03

28.5K 451 1
                                    


WARNING 21++

Evelyn menatap Vania yang gusar didepannya. Hanya karena Lingga tidak dapat dihubungi.

" Udah deh Van. Mungkin Lingga lagi mau sendiri dulu." Ucap Valerie.

" Iya tapi kenapa? Akhir - akhir ini dia baik - baik aja. Kenapa tiba - tiba menghilang kayak gini ? Kan gue jadi khawatir..."

" Ya gimana gak ngilang, orang lo ngerecokin dia mulu tiap jamnya. " Ucap Elang santai.

Vania mendelik menatap laki - laki itu.
" Wajar dong gue pacarnya.."

" Ya tapi gak harus telpon dan nanya keadaan dia tiap 3 jam sekali kan Van ? Dia juga pasti butuh waktu buat sendirian. Udah deh biarin aja... Gak usah overthingking deh..." Ucap Bian.

" Ya gimana gue gak overthingking dia ngilang gitu aja gak kasih tau gue. Kalo emang dia pengen sendiri harusnya dia bilang dong. Gue pasti akan kasih dia waktu buat sendiri. Seenggaknya gue tau dia lagi dimana..?"

" Yakin lo bakal kasih dia waktu... Jangan - jangan gak sampek lima jam lo udah hubungin dia lagi..." Ejek Danira.

Ganti Danira yang dapat tatapan maut Vania. Danira mah cuek aja.

" Udahlah Van. Biarin dulu. Entar dia juga bakal hubungin lo lagi." Ucap Anya.

" Tapi, gimana kalo dia selingkuh dibelakang gue..?"

" Van ah elah ... Jangan mulai deh paranoid lo itu." Dumel Anya.

" Ya wajar dong gue paranoid. Cowok gue ganteng pasti di luaran sana banyak yang naksir dia. Gue punya banyak saingan lo tau... !!! Gue harus waspada dong... "

" Tapi gak berlebihan juga. Harusnya lo percayalah sama dia. Buktinya dia milih lo dari sekian banyak cewek yang suka sama dia." Ujar Valerie.

Evelyn melihat pertengkaran Vania dan yang lain lalu menghela nafasnya. Menurutnya Vania sangat berlebihan.

Evelyn memutuskan untuk pamit pulang terlebih dahulu. Karena mamanya memintanya untuk pulang ke rumah. Merekapun mengiyakan. Semenjak kuliah Evelyn memilih tinggal sendiri di apartemen. Walau ia dapat apartemen yang lumayan jauh dari kampus. Ia juga mengambil part time job di cafe sebagai baker. Sebenarnya ia tidak perlu bekerja seperti ini, orangtuanya masih mampu untuk membiayai kuliahnya. Ia hanya hobby saja membuat cake, kue - kue kering, dan aneka dessert lainnya. Ketika cafe tersebut mencari seorang baker, tanpa pikir panjang ia langsung melamar posisi tersebut. Ia sempat di wawancarai dan tes baking. Sampai akhirnya ia diterima. Bayarannya menjadi baker juga tidak begitu besar tapi ia tetap menghargai semua usaha yang ia lakukan. Hitung - hitung membantu cafe tersebut yang memang salah satu cafe favoritnya.

Sampai di rumah, Evelyn menyapa mamanya yang tengah membuat makanan. Mereka mengobrol hangat. Mamanya menanyakan tentang kuliahnya, teman - temannya, bahkan sampai hubungan asmaranya. Yang sejauh ini masih nol. Banyak yang mendekatinya tapi ia menolak mereka secara halus. Entahlah Evelyn juga tidak mengerti sebenarnya apa yang sedang ia cari.

Mamanya lalu memintanya untuk mengirimkan makanan tersebut ke rumah sebelah. Rumah orangtua Lingga. Evelynpun mengangguk dan membawa rantang makanan ke tetangga sebelahnya. Saat ia akan membuka pagar rumah tersebut. Seorang laki - laki yang lebih tua menyapanya lebih dahulu.

" Eve... Tumben kesini..?" Tanya Lintang, kakak Lingga.

" Nganter ini ?" Jawabnya sambil menunjukkan yang ia bawa.

AFFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang