Chapter 21

2.7K 326 18
                                    

Tangannya yang kram merupakan hal yang Adel rasakan saat ia terbangun.

Rambut hitam panjang tersebar diwajah dan dadanya, tangan dan kaki melintang dipinggang dan kakinya.

Rasanya seperti koala hinggap di tubuhmu, tapi dia menyukainya. Adel merindukan ini sejak Ashel memutuskan untuk pergi dari rumahnya. Dia rindu bangun tidur dengan Ashel disampingnya. Ia rindu dengan wangi rambutnya dan hangat tubuhnya.

Ia merindukan Ashel.

Adel sibuk mengamati wajah tidur Ashel ketika dering ponsel mengagetkannya. Nama Amy muncul disana. Dengan segera ia mengambilnya takut Ashel terbangun, namun terlambat mata indah yang mengantuk itu terbuka menatapnya. Adel menempelkan ponsel ke telinga.

Amy menelponnya untuk mengingatkan soal interview dan dia akan menunggu Adel dirumah orangtuanya sejam lagi. Mengakhiri obrolannya dan Amy mengirimkan pesan berisi alamatnya.

Adel sangat nyaman berada dikasur dengan Ashel disebelahnya. Tapi dia sudah setuju untuk melakukan interview semalam dan akan menepati janjinya.

Setelah bertanya pada Ashel untuk meminjam baju, Adel pergi mandi dan meninggalkan Ashel yang sedang cemberut dikasur. Ketia ia selesai, Ashel terlihat kembali tertidur dan Adel tidak berniat membangunkannya. Dia menulis pesan, akan pergi selama beberapa jam dan akan kembali lagi nanti.

Saat berjalan keluar, ia bertemu dengan Anin yang sedang membaca diruang tamu sambil minum teh, setelah berbasa-basi sedikit ia pergi dan berjanji pada Anin ia akan kembali lagi nanti.

Interview bersama Amy terasa aneh, mungkin karena ia merasa aneh soal membicarakan tentang musik yang ia buat dan bagaimana pekerjaan dia di club' milik Jenan. Dan juga terasa aneh karena Amy meminta sesi mini photo shoot bersama Adel karena atasannya mau sebuah artikel dengan photo.

Mengobrol bersama amy terasa menyenangkan walaupun ia baru mengenalnya, Adel merasa nyaman dengan gadis itu. It was nice to have another person to talk selain bersama sepupunya atau Jenan.

Setelah meninggalkan rumah Amy, Adel kembali lagi ketempat Ashel. Ini adalah hari yang bagus sejauh ini, dan dia tidak sabar soal kencannya dengan Ashel nanti.

Salah satu pelayan membukakan pintu untuk Adel dan ketika ia melangkah masuk, adel melihat Ashel menuruni anak tangga. Terlihat sangat cantik.

"You're back." Ashel mengalungkan tangannya keleher Adel dan mencium pipinya. "Kok kamu basah sih?"

"Oh shit. Sebentar aku keluar dulu mau taruh jaket. Gerimis diluar." Adel mulai berjalan kepintu tapi ditahan oleh Ashel.

"Gerimis?" Tanya Ashel dengan alis terangkat sambil melihat keluar. "are you kidding me?"

"Kenapa sih?" Adel tertawa. "Bukannya kamu suka hujan?"

"I do." Dia berbalik melihat Adel. "Suka banget malah, tapi ngga untuk sekarang."

"Kenapa?" Adel berfikir apa hormon kehamilan ini membuat Ashel gampang labil?

"It's our date night Adel. Harusnya aku bawa kamu dinner diluar dan membuat kamu terkesan terus membuat kamu jatuh cinta sama aku dan semuanya. Tapi sekarang aku gabisa. Thanks to freaking rain." Suara Ashel makin meninggi.

"Cel tenang ya." Adel membelai wajah Ashel dan menariknya mendekat. "Tarik nafas-buang, kita bisa pergi lain hari kan."

"No, kit-" Ashel berhenti berbicara dan terhanyut dalam tatapan Adel dengan mulutnya yang membulat.

"Cel, kamu error' gini sih?" Tanya Adel sambil menoel perutnya.

"I got it!" Teriaknya sambil menepuk tangan Adel. "Be right back!" Ashel berlari keatas secepat yang wanita hamil bisa. Meninggalkan Adel yang bingung.

Bad choices, great outcomesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang