Rasanya kebas, tak bisa bergerak karena ia dibuat menjadi membeku karena suhu udara sekarang sangat dingin juga kakinya bergetar karena merasakan hembusan angin yang cukup kuat menghembus di sepanjang jenjang kakinya yang putih dan tidak tertutup apapun selain kemeja putih kebesaran yang asal terpasang di tubuhnya.
Bibirnya bergemelatuk seiring angin yang terus berhembus kencang. Ia menunduk dengan kaku melihat kebawah--tumpukan salju di permukaan tanah yang sudah menumpuk. Ia termenung sebentar sebelum akhirnya menggeram kecil, sudah ada 5 menit dia berdiri disana--di ujung lantai balkon di ketinggian 50 meter.
"Zoro..." Geramnya. Ia sama sekali tidak bisa maju atau mundur di kondisi seperti ini. Perlahan tubuhnya berbalik menatap pria itu, pria berambut hijau yang lengkap dengan pakaian tuksedo nya yang mewah namun sudah berantakan karena kancing-kancing kemejanya terlepas. Apalagi botol sake mahal telah pria itu minum setengahnya tergenggam erat di tangannya.
Pria bernama Zoro itu terkekeh kecil melihatnya tak bisa bergerak sama sekali karena ancamannya yang jika ia melangkah pergi dari ujung lantai itu ia akan mati dengan sia-sia.
Padahal mereka baru saja melewati kegiatan yang panas namun kini suasananya menjadi mencekam. Setelah Zoro selesai dengan permainannya, dia menyeretnya untuk berdiri di sana setelah dia menghancurkan pembatasnya dengan dua kali melepaskan pelatuk pistol. Sekaligus, di cuaca yang dingin ini membuat tubuh rapuh Nami mudah membeku.
Botol sake itu mulai tersimpan di atas meja hingga membuat suara dentingan diantara perpaduan kaca dan kaca.
Nami menatap Zoro dengan tatapan penuh kebencian, ingin sekali mulutnya dia gerakan untuk menyebutkan berbagai kata kasar dan penghinaan keji untuk Zoro. Namun Zoro hanya memperhatikannya dengan seringai iblisnya itu. Dengan bibir pucatnya, Nami hanya bisa menggigil saja.
"Kau membeku, semakin membeku, dan akan ku buat kau membeku selamanya." Ujar Zoro seraya berjalan melangkah maju mendekati dimana Nami berdiri. Tangannya gatal ingin mendorong Nami hingga jatuh dan membuatnya melihat seni cantik di atas kanvas---Tubuh hancur penuh darah di atas tumpukan salju yang putih---Itulah yang ia ingin lihat dari seorang wanita tercantik di kantor miliknya yang berprofesi sebagai sekretaris nya sendiri.
"Kau bajingan sakit!" Geram Nami marah. Nafasnya memburu walau tubuhnya bergetar hebat.
Zoro mendatarkan pandangannya "Aku cemburu... Nami" renung Zoro dan mendesis di akhir kata saat memanggil namanya.
Nami berdecih, ia hanya sekretaris yang di gilai oleh seorang bos yang juga sama gilanya dengan tindakannya. Ia bahkan melakukan pembicaraan dengan seorang company perusahaannya, Zoro sudah sangat cemburu bahkan melirik pria lain saja tak Zoro perbolehkan. Nami tak tahan, mereka berdua bahkan tidak terlibat hubungan apapun selain pekerjaan. Namun Zoro menatapnya sebagai karya seninya yang harus ia lukis. Dengan cara membunuhnya dengan sedemikian rupa hingga ia puas. Sejak pertama kali Nami bekerja, ia sudah merasakan keanehan dari Zoro, seperti; menjebak dirinya saat tidur dengan sebuah pisau yang Zoro tempelkan di pipinya. Kejadian itu sudah beberapa kali terulang membuat Nami muak dan juga ketakutan. Tapi ia tidak bisa melakukan apapun. Ingin kabur pun rasanya akan sia-sia. Kemanapun ia pergi Zoro pasti akan selalu menemukannya.
Zoro melayangkan tangannya untuk mengelus pipi halus Nami. "Aku ingin sekali membunuhmu" gumam Zoro dengan seringaiannya. Nami merinding diam-diam, perlahan ia mundur hingga setengah kakinya melewati batas ujungnya.
Nami menunduk dengan gemetaran membuat Zoro tertawa puas karena mengira Nami ketakutan.
"Zoro" lirih Nami menghentikan tawa Zoro yang melengking ngeri. "Ya, sayang?"
Perlahan Nami mendengus dan tertawa kecil membuat Zoro kebingungan. Nami mengangkat wajahnya dan memperlihatkan seringaiannya.
"Zoro... Kau tidak bisa membunuhku. Sampai kapanpun!" Ucap Nami dengan senyuman manisnya lalu dia mundur hingga tubuhnya jatuh kebawah. Melayang turun.
Nami tersenyum puas saat melihat Zoro menatapnya kaget.
Namun Zoro langsung mendatarkan tatapannya dan mendengus tajam. Dia maju untuk melihat Nami masih melayang jatuh.
"Kau bilang aku tidak bisa membunuhmu, Nami?" Tanya Zoro seraya melepaskan jasnya. Ia menyeringai "kalau begitu terima ini." Zoro melempar asal jas nya dan ikut melompat menyusul Nami jatuh. Sedangkan Nami masih menyeringai.
Zoro membalas seringaiannya dan saat sudah di atas Nami dia dengan cepat mencekik leher kecil Nami dengan erat hingga Nami melotot kaget. Zoro terkekeh puas sambil terus mengeratkan cekikikannya pada Nami hingga Nami tak bisa merasakan pasokan udara lagi.
Nami memejamkan matanya dan menekan dadanya sendiri membuatnya semakin sesak menerima serangan dari Zoro dan dari dirinya sendiri. Tangannya perlahan memeluk leher Zoro dan menariknya hingga Nami bisa mencium bibir Zoro dengan lumatannya dan membuat Zoro kaget dan ciuman yang ia terima tiba-tiba.
Melihat Zoro membeku kaget, Nami segera memperdalam lumatannya hingga cekikan Zoro di lehernya menegang sampai terlepas. Zoro terbawa suasana hingga tadinya tangannya mencengkram lehernya sekarang menekan tengkuk Nami. Dan itu semakin mempermudah rencana Nami.
Dengan cepat Nami menarik Zoro ke tubuhnya lalu mengganti posisi menjadi di atas Zoro. Sulit melakukannya di udara Namun ke agresifan Zoro yang membantunya agar ia berada di atasnya. Nami perlahan mengusap dada Zoro dengan sensual dan itu semakin membuat Zoro hanyut dalam rencananya hingga tak sadar tangan lentik Nami sudah melingkar di leher Zoro. Nami menarik ciumannya dan Segera mencengkram kuat leher Zoro sebisa mungkin untuk mencekiknya sambil mendoronya terus kebawah. Zoro yang kaget hanya bisa terbatuk dan berusaha melepaskan cengkraman Nami dari lehernya hingga mereka berdua akhirnya terjatuh dari ketinggian 50 meter itu dengan tubuh Zoro yang lebih dulu terjatuh lalu Nami di atasnya.
"Sampai kapanpun aku lah yang akan lebih dulu membunuhmu,... Zoro." Bisik Nami di telinganya sambil menjilat darah yang menetes dari dahinya. Sedangkan Zoro sudah berlumuran darah di bawahnya, untungnya tidak terlalu parah karena mereka jatuh di atas tumpukan salju tebal sehingga 3 kaki walaupun rasa sakitnya memang tak terkira untuk Zoro terima.
Zoro terkekeh lemah melihat senyuman puas Nami. Tangannya ia gerakan dengan susah payah untuk memeluk Nami dan berusaha bernafas sambil mengecup kepalanya. Nami mengatur nafasnya didada Zoro.
"Kau melakukannya, Nami" erang Zoro membuat Nami semakin tersenyum puas. "Sampai jumpa di ruang ICU tuan Roronoa Zoro." Ujar Nami sambil mengecup dahi Zoro yang sudah basah dengan darah.
Zoro berdeham "begitupun denganmu, aku mencintaimu Nami" sambil memejamkan matanya dan pingsan. "Aku juga brengsek" Begitupun dengan Nami. Mereka pingsan dan hanya menunggu bantuan orang lain saja.
Ini konsep mengungkapkan cinta yang bagus bukan?
****
Sorry berantakan wkwk, oh iya, yang cekek-cekekan itu terinspirasi dari billar heheh
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Dream - zoroxnami
FanfictionKumpulan one shoot Zoro x Nami! One piece hanya milik oda! Warning ; beberapa oneshoot mengandung lemon (18+) - T A M A T -