Empat Puluh Dua

1.6K 89 8
                                    

Wounds In Marriage

Bab Empat Puluh Dua
***

Hai.
Sebelum membaca cerita ini, alangkah baiknya follow akun saya dulu, ya. Saya berharap sekali bisa mendapatkan 1K followers. Terima kasih.

Selamat membaca.

***

Anggya POV

Devan benar-benar baik sekali. Bukan hanya membelikan oleh-oleh pakaian dan makanan, tetapi ternyata dia juga mengirimkan lukisan dengan tema pedesaan untuk ayahku. Aku tahu hal itu karena mendapatkan telepon dari Ibu.

Sekarang, aku tengah berada di sebuah rumah makan yang dekat dengan laut. Bersama Devan, Latya, Ares, Abimanyu dan orangtua Devan. Kami menikmati makanan. Orangtua Devan akan pulang ke Amerika setelah sarapan ini. Sementara aku akan kembali ke Jakarta sore nanti.

"Anggya, suamimu tidak mencarimu?" Tiba-tiba mama Devan bertanya. "Devan, kamu sudah meminta izin kepada suaminya membawa istri orang ke Bali?"

Aku yang ingin meneguk air, terbatuk pelan. Lalu kembali meneguk air setelahnya. Namun, baru saja aku ingin menjawab, Devan sudah berbicara lebih dahulu.

"Anggya sama seperti Devan, Mom."

Wajah mama Devan berubah, merasa tidak enak. "Maaf, Nak. Mama tidak tahu," katanya. Aku pun mengangguk pelan. Namun, aku tercenung saat mendengar kalimat mama Devan tadi. Beliau mengatakan 'mama' dan bukan 'tante' kepada dirinya sendiri. "Semoga segera mendapatkan lelaki yang baik, ya. Devan juga sampai saat ini masih belum mendapatkan pengganti mantan istrinya. Padahal Mama sudah seringkali mengenalkannya dengan banyak wanita."

Devan menghela napas, meringis mendengar perkataan mamanya.

"Grandmother, Ares, sayang sama Tante Anggya, lho!" Tiba-tiba Ares bersuara. "Tante Anggya baik. Latya juga baik banget. Ares suka main dengannya."

Aku tersenyum mendengar perkataan Ares. Merasa begitu tersentuh. Lalu, orangtua Devan pun saling pandang. Aku mengerutkan kening saat melihat mam Devan tersenyum penuh arti ke arahku dan Devan.

"Bagaimana kalau kalian menikah?" Perkataan mama Devan berhasil membuatku melotot karena terkejut dan Devan yang tersedak. Dengan sigap aku menyerahkan gelas berisi air kepada lelaki itu. "Coba lihat, Dev. Bahkan Anggya begitu perhatian kepadamu," sambung beliau dengan senyum mengembang.

"Ya, Devan. Kau bisa menikah dengannya," sambung papa Devan dengan logat Indonesia yang tidak fasih.

Aku dan Devan pun saling tatap.

***

Tasya POV


Aku pulang dari Bali.

Angkasa aku minta untuk mengikutiku. Meskipun dia hanya akan mengawasi di mobil. Sebab aku takut Mas Naufal akan menyakiti diriku. Dan baru saja aku membuka pintu, suara lelaki itu segera terdengar, "Lo selingkuh, hah?"

Aduh, Mas. Aku memutar bola mata dengan jengah. Sejujurnya aku tidak takut apabila dicerai oleh Mas Naufal sekarang juga. Namun, aku masih berusaha bersikap manis kepadanya. "Kamu ngomong apa sih, Mas? Aku pergi ke Bali sama temen-temen kerjaku."

Tiba-tiba Mas Naufal menarik lenganku dengan kasar, membuat tas belanjaku berjatuhan. "Apa ini semua? Teman lo lagi yang traktir?" Lalu Mas Naufal terkekeh pelan. "Teman macam apa yang membelanjakan sebanyak ini?" Dia menatapku dengan tajam. Menarik tubuhku. "Lo selingkuh, kan? Ngaku! Gua dengar sendiri ada lelaki yang memanggil lo 'sayang' di sana!" Dia menekan lenganku dengan kuat. Membuatku meringis.

Wounds in MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang