Nami x Zoro ; what if mereka beda agama

511 31 3
                                    

"Sayangg! Ada yang ngetok pintu tuh di depan, tolong bukain ya!" Titah sang ibu dari jarak yang jauh dari tempatnya. Dia memutar matanya sambil menggerutu dalam hati karena posisinya sudah terlalu nyaman untuk di gerakan kembali. Namun dengan terpaksa dia bangun untuk memenuhi perintah sang ibu.

"Iya!" Sahutnya setengah berteriak seraya berlari kecil membuka pintu rumahnya.

Tepat saat membuka pintunya, ia melihat seorang pria bertubuh sekitar 181 cm, luka di mata kirinya dan rambut hijaunya menjadi yang paling mencolok di matanya ditambah mukanya yang datar.

Ia mematung karena terkejut melihatnya, bibirnya bergetar melihat pria itu ada dihadapannya "z-zoro??" Beo nya, kakinya melangkah mundur. Tidak percaya akan kehadirannya yang tiba-tiba.

Pria bernama hijau itu tersenyum tipis seraya melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, baru beberapa langkah perhatiannya langsung terhenti karena suara di belakang mereka.

"Lho Zoro? Kapan nyampe di sini?" Tanya wanita bersurai lavender. Dia kakaknya, Nojiko.

Zoro mengangguk "halo kak, baru nyampe bandara langsung kesini. Aku gabisa nunggu besok buat ketemu adekmu, Nami." kekehnya menjawab seraya melihat wanita bersurai oren yang masih mematung menghadap keluar pintu, sementara Zoro sudah masuk kedalam.

Nojiko membalas kekehannya dengan tertawa, "hahah dasar budak cinta! Kalian ngobrol aja dulu ya, aku kedalam dulu ngasih tau ibu sama siapin makanan ringan." Ucap nojiko mempersilahkan tamu dadakannya.

Zoro mengangguk, pria itu duduk di sofa tanpa di suruh.

"Kamu ngapain datang kesini?" Tanya Nami datar, dia bergerak untuk membuka pintunya lebar agar tidak pengap. Zoro melirik Nami sambil tersenyum.

"Sengaja, kangen." Jawabnya lirih.

Nami diam mengabaikannya dan duduk di sisinya. Mereka berdua terdiam bagai patung, tak ada pembicaraan di antara keduanya sampai akhirnya Zoro meliriknya dan perlahan meraih tangannya.

Zoro genggam tangan lembut Nami dengan tangannya yang lebih besar dan sedikit kasar darinya, ia selipkan jari jemarinya di jari Nami yang lentik.

Bisa Nami rasakan genggaman hangat itu menyebar, menggetarkan tubuhnya terutama hatinya.

"Aku minta maaf." Buka Zoro seraya mengecup punggung tangan Nami.
"Kamu ga perlu minta maaf, aku ngerti kok sama tugas kamu sebagai polisi khusus. Gimanapun juga menjaga negara itu tugas kamu."

"Kamu ga kangen aku?" Tanya Zoro, Nami mendongak menatap wajahnya yang terlihat lelah, ia sedikit mengangguk. Tak banyak yang bisa ia ungkapkan untuk rasa rindu yang sudah lama bergejolaknya itu.

"Aku kangen kamu" cukup tiga kata itu yang mewakili semua perasaan yang hampir membuncah di iringi air mata yang keluar secara tiba-tiba dari netra coklat terangnya. Namun Nami segera mengusapnya.

"Kalau kangen kenapa kamu cuekin aku?" Tanya Zoro lagi dengan lembut. Nami menggeleng, ia harus apa setelah sekian lama tidak bertemu dengannya, perasaan saat bertemu kembali dengannya adalah amarah. Bahkan ia ingin mengamuk tapi ia tahan semua itu agar ia bisa mengontrol dirinya sendiri.

"Aku cuman kaget aja, setelah sekian lama akhirnya kita bisa tatap muka secara langsung. Maaf kalau kamu merasa tersinggung"

"Aku mengerti."

Kemudian mereka pun terdiam kembali. Lalu kedua wanita lainnya yang menjadi penghuni rumah itu datang bersamaan menghampiri kedua insan yang terdiam canggung.

"Zoro! Lama ga ketemu!" Seru sang ibu, bellemere. Zoro berdiri dan menyalimi tangan ibu dari kekasihnya itu.

"Iya udah lama, ibu gimana kabarnya? Sehat?" Zoro tersenyum, bellemere tertawa ringan "sehat terus dong! Kamu juga diliat-liat sehat nih, tugas kamu udah beres?" Zoro mengangguk.

Our Dream - zoroxnamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang