Chapter 11

2.6K 339 12
                                    

"Hi, Papa." Ashel memeluk dan mencium pipi ayahnya sebelum duduk.

"Halo sayang, kamu apa kabar? Kamu minta ketemu Papa, bukan untuk minta pulang ke rumah kan?" Gracio menatap Ashel curiga.

"Ngga pa, tinggal sama Adel dan Shani ga terlalu buruk kok. Aku minta ketemuan ini mau ngomongin tentang Adel."

"Kenapa dia? Adel baik-baik aja kan?"

"She's okay Pa, tapi-" ucapan Ashel terpotong ketika seorang pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka. "Kemarin Adel dipecat Pa, dan itu salah aku. Gara-gara motor dia rusak dan dia dateng telat makanya bosnya itu mecat dia."

"Okay" ayahnya mengagguk. "Motornya sudah Papa bawa ke bengkel dari kemarin. Mungkin dalam beberapa hari udah bisa diambil."

"Terimakasih buat itu, tapi aku mikir mungkin kita bisa kasih Adel atau Shani mobil aku Pa. Aku ga pernah pakai karena aku lebih seneng disupirin."

Gracio tersenyum pada Ashel, ini adalah perbuatan baiknya yang pertama dalam setahun ini. "Apa yang harus papa lakukan?"

"Papa yang harus kasih ke mereka. Soalnya pasti mereka ga akan mau kalo aku yang kasih."

"Okay, Papa akan ketemu Adel buat bicarakan ini."

"Paksa aja ya pa kalo dia ga mau.".

Pelayan datang kembali dengan pesanan mereka. Ashel dan ayahnya mulai memakan makanannya.

"Iya Papa coba ya tapi kamu tau kan gimana keras kepalanya mereka. Oh dan juga Papa bicara sama beberapa teman Papa untuk melihat apa ada lowongan untuk Adel."

"Jangan khawatir soal itu pa, aku mau bicara sama Jenan. Adel itu suka bikin-bikin musik gitu dan hasilnya juga bagus jadi aku akan tanya kali aja dia ada spot di clubnya buat Adel."

"Kamu udah merencanakan ini semua ya?"

Ashel mengagguk "aku ga bisa tidur semalem, dan berfikir apa yang bisa aku bantu buat Ad- um mereka" Ashel hampir saja menyebut nama Adel.

Ayahnya menangkap apa yang hampir Ashel katakan tadi. Senang rasanya melihat perubahan dan melihat dia semakin hangat pada Adel.

___________________________________________

Ashel sampai di rumah Adel beberapa jam kemudian. Dia tidak melihat keberadaan Adel. Aneh, harusnya dia udah disini.

Dia meninggalkan tasnya disofa dan bersiap untuk mandi. Setelah selesai, Adel masih belum pulang juga. Ashel menghela nafasnya dan duduk disofa untuk mulai mengerjakan tugas kuliahnya.

Dua jam kemudian dan Adel masih belum terlihat juga, Ashel mulai mencemaskannya. Adel tidak bilang dia ada shift tambahan atau apapun itu padanya.

Dia tidak memiliki nomor telepon adel, jadi Ashel mengirim pesan pada Shani.

'Shan, kamu tau resto yang enak daerah sini? Aku mau pesan.' Ashel tidak ingin terlihat dia sedang mencari Adel.

Untungnya, Shani lah yang pertama kali membahas tentang Adel. Shani bilang, Adel menyimpan daftar menu dari resto enak dan dekat dari rumah yang kadang mereka pesan.

Kesempatan bagi Ashel, dia bilang ke Shani kalau Adel belum ada di rumah dan dia terlalu lapar untuk menunggu Adel pulang. Shani membalas pesan Ashel dengan nomor telepon restonya. Tapi dia tidak membahas Adel lagi. Ashel pikir dia akan memberikan nomor telepon Adel. Huh.

Ashel ingin membalas pesan Shani lagi ketika pintu rumah terbuka dan Adel muncul dengan telepon ditelinganya.

"Ci iya, aku udah di rumah. Nanti aku cerita ya. Bye." Dia memasukan kembali handphonenya kedalam saku. Ketika Adel ingin langsung ke kamar mandi dia hampir menabrak Ashel.

Bad choices, great outcomesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang