Chapter 19

2.5K 340 16
                                    

"disini kaya ada hajatan aja." Adel berbisik pada Ashel dan membuatnya Terkekeh.

Mereka berada di rumah sakit, menunggu untuk check up bulanan Ashel. Semua orang berada disana, orangtua Ashel, Chika dan kakaknya, Mario dan pacarnya serta Shani juga disana.

Untungnya ruang tunggu itu cukup besar untuk mereka semua.

"Harusnya kamu seneng dong anak kita punya banyak orang yang sayang sama mereka." Ashel menyenggolnya.

Adel mengambil tangan Ashel -itu sudah menjadi kebiasaan diantaranya kapanpun mereka bersama- "aku seneng kok. Cuma aku yakin sih, dr. Fiony bakal usir kita semua."

"Ngga akan Del. Aku seneng deh semuanya ada disini bareng kita".

Sekarang giliran nama Ashel yang dipanggil untuk check dan USG. Entah bagaimana mereka semua muat dalam ruang pemeriksaan.

"Wow, keluarga besar hadir ya." Ucap Dr. Fiony sambil mengoleskan gel ke perut Ashel. "Let's get this show started."

Dia mulai menggerakkan alat USG-nya ke perut Ashel dan menjelaskan apa yang dia lihat. Untuk sekarang, mereka bisa mengetahui jenis kelamin dari bayinya. Tapi Ashel dan Adel memutuskan untuk menjadi kejutan saat lahir nanti.

Mereka semua sangat senang bisa melihat babynya dan merasa lebih senang lagi ketika dokter membagikan copy dari foto USG.

Setelah selesai mereka semua memutuskan untuk makan siang bersama, bagi Adel dan Ashel terasa sangat aneh untuk berkumpul bersama mereka seperti keluarga besar. Karena selama ini hanya ada mereka berdua, namun disaat yang bersamaan ini terasa tepat.

___________________________________________

"Kenapa aku harus ikut?" Keluh Adel. Ini terasa seperti dejavu baginya.

"Karena aku ga mau pergi sendirian Del! Aku sangat takut ketemu orangtua Chika, lagian Ashel juga bakal ada disana.

"Ah Ci, aku benar-benar ga mau pergi." Masih mengeluh namun Adel berjalan ke lemarinya mengambil setelan jasnya.

"No no, kamu ga akan pake baju yang sama. Ashel dan Chika akan jemput kita untuk pergi belanja."

"Yey shopping." Ucap Adel dengan nada mengejek. "Kamu berantakin meja aku Ci. Nyari apa sih?"

"Aku lagi nyari liontin almh mamaku, itu loh yang dia kasih sebelum dia meninggal." Shani mencari dimeja kamar Adel namun tidak ada hasil.

"Kok nyari dikamar ku?"

"Karena di kamar aku ga ada!" Bentakan Shani membuat Adel mundur beberapa langkah. "I'm sorry baby, aku stress banget dan takut kalo liontin itu hilang. Kamu tau seberapa berharganya itu buat aku." Liontin itu terdapat foto kedua orangtuanya ketika masih muda, ibu Shani memberikan itu sehari sebelum dia meninggal.

"It's okay. Aku tau. Kamu udah cek kamar mandi?" Ucap Adel sebelum keluar dari kamar menuju kamar mandi.

"Ga ada.." teriak Shani dari dalam kamar.

"Kamu yakin? Kalo aku nemuin apa aku bakal dapet pizza?" Balas Adel.

"Kamu bakal dapet lebih dari itu."

"Well, telfon PHD sekarang karena ini dia..." Adel memegang liontin itu didepan wajah Shani. "Aku ga ngerti deh orang serapih kamu masih bisa kehilangan barang."

"Oh my God. I love you." Shani mengambil liontinnya dan memeluk Adel. Hanya ketukan di pintu yang membuat Shani melepaskannya.

"Pizza bisa nunggu nanti, kita harus belanja." Dipintu sudah menunggu Chika dan Ashel yang terlihat cantik seperti biasa.

Bad choices, great outcomesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang