Chapter 12

2.8K 346 15
                                    


Adel sedikit takut untuk pulang ke rumah. Dia tidak mau mendengar suara "indah" Ashel yang mulai mengomel padanya karena membawa mobilnya.

Dia punya firasat bahwa Ashel akan benar-benar marah padanya.

Dan firasatnya benar.

Ashel berteriak setelah Adel menjelaskan bahwa ayahnya yang memberikan mobil itu untuknya. Bahkan Ashel mendorong Adel beberapa kali agar terlihat meyakinkan.

Ashel merasa bangga pada aktingnya karena Adel benar-benar percaya kalau dia marah. Setelah itu Ashel kembali masuk ke dalam rumah dan tidak berbicara pada Adel seharian.

Sisa Minggu ini Adel habiskan dengan tetap mencari pekerjaan untuknya. Dia harus mendapatkannya secepatnya. Kali ini lebih mudah kesana-kemari berkat mobil Ashel. Tapi itu membuat Adel kesulitan juga karena para pewawancara mengira dia kaya dan tidak terlalu membutuhkan pekerjaan.

Jadi dia memutuskan untuk memberikan mobil itu pada Shani. Cukup lama untuk meyakinkan Shani bahwa lebih baik naik mobil ini dari pada naik bus untuk pergi kuliah atau kembali ke tempat part timenya. Namun pada akhirnya dia setuju juga.

Hari Sabtu datang dan Adel benar-benar kelelahan, dia hanya ingin rebahan dikasur dan tidur seharian tapi dia tidak bisa. Menurut Shani, sekarang dia adalah 'manusia dewasa' atau apalah itu bahasanya. Jadi dia harus bangun dan pergi kerja.

Dia bangkit dari kasur, sehati-hati mungkin agar Ashel tidak terbangun. Mandi, berpakaian dan sedikit makeup lalu menuju dapur dan melihat shani sudah memasak untuk sarapan. Dia duduk untuk makan lalu berangkat.

Ini hari yang membosankan dan Adel lelah melakukan hal yang sama setiap harinya selama berbulan-bulan.

Adel sedang membersihkan meja, tidak sadar Shani disana sampai ia merasakan ada tangan yang melingkar diperutnya.

"Ci shani, aku udah bilang kan setiap kamu lakuin ini, kalo suatu hari aku ga ngeh ini kamu, kamu bisa aja kena pukulan dari aku."

"Aku juga bilang kan ke kamu, kalo kamu lakuin itu aku bakal pukul balik." Senyum terpampang di wajahnya. "Sekarang berbalik dan peluk aku."

"Kamu udah peluk aku pagi ini." Adel mengelak.

"I don't care, give me the hug already."

Adel membuka tangannya dan memeluk Shani. Ia melihat Chika berjalan kearahnya. Oh ternyata Shani dan Chika sudah janjian untuk meet up. Yang membuat Adel kaget, selain Chika, ternyata Ashel juga ikut. Adel menaikan alisnya, Ashel langsung duduk dimeja dekat jendela.

"Bukan harusnya dia udah balik ke rumahnya sekarang?" Adel berbisik ke Shani.

"Aku gatau kenapa, tapi dia bakal stay sama kita sebulan ini."

Adel memundurkan wajahnya lalu menatap shani. "Bercanda kan ci?"

Shani menggeleng. "Beneran. Jangan marah dong, Sekarang dia ga terlalu ngeselin lagi kok."

"Nggak terlalu??? Sejak kapan kalian jadi bestie?"

"Sejak dia minta maaf sama aku, dan fyi kita bukan 'bestie'. Dia mau berusaha untuk berubah, dan aku mau ngasih dia kesempatan. Kamu harus gitu juga Del."

"Aku akan lakukan itu, kalo dia stop nyebelin ke aku."

"Ish, whatever. Aku laper, mau makan."

Mereka berjalan kearah meja dan Adel menyapa Chika juga Ashel.

Ketika Adel mencatat pesanan mereka, Ashel hanya memesan lemon tea dan ia mulai berargumen bahwa Ashel harus makan sesuatu karena bayinya butuh makan. Tapi Shani dan Chika menjelaskan bahwa Ashel merasa mual dan muntah dari tadi pagi.

Bad choices, great outcomesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang