Chapter 4

2.9K 344 9
                                    

Adel menjadi sangat tidak fokus setelah percakapannya dengan ayah Ashel. Ia masih tidak tau apa yang akan ia lakukan. Disatu sisi ia ingin ada disana untuk Ashel dan bayinya. Tapi disisi yang lain ia merasa takut dan ingin kabur sejauh mungkin tanpa harus lihat kebelakang.

Seperti apa kata Gracio, Ashel memang menyebalkan. Tentu malam itu ia dan Ashel sangat menikmatinya karena mereka mabuk. Tapi Ashel yang sober akan menjadi super super ngeselin untuknya. Hanya satu alasan yang mungkin ia bisa pertimbangkan yaitu, ayahnya yang sangat baik.

Dia harus membicarakan ini dengan shani. Ia yakin Shani akan memaksanya untuk datang ke rumah sakit Sabtu nanti. Walaupun dia sudah minta shani untuk menghormati keputusannya, pasti tetap saja cepat atau lambat ia akan membahasnya terus.

Adel melangkah masuk dan melihat Shani senyum-senyum sendiri.

"Kamu mabuk ya ci?"

"Dimabuk cinta Del." Adel duduk disebelah Shani.

"Fix, mabuk ini. Ada apa sih?"

"Chika... Dia mampir ke cafe dan kita bicara"

"Terus?"

"Um.. Ashel bercerita semuanya ke Chika tentang semua karangan kita soal pesta itu. Awalnya dia marah ketika ia tau kita berbohong. Tapi pas aku ceritain alasannya dia mengerti. Dia humble banget Del. Dia ngajak aku kencan. Tapi kita schedule kita hanya bisa weekend. Weekday dia diisi dengan kuliah dan bekerja. Kamu denger Del, dia bekerja!!" Jelas Shani bersemangat.

Adel menaikan alisnya sebelah "kita juga kerja kali Ci."

"Aku tau, tapi kan dia ngga perlu sebenernya. Dia kan super kaya. Katanya Chika ga peduli tentang cerita bohong kita. Dia merasakan sesuatu dari aku, dan pengen ngejalanin suatu hubungan sama aku."

Adel melihat sepupunya ini dengan seksama. Ini pertama kalinya ia melihat mata shani berbinar ketika menceritakan seseorang. Dia happy tapi sedikit khawatir juga. "Aku senang kalo kamu happy Ci, tapi hati-hati okay. Aku ga mau kamu disakitin. Dan aku mau ngomong sama si chika-chika itu sebelum dia ngajak kamu ngedate."

"Pasti Del. Jangan khawatir aku akan bilang ke dia." Adel mengangguk dan tersenyum. "Gimana hari kamu?"

"Um.. sedikit aneh."

"Kenapa?" Shani menatap Adel.

"Kamu ga akan pernah bisa tebak siapa yang datengin aku tadi."

"Siapa?"

"Ayahnya Ashel." Shani kaget dan menaikan kedua alisnya. "Beneran, ga bohong. Dia dateng udah kaya mafia tau ga Ci, dia cegat aku pas aku baru keluar dari area restoran."

"Maksudnya mafia gimana? Kamu diapain sama mereka?" Shani mulai mengecek tubuh Adel, mencari apakah ada luka atau tidak.

"Mobil mereka persis berhenti didepan motorku, bikin aku hampir jatoh." Shani melebarkan matanya. "Hampir. Hampir. Jangan khawatir. Ga ada yang terjadi. Ya walaupun aku sedikit menghajar bodyguardnya sih."

"Del, aku kan udah sering bilang buat stop berkelahi."

"Ya kan aku gatau, aku kira aku mau diculik saat itu."

"Terus, apa katanya? Apa dia marah? Dia tau soal kehamilan Ashel?"

"Dia tau Ashel ngasih tau mereka pagi ini. Dia mau aku hadir untuk bayinya."

"Mereka ngancem kamu atau gimana?"

"Ngga" Adel menggeleng "dia cuma bilang kalo bayi itu harus punya kedua orangtuanya lengkap, dan dia ngasih aku alamat rumah sakit dimana Ashel akan check up kandungan."

Bad choices, great outcomesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang