"No.""What? Apa maksudnya no?"
"Aku ga mau diajak kamu ngedate."
Wajah Adel lesu. "Tapi kamu, tapi kamu bilang kamu suka sama aku."
"I did. Karena itu, aku yang akan ngajak kamu ngedate."
"Tapi aku ngajak kamu duluan." Tawar Adel.
"Ga perduli. Aku akan ngajak kamu besok malam, aku akan jemput jam delapan jadi bersiap-siap ya."
Adel menarik pinggang Ashel mendekat. "Aku ga mungkin biarin kamu nyetir Cel, biarin aku yang jemput kamu."
Ashel membenamkan wajahnya dileher Adel dan menghirup parfumnya. "Aku ada supir untuk itu jangan khawatir. Dan jangan berdebat, kamu tau pasti aku yang menang. Jadi besok kamu tinggal dandan yang cantik dan keren. sekarang ayo kita masuk, udah mulai dingin disini."
Mereka berjalan dengan bergandengan tangan. Dan melihat Chika berteriak pada sepasang orangtua.
"Aku ga akan biarin kamu nuduh pacar aku pencuri!"
"Chik, calm down honey, biarin papa yang handle ini."
"Mana bisa aku tenang pap, beraninya mereka bilang Shani mencuri liontin itu."
Ayah Chika berbalik untuk berbicara pada pasangan itu, "anak saya benar, Ver, kami ga akan biarin kamu nyebut gadis ini pencuri."
"Saya ga bilang dia pencuri. Aku cuma bilang, itu liontin anak saya." Ucap wanita itu dengan dagu yang terangkat tinggi.
"Ya sama aja! Kamu-"
Shani memegang lengan Chika membuatnya menghentikan ucapannya. "Bagaimana kalian tau kalau ini liontin anak kalian?" Dengan tenang Shani bertanya.
"Itu hadiah dari saya dan suami ketika anak saya berulang tahun ke-16"
"Kalian pasti salah, karena liontin ini dari mama saya, aku punya sudah beberapa tahun ini." Ucap Shani sedikit tercekat. Apakah ini seperti apa yang ada dipikirannya?
"Nama Putri saya terukir didalamnya Shania junianatha Winoto." Suara bariton terdengar pertama kali saat pria itu menjelaskan. "Saya sangat hafal dengan liontin itu."
Rahang Chika terbuka.
Wajah Shani memucat dan shock. Ini tidak mungkin terjadi, mereka bukan orangtua dari ibunya. Adel yang juga shock langsung menghampiri dan menarik Shani "ini ga mungkin terjadi," dia mendengar Shani terus berbisik kalimat itu berulang-ulang.
Orangtua Chika dan pasangan Winoto terus berargumen sementara shani dibawa Adel menepi ke tempat yang lebih sepi. Ashel dan Chika berada dibelakang mereka.
"It's okay Ci, it's okay." Bisik Adel ditelinga Shani.
"Mereka..." Ia menelan ludahnya kasar. Secara teknis mereka adalah keluarga, tapi mereka menelantarkan anaknya sendiri. Tapi mau bagaimanpun tetap saja mereka adalah orangtua dari ibunya Shani.
"What's happening?" Tanya Ashel, dia benar-benar bingung dengan apa yang terjadi. Chika menjelaskan situasinya sedangkan Adel terus menenangkan Shani yang sekarang gemetar.
"Kita pulang ya Ci, it's going to be okay."
"No, aku pengen tau kenapa,"
"Kenapa apanya Ci? Sebaiknya kita pulang ya?"
"Semuanya Del. Mama membutuhkan mereka dan mereka ga ada disana untuknya." Shani menarik nafasnya dan mencoba tenang. Ini adalah kesempatan untuk mencari tau semua pertanyaannya. Shani kembali menghampiri pasangan itu yang masih berargumen tentang liontin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad choices, great outcomes
RomanceDua orang yang berasal dari dunia yang berbeda, bersatu.