chapter 27

1.5K 213 8
                                    

Lanjut ga? Lanjut nih.✌🏻

___________________________________________

Ketika Adel melihat beberapa perawat mulai memindahkan tempat tidur Ashel keluar dari ruangan, dia membeku sejenak dan langsung bergerak bersama mereka, dia telah berjanji pada Ashel bahwa dia tidak akan meninggalkan sisinya dan Adel akan tetap setia pada kata-katanya. Dia ingin bertanya apa yang terjadi tetapi Adel merasa mulutnya dipenuh kapas dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Adel mengikuti para perawat dan ashel ke ruang operasi dengan Anin dan Chika di belakangnya.

Ketika mereka sampai di pintu, para perawat menghentikan Adel dan memberitahunya bahwa dia tidak bisa melangkah lebih jauh, bahwa lebih baik menunggu dengan semua orang dan mereka akan melakukan apa saja untuk menstabilkan Ashel. Adel menggelengkan kepalanya, air mata bahagia di matanya beberapa menit yang lalu kini mengalir di pipinya, bukan lagi air mata bahagia, tapi air mata ketakutan, kepanikan, frustrasi. "Aku harus ada di sana temenin dia, Ashel pasti ketakutan. aku udah janji." katanya parau, "aku ga akan pergi dari sisinya."

Chika melangkah ke arahnya dan menariknya kembali karena keadaan Anin sama dengan Adel, dia menyuruh Adel untuk mendengarkan para perawat karena dengan dia tidak mengikuti prosedurnya hanya akan membuang waktu yang dapat mereka gunakan untuk menyelamatkan Ashel. Adel hanya mengangguk dan melihat Ashel menghilang di balik pintu itu.

Chika membantu Adel dan Anin ke ruang tunggu tempat semua orang mulai mengajukan pertanyaan segera setelah mereka melihat mereka menangis. Chika menjelaskan semuanya kepada mereka dan mereka duduk di sana menunggu untuk mendengar kabar dari dokter atau perawat tentang bagaimana keadaan Ashel.

Adel berhasil tetap duduk selama beberapa menit sebelum dia mulai mondar-mandir dan menggumamkan sesuatu dengan pelan, seorang perawat masuk ke ruang tunggu dan memberi tahu mereka bahwa mereka semua bisa menunggu di kamar ashel bersama bayinya. Adel berlari ke kamar sebelum ada yang sempat bergerak dan mengambil putranya dari pelukan perawat. Pada saat semua orang memasuki ruangan, dia duduk di salah satu sofa dan menyelimuti putranya dengan baju yang dikenakan Ashel sebelum dia berganti gaun rumah sakit, Adel berbicara pelan kepada putranya sambil menangis.

Hati Shani hancur saat melihat sepupunya, sama seperti yang lainnya, dia tidak percaya ini terjadi. Dia ingin duduk di sebelah Adel dan menghiburnya, tetapi dia tidak ingin mengganggu momen ibu-anak di mana Adel berada. Shani tidak tahan lagi, ketika Adel mulai menangis lebih keras, ia segera duduk di sebelahnya tetapi sepupunya itu bahkan tidak menyadari Shani berada tepat di sebelahnya sampai Shani meletakkan tangannya di atas tangan Adel yang berada di atas dada bayinya.

"Adel, sayang, aku tahu kamu sedang putus asa sekarang tapi kamu harus berpikir positif, semuanya akan baik-baik saja. Perawat dan Dokter akan segera datang untuk memberi tahu kita bahwa Ashel dan bayinya baik-baik saja."

"Aku ga ngerti kenapa Ci," isak Adel. "Kenapa? Dia baik-baik saja, Ashel sehat, Ashel bercanda dengan kita semua dan bahkan Ashel sempet ngomel ke aku dan sekarang dia..." Adel berhenti berbicara dan menarik napas dalam-dalam, dia tidak bisa membayangkan hal menyeramkan itu.

"Aku cinta dia Ci, dan aku bahkan ga mendapat kesempatan untuk ngomong itu langsung ke Ashel, aku ga bisa kehilangan dia, aku ga bisa kehilangan mereka. Kami ga siap kehilangan mereka." Ia menatap putranya yang tertidur. Pada saat itu Shani melihat mengapa sepupunya begitu erat memeluk bayi laki-laki itu, bayi ini terlihat persis seperti Ashel.

"Dan kamu tidak akan, kamu tidak akan kehilangan mereka Del, dokter akan segera membawanya kembali ke sini, kamu akan ketemu Ashel lagi dan dia akan mulai ngomelin kamu karena kamu angkat telepon terus atau karena alasan konyol lainnya. Ashel kuat dan bayimu juga." Shani merangkul bahu Adel dan memeluknya sekuat yang dia bisa.

Bad choices, great outcomesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang