Chapter 15

2.5K 328 15
                                    


"Welcome to mi Casa." Ucap Jenan sambil merentangkan tangannya.

"Keren banget Je. Ini mah istana bukan rumah." Adel terpesona dengan keindahan rumah Jenan. Rumahnya dekat dengan pantai dan disekelilingnya banyak kaca. Dia harus extra berhati-hati selama disini

"Hahaha c'mon, aku tunjukin kamar kamu."

Sean menemani jenny berkeliling rumah dan menunjukan kamar yang akan Adel tempati selama beberapa hari nanti.

"Kita keluar yuk cari makan." Dikulkas ada sih bahan makanan tapi kita berdua ga ada yang bisa masak. Dan chef aku baru bisa dateng besok."

"Kamu punya chef pribadi?!"

"Aku ga tau sama sekali soal masak Del, jadi yes i do have personal chef. Kalo ngga aku bakal mati kelaparan disini. Plus, aku ga terlalu suka juga kalo keseringan makan di restoran." Jenan mengambil kunci mobil diatas meja dan mengajak Adel keluar.

Mereka mengemudi selama beberapa menit dan tiba di restoran terbaik dikota ini menurut Jenan.

Jenan menawarkan beberapa menu untuk Adel pilih dan mata Adel membulat begitu melihat harganya. "Ini mahal banget Je, gila."

"Apa yang aku bilang waktu aku ngajak kamu kesini? Kamu ga perlu khawatir soal uang Del."

"Tetap aja, ini kemahalan."

"Berisik deh, just enjoy it." Dia melempar satu kentang goreng kearah Adel.

"Asshole." Mereka mulai tertawa. Terasa aneh untuk hangout dan bersenang-senang seperti ini bersama orang lain selain Shani. Adel tidak mempunyai banyak teman dan ini perubahan yang baik menurutnya.

"Del, kamu bawa laptop ga?"

"Ngga. Kenapa? Kamu mau aku kerja?"

"Bukan. Aku ngajak kesini buat kamu enjoy dan relax bukan buat kerja. Cuma, aku ada teman dan dia punya label musik besar gitu. Aku ngobrolin tentang kamu dan dia penasaran pengen denger beberapa karya musik kamu."

"Ajak dia ke club aja."

Jenan menggeleng "Dia super sibuk."

"Oh. musnah kesempatanku kalo gitu."

"Kamu ga nyimpen file kamu di flashdisk gitu?"

"Flashdisk? Jadul banget sih. Aku nyimpen semua file ku online."

"Iya deh yang muda" mereka tertawa "kita harus cari cara biar dia bisa dengerin playlist kamu."

Setelah menyelesaikan makannya, mereka tak langsung pulang ke rumah, melainkan ke salah satu mall. Jenan menarik Adel memasuki Apple store. "Mas. Ambilin MacBook seri paling baru ditoko ini."

"What? Je? No ini berlebihan banget."

"Kamu bisa bayar ke aku nanti kalo kamu udah terkenal, don't worry. Lagian yang kamu punya dirumah juga udah bobrok kan? No offence."

"Aku ga bisa terima ini Jenan."

"Adel, dengerin ya." Dia memegang kedua bahu Adel. "Kamu, udah melakukan segalanya yang terbaik buat sepupu kamu, adik aku, bahkan ke aku saat di club'. Kamu sudah melakukan banyak hal untuk orang lain, jadi ini saatnya biarin orang lain melakukan hal baik ke kamu. Aku cuma mau bantu kamu Del."

Adel melihat ketulusan dari mata Jenan, Adel tau dia benar tapi sangat sulit rasanya menerima bantuan dari orang lain. "Aku akan tetap bayar kamu."

"Iya, aku tau itu." Dia tersenyum dan merangkul Adel dan mendengarkan sales toko itu menjelaskan semua detail dari MacBook yang akan mereka beli.

.

"Del, ayo cepetan."

"Iya iya sebentar."

Jenan sudah menunggu Adel sekitar 40 menit dan dia masih didalam kamar entah apa yang dia lakukan.

Bad choices, great outcomesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang