Chapter 17

2.5K 340 11
                                    


Adel tidak tau harus merasa senang atau sedih.

Jika ini terjadi di Minggu pertama Ashel disini, tentu dia akan melompat kegirangan, berteriak dan menari dengan kesenangan. Tapi sekarang, setelah melewati waktu bersama dia merasa hampa dan merasa rumah ini kosong.

Kasurnya juga dirasa kosong. Dia sudah terbiasa dengan Ashel yang selalu menempel, meminta lengannya untuk dijadikan bantal serta selalu memeluknya saat tidur.

Sekarang, dia hanya punya bantal yang aromanya masih seperti Ashel.

Sekitar seminggu setelah dia pulang ke rumah orangtuanya. Ashel mengirimkan pesan ke Adel bahwa dia sudah pulang kerumahnya. Dia memutuskan untuk pulang karena merasa aneh jika tidur satu kasur dengan Adel yang notabene sudah tidur dengan perempuan lain. Dan juga dengan alasan 'memulai baru' ini.

Adel hampir gila karena merindukan Ashel. Dan Ashel juga merindukan Adel. Namun dipikirannya dia sudah kehilangan kesempatan untuk bersamanya.

Adel menjadi bersemangat ketika mendapat pesan dari Gracio untuk menjemput Ashel dari kampusnya dan tidak langsung membawanya pulang ke rumah untuk beberapa jam kedepan.

"Hello."

Adel mengangkat kepalanya dari handphonenya untuk melihat ke orang yang menyapanya.

"Hai."

"Aku lagi lewat disekitaran sini dan ngeliat kamu, aku cuma mau bilang kamu hot banget deh." Ucap gadis itu dengan tatapan lapar sambil melihat tubuh Adel dari atas hingga bawah.

"Uh.. okay." Adel merasa aneh dengan gadis ini.

"Mau lunch bareng sama aku?"

"No, thanks." Adel kembali melihat handphonenya. Menunggu balasan pesan yang ia kirim tadi.

"Adel?"

Adel berputar dan melihat orang yang ia tunggu. Ashel terlihat cantik dengan dress biru muda selutut serta rambutnya yang digerai. Perutnya sudah lebih terlihat sekarang.

"Ashel, hi." Adel berjalan kearahnya dan mencium pipinya sebelum memeluknya. "Aku senang kamu akhirnya disini." Dia mengkode Ashel dengan matanya kearah gadis yang masih berdiri disitu.

"Kamu bercanda? Kamu kesini untuk dia?!" Ucap gadis itu mengejek.

"Bisa ga lo stop genit-genit sama pacar gue dan urusin urusan Lo sendiri?" Ucap Ashel, dia tidak suka cara Lydia menatap Adel. Disisi lain Adel tidak mendengar apa yang Ashel katakan, dari tadi dia hanya sibuk menatap wajah Ashel.

"Seriously? Dia pacar kamu?" Lydia menatap Adel. "Hal bagus yang ada didiri dia itu ya cuma uang ayahnya. Liat dia, she's ugly and fat."

Kalimat tadi langsung menyadarkan Adel. Dia menguatkan rahangnya dan memasukan tangannya kesaku supaya dia tidak menghajar gadis itu. "She's beautiful dan natural. Ga kaya kamu isinya plastik semua."

Ashel harus mengigit bibirnya agar tawanya tidak keluar. Dia memulai hari dengan buruk akibat morning sicknessnya namun, mendengar Adel mengucapkan itu pada Lydia sangat membuat harinya menjadi lebih baik.

Setelah percakapan dengan orangtuanya serta Chika, Ashel memang memutuskan stop segala kontak dengan Lydia dan semua 'temannya' yang ia kenal saat masih bersama Aldo.

Tidak ingin melihat Adel menjadi Hulk pada Lydia, dia mengambil tangan Adel dan menariknya kearah taman untuk duduk disana.

"Kamu kok bisa kesini? I Miss you so much."

Adel tersenyum padanya. "I Miss you too. Um.. aku bawain kamu ini." Dia menyerahkan kotak makan. "Aku yang buat itu. Ceu Eli yang ngajarin aku masak."

"Kamu belajar masak??"

Bad choices, great outcomesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang