Adel diperbolehkan pulang dari rumah sakit sekitar pukul 5 sore setelah melakukan beberapa test lagi untuk memastikan kondisinya. Ia juga mendapat resep obat untuk sakit kepala yang dia alami.
Gracio, Anin dan juga Ashel yang menjemputnya pulang ke rumah, karena Shani serta Chika sedang berbelanja kebutuhan rumah menggunakan uang yang Gracio beri sempat terjadi sedikit perdebatan karena shani tidak ingin menerima uangnya.
Mood Ashel lebih berantakan dari biasanya, sejak dia bangun pagi wajahnya sudah ditekuk dan bahkan ia tidak ingin keluar kamar jadi Gracio lah yang harus menggendongnya ke mobil. Semua koper pun sudah siap dibagasi.
Ayahnya mewanti-wanti Ashel kalau dia harus tetap tinggal disana, kalau tidak ia tak segan untuk memblokir semua kartu kredit dan menarik semua fasilitas yang Ashel punya.
Gracio juga sudah berbicara pada Chika tentang kemungkinan Ashel yang akan kabur ke apartemennya, ia bilang jika itu terjadi dia harus mengirim Ashel balik ke rumah Adel. Chika sangat menghargai Gracio dan Anin jadi ia akan melakukan apa yang mereka minta.
Mereka telah sampai didepan rumah Adel dan driver Gracio sudah menurunkan barang-barang Ashel dari bagasi dan meletakkannya didepan pintu masuk.
Gracio bilang pada Adel bahwa dia tidak bisa mampir, mereka hanya mengantar lalu pulang, Adel tidak keberatan dengan itu. Ia masih sangat pusing dan luka jahitnya masih sedikit nyeri. Dia hanya ingin cepat merebahkan tubuhnya lalu tidur.
Sedangkan Ashel, begitu turun dari mobil. Ia hanya berdiri dan memandangi mobil orangtuanya pergi.
"Kamu ga mau bantu bawain koper aku gitu?" Tanya Ashel. Adel yang sudah masuk kepintu berbalik badan dan memandangi Ashel beserta kopernya.
Dia punya satu koper khusus makeup dan aksesoris, satu khusus tasnya, koper berbeda untuk sepatu dan yang paling besar untuk baju-bajunya. Setelah melihat jejeran koper itu Adel menatap Ashel lagi
"Ngga." Jawab Adel dan mulai berjalan masuk.
"Kamu bakal biarin ibu dari anak kamu bawa beban berat kaya gini sendiri?"
Adel berkedip "kan kamu yang bakal bawa, bukan mereka. Jadi ga masalah."
"Del c'mon, stop jadi orang rese ya."
"Kamu harusnya mikir sebelum kamu packing semua barang ga berguna ini."
"Aku butuh semua ini ya."
"Hhuh kenapa kamu butuh... Fuck bahkan aku gatau ada berapa banyak tas dalam koper itu."
"Aku ga mungkin pake tas yang sama setiap harinya." Ucap Ashel sambil berkacak pinggang.
"Apa yang bakal aku dapet kalo aku bantuin kamu?"
"Sebut berapa yang kamu mau."
Adel tertawa dengan sarkasnya "kamu harus berfikir sebelum kamu ngomong Ashel, ngga semuanya tentang uang."
"Terus apa yang kamu mau?"
Adel mendekat kearah wajah Ashel dan tersenyum tipis "aku mau blow job" dia menaik-turunkan alisnya.
Begitu sadar apa yang Adel inginkan, Ashel pucat "EW! aku ga akan pernah pegang itu lagi! Deket-deket pun aku ga mau!"
"Yaudah, bawa sendiri aja berarti. Pelan-pelan ya takut kamu sakit pinggang hahaha" tawa Adel sambil berlalu.
"Tunggu Del! Aku kasih penawaran lain. Kamu bantuin aku, dan aku bakal cium kamu, French Kiss!"
Senyum Adel melebar, "French Kiss? Pake lidah dan semuanya? Pegang-pegang boleh?" Ashel ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad choices, great outcomes
RomanceDua orang yang berasal dari dunia yang berbeda, bersatu.