Adel membuat Ashel sedikit tersipu, dia menurunkan celana Adel, sedikit demi sedikit penis Adel hampir terlihat. Sekali lagi Ashel menatap mata Adel. Mata Adel tertutup rapat, dan bibirnya sedikit terbuka menunggu untuk merasakan mulut Ashel menyentuh dirinya.

"Kamu mau aku bantu baby?" Adel mendesah mendengar nama panggilan itu. Dia tidak mengerti, tapi ketika Ashel memanggilnya baby rasanya luar biasa. "You like it when i call you baby, huh?"

Bad choices, great outcomesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang