Chapter 6

2.7K 324 9
                                    

Setelah menghabiskan waktu berdua bersama Shani, Chika langsung mengantarkannya pulang. Ia tidak mau membuat Adel bertanduk karena dia tau bagaimana protektifnya adel terhadap Shani.

Chika, melajukan mobilnya ke rumah Ashel karena ingin membahas kabar yang ia kirim tadi. Begitu sampai, dia tak perlu lagi mengetuk atau memencet bel dia langsung masuk. Baginya, rumah Ashel adalah rumah kedua untuknya.

Saat masuk ke rumah, Chika memanggil Ashel namun tak ada jawaban jadi dia langsung saja naik kelantai 2 dimana kamar Ashel berada

Didalamnya terlihat Ashel yang sedang duduk bersandar dikasurnya dengan satu kotak es krim ditangannya, satu kantong doritos yang sudah dibuka dan bungkus kosong dari burger king disebelah kirinya.

"Cel, laper banget kayanya? Mau diorderin pizza?" Sarkas Chika.

"Iya! Mau mau. Tadinya aku mau nyuruh driver buat beli McDonald's. Tapi kayanya pizza lebih enak."

Chika berusaha menahan tawanya. "Oke aku pesen ya." Dia mengeluarkan handphonenya sembari duduk disebelah Ashel.

"Aku nungguin kamu dateng berjam-jam lalu tau." Kata Ashel dengan mulut penuh es krim.

"Maaf soal itu, tadi aku lagi ngedate sama shani."

"Eww.. kalian pacaran sekarang?"

"Shel, please. I like her okay."

"Alright, whatever."

"Kamu ga mau nawarin aku es krim gitu? Makan sendirian aja."

"Nih." Dia memberikan kotak es krim dan sendoknya. "apaan ini mah udah abis Cel. Hih."

"Itu loh masih ada sisanya Chik. Oiya kapan sih pizza-nya sampai? Aku lapeeer." Ucap Ashel sambil mengunyah doritosnya.

"Dengerin, aku tau kamu hamil dengan dua bayi, which by the way, is so fucking amazing!. Tapi itu bukan alesan kamu bisa jadi rakus gini ashelia."

"Biarin. Akhirnya aku bisa makan apapun tanpa harus mikirin berat badan."

"Kamu sadar, kamu bakal tetap gendut kan?"

"Diem deh Chik. Suka-suka akuu." Chika hanya tertawa mendengarnya. "Shel, apa kamu excited tentang si kembar ini?"

"Pasti, awalnya aku malah ga kepikiran buat punya anak. Tapi setelah terjadi, rasanya ga terlalu buruk."

"Bisa ga kamu tekan tombol percepat dan bikin mereka lahir. Jadi ga sabar dipanggil aunty. Hahaha" Chika mengelus perut rata Ashel.

"Stop it chika, aneh rasanya." Ashel menyingkirkan tangan Chika. "Aku berharap juga, secepatnya mereka lahir biar aku bisa gendong mereka. Aku berharap semoga mereka ga mirip sama Adel."

"Kenapa ngga? Adel cantik, ganteng juga, keren, sexy lagi. Dan matanya bagus."

"Oh... Cantik ya? Ambil sana gih adelnya ."

"Cel, kamu jealous?" Chika menggodanya.

"No. Mana mungkin aku jealous."

"Terus kenapa bilang gitu? Hah?"

"Entahlah, lupain please. Aku gatau "

"Jawab jujur, kamu ngerasain sesuatu ga pas sama Adel?"

"Aku ngerasa jijik."

"Ayolah Cel, serius."

"Aku ga ngerasain apa-apa sama dia. Dan ga akan mau sama dia. Adel miskin, dia ga punya apapun yang bisa ditawarkan buat aku ataupun bayi aku nanti."

"Kasihlah dia kesempatan Cel, Adel baik, dia protektif dan dia hot."

"Shhh... Stop, yeah she's hot. Aku ga akan mau tidur sama dia kalo dia ngga gitu. Udah aku ga mau ngomongin dia lagi."

Bad choices, great outcomesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang