Chapter 26

1.5K 199 17
                                    

Beberapa Minggu kemudian di rumah sakit, Ashel sudah saatnya untuk melahirkan.

Kejadiannya, mereka sedang ditengah-tengah sex yang sangat intens dan pada saat itu juga air ketuban Ashel pecah. Setelah kepanikan dari keduanya mereda, mereka langsung pergi ke rumah sakit.

Saat dokter memeriksa keadaan Ashel, dokter mengatakan bahwa ini akan butuh beberapa waktu untuk bayinya keluar dan akan terus dicek secara berkala.

Setelah Dokter selesai dan pergi, Adel keluar untuk menelepon Shani yang kebetulan sedang bersama Chika. dia mengambil kesempatan untuk memberi tahu keduanya bahwa mereka ada di rumah sakit dan menjelaskan apa yang dokter katakan. Mereka memberi tahu Adel bahwa mereka akan segera ke sana meskipun Adel telah meyakinkan Shani bahwa akan memakan waktu cukup lama untuk memulai 'pertunjukan' yang sebenarnya.

Ponsel Adel penuh dengan panggilan dan pesan saat duduk di sebelah Ashel. iya, Adel berusaha mengajak Ashel berbicara dengannya untuk  mengalihkan pikirannya dari rasa sakit saat kontraksi.

Dia tidak ingin mengangkat panggilan itu tetapi dia tahu itu penting jadi Adel terus minta izin untuk keluar dan mengangkat telepon atau menjawab pesan karena dia tidak ingin Ashel tahu apa itu semua, dia ingin itu menjadi kejutan.

Setelah salah satu panggilan berakhir, Adel kembali ke kamar dan menemukan Ashel memeluk Anin sembari menangis namun Gracio tidak ada di kamar.
dengan sekejap dia berada di sebelah Ashel bertanya ada apa, apakah dia dan bayinya baik-baik saja tetapi Ashel tidak menggubrisnya. Satu-satunya jawaban yang dia dapatkan adalah senyum simpatik dari Anin dan itu membuatnya semakin takut.

Ketika Adel mencoba untuk duduk di sebelah Ashel, dia melepaskan pelukan ibunya dan mendorong Adel menjauh, Ashel terlihat marah.

Pada saat itu Anin memutuskan untuk meninggalkan ruangan untuk memberi mereka privasi.

"Ada apa, Cel? Tolong kasih tau aku sayang." Adel memohon, mencoba duduk di sebelah Ashel dan berakhir untuk didorong, lagi. "Cel, beneran deh, kamu bikin aku takut! Bilang ke aku ada apa."

"Ada apa? kamu yang ada apa, sibuk banget telponan lah bales chat lah, Del kamu selingkuh ya?!" teriak Ashel.

"Kamu ngomongin apa sih Cel?."

"Jangan pura-pura bodoh Del, kamu tahu betul apa yang aku omongin. Setiap kali kamu dapet telepon atau pesan kamu pergi ke luar, aku sudah pernah disituasi ini dan aku tahu apa artinya!." Sejak pertama kali Adel melangkah keluar ruangan untuk menerima telepon, Ashel terbayang lagi saat Aldo melakukan hal yang sama ketika istrinya menelepon saat ashel dan Aldo sedang bersama. Faktor lain ya karena hormonnya juga sih jadi kepalanya tidak bisa berfikir jernih.

"Cel, aku pergi keluar karena aku ga ingin mengganggu kamu atau orang tua kamu. Tadi itu Jenan yang menelepon dan ngirim pesan. Chika ngabarin dia kalo kita ada di sini jadi Jenan bilang untuk ga perlu khawatir tentang kerjaan. Juga aku ngirimin playlist ke DJ yang backup aku nanti malam. Aku ngerti sayang kenapa kamu bisa mikir kaya gitu, tapi aku janji ga akan pernah lakukan hal jahat itu ke kamu sayang." Ucap Adel sambil mengelus rambut Ashel.

Ashel sangat merasa tidak enak karena menuduh Adel berselingkuh. Sekarang karena dia sudah mendapatkan penjelasan, Ashel menutupi wajahnya dengan tangannya dan mulai menangis lebih keras dan meminta maaf pada Adel dan menyalakan hormon sialan ini. Adel menghela nafas dan akhirnya duduk di sebelah Ashel untuk memeluknya lalu memberitahu bahwa Ashel tidak perlu meminta maaf.

Ashel terus menangis hingga kontraksi yang lebih keras membuatnya meringis dan meremas paha Adel. "Sebentar, aku mau panggil Dokter Fiony," kata Adel, mendesis kesakitan dan melepaskan lengannya dari bahu Ashel, tetapi sebelum dia sempat beranjak dari tempat tidur, Ashel mencengkeram lengannya lebih keras.

"Jangan kemana-mana Del, kamu disini temenin aku." Ashel nyaris tidak berhasil mengatakannya. Giginya terkatup menahan sakit.

"Atau aku kedepan buat pangg-."

"NO," rasa sakit akibat kontraksi mulai mereda dan Ashel menarik napas dalam-dalam, "janji sama aku kamu ga bakal kemana-mana."

Adel mengangguk, "Aku janji. Aku akan telpon Papa kamu biar dia bisa panggil Dokter untuk kita."

Adel hanya ingin semua ini berakhir, ia sangat tidak sabar. Dalam beberapa waktu kedepan ia akan bertemu dengan kedua anaknya. Dan ia juga tidak sabar untuk berakhirnya hormon mood swing yang Ashel alami selama hamil.

Beberapa jam kemudian semua orang sudah berada di dalam ruangan menunggu tanda, atau sinyal, atau gelombang untuk mengetahui apa bayi kembar ini akan segera lahir tetapi ternyata tidak, sepertinya mereka terlalu menyukai dan nyaman dalam rahim Ashel karena belum ada tanda-tanda lanjutan lagi untuk mulai proses kelahiran.

Adel dan Ashel mencoba semua yang direkomendasikan oleh perawat, Anin dan bahkan Dokter Fiony untuk membantunya menginduksi persalinan; Ashel minum teh daun raspberry, berjalan di sekitar ruangan namun sering berhenti untuk berteriak karena rasa sakit atau hanya untuk memukul lengan Adel, Ashel juga makan buah nanas untuk merangsangnya, ia bahkan minum minyak jarak yang diberikan Anin, tapi itu hanya membuatnya muntah.

Satu-satunya hal yang tidak mereka coba adalah berhubungan seks, karena sangat tidak mungkin, semua orang ada di sana, meskipun Adel sempat mempertimbangkan untuk mengusir semua orang dari ruangan untuk melakukannya. Ashel mulai membentaknya karena teleponnya mulai berdering lagi, dia tetap mencoba sabar dan memahami rasa sakit yang dialami Ashel.

Semua orang disana sangat lelah menunggu proses panjang ini, tetapi setelah Dokter muncul di ruangan dan mengumumkan bahwa sudah waktunya pertunjukan, mereka semua mengumpulkan kekuatan untuk keluar dari ruangan.

Adel, Anin, dan Chika adalah satu-satunya yang tetap berada di kamar bersama Ashel.

Adel meraih tangannya dan membisikkan kata-kata penyemangat sementara Anin membantunya mengatur nafas dan juga mengingatkan semua hal yang mereka pelajari di kelas kehamilan.

Saat Dokter meminta Ashel untuk mulai mengejan. Dan ya, Chika hanya berdiri di sana dengan shock dan juga mungkin menyemangati Ashel dalam diam, Adel tidak terlalu yakin tapi sepertinya Chika akan pingsan.

Setelah melewati apa yang terasa seperti berjam-jam padahal hanya setengah jam, mereka mendengar tangisan keras dan Dokter mengumumkan bahwa bayi pertama telah keluar, perawat yang membantu Dokter membawa bayi itu untuk membersihkannya dan memeriksa apakah semuanya baik-baik saja, Ashel segera meminta Adel untuk pergi memeriksa bayi mereka sementara dia beristirahat sebentar untuk mulai mendorong keluar bayi yang lain.

Adel dengan berat hati melepaskan tangannya dari Ashel dan berjalan ke tempat bayi mereka berada, dia mengarahkan pandangannya ke seluruh tubuh mungil itu untuk memastikan tidak ada yang berlebihan atau tidak pada tempatnya beberapa kali sampai pandangannya terhubung ke sepasang mata hitam kecoklatan, kebahagiaan yang dia rasakan saat itu tidak bisa dibandingkan dengan hal lain yang pernah dia rasakan dalam hidupnya.

Adel tersenyum lebar sebelum mengulurkan tangannya ke arah salah satu tangan kecil yang melambai, bayi itu berhenti bergerak dan bergerak lagi tepat setelah memegang ibu jari Adel, "dia laki-laki, Shel, bayi laki-laki yang sangat tampan." Matanya dipenuhi air mata bahagia dan Adel terkekeh.

Dia tidak ingin menjauh dari putra mereka tetapi ada satu lagi yang sedang dalam perjalanan sehingga dia mundur untuk memberikan ruang perawat untuk melakukan pekerjaan mereka dan berbalik untuk berjalan menuju Ashel, tetapi Adel segera merasakan perubahan suasana sekitarnya.

Dokter Fiony berdiri dari bangkunya dan mulai memberi perintah kepada semua orang yang membantunya, ada yang tidak beres, Anin dan Chika tampak ketakutan dan hampir menangis dan ketika dia mengalihkan pandangannya ke Ashel, dia tidak responsif, matanya terpejam dan terlihat begitu. pucat.

Dari semua yang dikatakan Dokter, Adel hanya menangkap beberapa kata yang sangat penting; 'pasien kehilangan darah, emergency dan ruang operasi' yang lainnya hanyalah suara bising. Adel membeku di tempatnya, ini tidak mungkin terjadi, Ashel sehat, Dokter mengatakan bayinya juga sehat. Jadi apa yang terjadi.

___________________________________________

The end.
Thx guys, bye.

Bad choices, great outcomesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang