Wounds in Marriage
Bab Enam***
Anggya FOV
"Siapa lelaki yang pulang bersamamu?" Mas Naufal bertanya ketika Latya sudah masuk ke kamar. "Kenapa kamu diam, Anggya?" Suaranya terdengar datar tanpa emosi, tetapi aku tahu ketika namaku sudah dipanggil seperti itu berarti Mas Naufal sedang marah.
Aku tengah mengaduk susu yang dibuatkan oleh asisten rumah tangga. "Temanku, Mas. Kami nggak sengaja ketemu di jalan. Karena Latya udah kedinginan, aku terpaksa menerima tawaran dia." Sebenarnya sekarang aku sedang kesal dengannya sebab Mas Naufal sama sekali tidak menanyakan kabar diriku dan Latya. Aku mulai merasa kalau Mas Naufal terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Meskipun aku tahu ia memiliki banyak pekerjaan.
Aku melangkah mendekati dispenser untuk mengambil air minum, tetapi Mas Naufal mengikutiku. Bisa aku rasakan embusan napasnya di leherku. "Mas tidak suka kau terlalu dekat dengan lelaki lain, Sayang. Jadilah istri yang baik. Ini yang terakhir kalinya Mas lihat kamu pergi bersama lelaki. Mengerti?" Ia meraih pinggangku, menarik tubuhku agar kini menempel ke tubuhnya. "Anggya?" panggilnya ketika aku hanya diam.
Memangnya seburuk itukah aku di matanya? Apakah selama ini aku bukan istri yang baik? Aku merasakan jika tubuhku diputar ke belakang. Mas Naufal menatap dengan begitu intens, hingga aku selalu berhasil kesulitan bernapas. Ia memang selalu tampan di bola mataku.
Telapak tangan Mas Naufal dengan lembut menyentuh pipiku. "Aku hanya tidak ingin kehilanganmu, Anggya. Hanya kamu yang aku sayang. Hanya kamu satu-satunya wanita yang aku cintai." Lalu ia mendekap diriku dengan begitu erat. Membuat tubuhku terpaku. Aku memejamkan mata, merasa serba salah. Di satu sisi aku kesal sekali dengannya, tetapi di sisi lain aku juga mencintainya.
"Terima kasih, Mas," kataku sambil lalu. "Lebih baik sekarang kamu istirahat di kamar. Aku akan tidur bersama Latya." Hatiku masih sakit sekali saat mengingat foto itu, noda yang seperti lipstik di baju Mas Naufal, serta kebersamaan lelaki itu dengan Saraah di sebuah restoran. Aku tidak tahan untuk melihat wajah Mas Naufal lebih lama.
Lagipula aku teringat dengan perkataan Dokter Arsyia untuk tidak terlalu banyak pikiran, sebab bisa berpengaruh terhadap janin. Jika memang benar Mas Naufal telah berselingkuh, aku akan berusaha untuk mendapatkannya kembali, lalu membuat wanita simpanan itu menderita. Atau ... jika Mas Naufal lebih memilih wanita itu, aku akan membuat keduanya menderita. Itu janjiku.
"Gy?" panggil Mas Naufal lagi. "Kamu sedang berusaha menghindar dari aku, ya?"
Aku menggeleng lemah. "Aku capek, Mas. Aku mau istirahat," kataku. Lalu dengan cepat melangkah pergi meninggalkannya. Sesuai dengan perkataanku, aku melangkah ke kamar Latya. Rasanya tidak sudi jika harus tidur satu kamar dengan pengkhianat!
Ketika aku baru saja duduk di sisi kasur. Ponselku berdering pelan. Aku menemukan nama Tasya di sana. Tepat sekali! Aku memang sedang ingin curhat dengan seseorang. Hanya Tasya orang yang tepat. Aku tidak bisa curhat dengan ibuku karena beliau ternyata tidak mendukungku. Sementara ayah, sepertinya aku tidak ingin membuat lelaki paruh baya itu semakin berat memikul beban. Dengan ibu mertua? Aku butuh bukti yang banyak sebelum membongkar semuanya, bukan? Aku tidak ingin dibilang pembohong.
"Anggya?" panggil Tasya di ujung sana. "Lo udah dapat informasi lebih lanjut tentang hubungan suami lo dengan si Saarah itu?"
Aku mendesah lemah. "Belum," kataku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wounds in Marriage
Romance[18+] Kehancuran rumah tangga adalah luka yang tak pernah kutulis dalam daftar kemungkinan hidup. Ia seperti badai yang datang diam-diam, tanpa tanda-tanda, lalu meluluhlantakkan segalanya hingga tak bersisa. Aku tak pernah membayangkan bahwa perjal...