SaNaxZoNaxSanPu : Arigatou!

709 35 4
                                    

"sanji-kun" panggil Nami, sanji menoleh padanya dan menjawab dengan lembut "iya Nami-san? Apa yang kau inginkan?" Tanya sanji sembari terus mengaduk adonan kue nya.

Nami menyimpan dagunya di atas tangannya dan menatap sanji dengan galau, "Aku rasa, aku telah jatuh cinta pada seseorang sanji-kun...." Dia bergumam sendu

Sanji tersenyum lembut "Kau telah mengatakannya selama Beberapa hari ini Nami-san," sanji membalasnya saat melihat Nami penuh pikiran tentangnya.

"Apa kau tidak marah?" Tanya Nami, sanji terdiam sejenak dan mengulas senyum manis "Aku tidak berhak" katanya. Nami menjatuhkan kepalanya ke atas meja membuat sanji meringgis ketika itu terdengar cukup keras

"Apa kau tidak sedih atau kecewa?" Tanya Nami lagi, sanji meletakkan jas yang ia lipat dibawah kepala Nami, agar kepalanya tidak terlalu sakit.

"Aku sangat sedih, marah, kecewa dan putus asa ketika kau bilang kau mencintainya. Kau terus membicarakannya padaku dan meminta saran dan aku dengan bodoh memberikannya hanya untuk kebahagiaan wanita yang kucintai." Jawabnya, Nami memakan kue yang baru sanji pindahkan kedalam wadah

"Kau mencintai semua wanita yang kau lihat sanji-kun" dengkur Nami, sanji terkekeh "Itu hal yang berbeda Nami-san. Di mata kalian memang, aku ini adalah penggila wanita namun nyatanya aku hanya ingin mereka selalu berada jauh dari keadaan bahaya, memastikan mereka aman-aman saja, dan itu terjadi ketika aku bertemu dengan wanita. Itu sangat membebani hatiku walaupun aku melakukannya dengan sepenuh hati dan penuh ketulusan, tapi ada satu tempat yang tak bisa mereka lampaui, tempat itu ada jauh dari dalam hatiku dan itu hanya bisa dan layak di tempati olehmu Nami-san. Namun pada suatu malam kau datang padaku dan mengatakan kau telah jatuh cinta dengan pria yang sering membuatku kesal. Itu membuat hatiku hancur berkeping-keping, aku berusaha membangunnya kembali dengan berusaha berjuang untukmu, tapi dinding yang kau bangun tak bisa aku robohkan dengan cara apapun. Aku putus asa. Aku marah. Aku kecewa. Bukan kecewa padamu tapi pada perasaanmu yang telah menghancurkan aku. Melihat matamu yang selalu menatapnya dengan penuh cinta, itu sangat menyesakkan, dadaku sesak setiap kali aku melihat dan memikirkannya. Aku telah membuat diriku sadar jika kau memang tidak mencintaiku, dan aku sedang berusaha untuk siap melihatmu bahagia dengannya." Tuturnya panjang lebar namun penuh perasaan yang campur aduk

Nami terdiam dan memeluk tangannya, Nami bahkan menangis mendengar keluh kesah sanji yang ia rasakan untuknya "Aku sangat takut sanji-kun, takut jika kau melebihi batas zona nyamanku, zona yang selalu aku awasi, takut kau akan menghancurkannya dengan kalimat-kalimat manismu yang membuat aku tidak nyaman. Aku hanya ingin kita berada di batasnya masing-masing, batas yang telah kapten kita gambar, kita adalah seorang teman dengan kasih sayang sebagai keluarga, itulah yang selalu aku pegang. Hatiku goyah saat telah mengetahui bahwa kau mencintaiku, aku tahu dari semua tindakanmu padaku sanji-kun. Aku takut aku tidak bisa menjadi wanita yang kau harapkan, dan saat itu duniaku benar-benar terbalik ketika dia tiba-tiba datang dengan perhatiannya padaku dengan caranya sendiri. Dia membuatku gila, membuat dadaku menjadi sangat sesak jika aku tidak melihatnya sedetikpun, aku takut dia terluka ataupun semacamnya. Aku benci rasa ini! Aku benci dengan tembok yang dia bangun untuk melindungi zona nyamannya sendiri. Di satu sisi, ada kau yang selalu berjuang untukku dan di sisi lain aku sedang berjuang untuknya, ini tidak benar sanji-kun. Kalian membuatku bingung" suara Nami menjadi serak karena menahan tangis, sanji tak menimpalinya, dia menahan air matanya.

"Aku ingin bebas, begitu juga dengan kau, aku ingin membebaskan kita sanji-kun,"

Sanji mengangguk pelan, "Aku sedang mencoba dan sedang kembali membangun kisahku dengan wanita yang sempat aku terpaksa nikahi, dia pudding. Dia adalah sebuah buku yang rumit dipahami, dia sangat sulit ditebak hingga membuatku tidak tahu mana ucapannya yang benar dan mana ucapannya yang bohong. Dia tantangan baru bagiku. Dia sendiri adalah tawanan dan boneka yang digerakkan oleh keluarganya dengan seenaknya, begitupun denganku. Hubungan ini sangat rumit Nami-san, terkadang aku ingin melarikan diri dari ini semua."

Our Dream - zoroxnamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang